MPBB-22

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alula tiba di sebuah Kafe milik Andreas, entah kenapa seseorang memintanya bertemu di tempat itu. Logo A&A caffe terpampang jelas di depan Kafe itu, Alula melangkah masuk ke dalam. Gadis memutuskan untuk duduk di pojok, tempat favorit nya.

Alula duduk dengan nyaman, memesan ice chocolate. Setelah pesanan itu sampai, Alula dengan segera menyeruput minuman itu. Gadis manis itu mengeluarkan ponsel nya, memberi tahu jika sekarang ia sudah berada di Kafe itu.

"Alula ya?"

Alula mendongak menatap seorang gadis berpakaian sangat modis, gadis itu memakai dress mewah. Apakah dia Netta? Alula membatin. Gadis itu menilai penampilan gadis yang ia kira Netta, penampilan tentu berbeda jauh dengannya. Ia hanya seorang gadis yang suka memakai jeans dan kaos berlengan panjang biasa.

Poor Alula!

Sadar dengan keadaan Alula mengangguk, "iya, Netta ya?" katanya dengan ramah, gadis itu mengangguk dan duduk di depan Alula. "Pesan dulu," kata Alula canggung.

Setelah memesan, Netta tersenyum ke arah Alula, senyum dengan syarat mengejek. Alula sadar akan hal itu, tetapi, ia harus tenang dengan semua ini. Netta hanya masa lalu Gavin yang tidak sepantasnya membuat hubungan mereka kandas.

"Gimana hubungan lo sama Gavin?"

Alula berdehem, "Alhamdulillah, gue sama Gavin baik-baik aja."

Netta tersenyum,"Syukurlah, lo jangan marah ya gue minta ketemu tanpa ngasih tau Gavin gini. Mungkin lo tau kalo gue dulu ninggalin Gavin, kan? Tapi, gue punya satu alasan yang mungkin bisa lo terima."

"Apa?"

"Gue nggak mau Gavin kenapa-kenapa, Andreas ancam gue supaya gue putus dan pacaran sama Dicky. Kalo enggak, Andreas bakal ngapa-ngapain Gavin. Dan gue terpaksa ninggalin Gavin."

Netta tersenyum sendu,"dulu, Gavin janji sama gue kalo dia nggak bakal nyakitin gue ataupun ninggalin gue. Tapi, sekarang Gavin sama lo-"

"Gavin nggak nyakitin lo, lo yang nyakitin dia dan Gavin juga nggak ninggalin lo, tapi lo yang ninggalin dia. Seharusnya lo ngomong dulu dari awal-"

"Santai aja, gue kesini nggak mau panjang-panjang ngomongnya. Gue cuma mau bilang, tolong jauhi Gavin!"

Alula menatapnya tak percaya,"Gue nggak akan ngelakuin hal itu."

"Satu hal yang perlu lo tau, Alula. Gue sama Gavin belum ada kata putus ataupun selesai! Lo udah dimanfaatin sama Gavin, dia itu cuma jadiin lo pelampiasan!"

Deg!

Terkejut? Tentu saja! Gadis itu bahkan menahan nafasnya saat Netta mengatakan jika hubungannya dengan Gavin belum selesai alias masih berjalan. Jika Gavin menjadikannya pelampiasan? Lalu, untuk apa Gavin sangat manis padanya?

***

Alula berdiri menunduk menatap sepasang sepatu kets nya yang berwarna putih, ingatan tentang kata-kata Netta begitu menganggu pikirannya. Sebuah mobil berhenti di hadapannya, Alula mendongak menatap siapa yang mengendarai mobil itu.

"Al, gue anter balik yuk?"

Tanpa kata Alula mengangguk dan segera membuka pintu mobil milik Dicky. Tanpa suara, gadis itu duduk di kursi samping kemudi dengan tenang, menghadap ke depan dengan tatapan kosongnya.

"Al, nggak papa?"

Dicky menatap Alula dengan tatapan bingungnya, hingga sekarang cowok itu bahkan belum juga menginjak gas nya, mobil itu masih terdiam dengan mesin yang masih menyala. Dicky masih terpaku pada wajah Alula yang terlihat sendu.

“Lo nggak papa, Al?”

Alula menoleh ke arah Dicky dan mengangguk kaku, gadis itu masih belum bersuara sedikit pun. Alula merasa kering pada tenggorokannya, untuk berdehem saja rasanya sangat berat. Ia ingin berbicara pada Dicky, sepupunya. Ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya pada sepupunya itu, hanya saja ia tidak bisa.

Dicky mengusap rambutnya kasar, merasa lelah karena Alula tak kunjung menjelaskan apa yang terjadi. Ia segere melajukan mobilnya meningalkan tempat itu, ia merasa terjai sesuatu pada Alula. Hanya saja ia tidak bisa memaksa, jika benar ada suatu masalah ia juga tidak bisa ikut campur urusan gadis itu kecuali itu menyangkutnya.

“Lo pernah pacaran sama Netta?”

Dicky sontak menoleh pada Alula saat gadis itu melontarkan pertanyaan yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya, “Kenapa lo tanya kaya gitu?” katanya sedikit tak percaya, Alula menghembuskan nafas lelahnya.

“Gue dulu benci sama lo, Dick. Gue dulu juga benci sama Aga. Tetapi belakangan ini gue menyimpan fakta yang bahkan sulit dipercaya oleh kedua sahabat gue. Gue yang jatuh cinta sama Aga dan ternyata lo itu sepupu gue, gue nggak pernah tau keberadaan lo dulu. Dan sekarang gue dapat pernyataan yang bahkan gue sendiri nggak percaya,” Alula memberi jeda pada ucapannya.

Ingatan Dicky terlempar pada tiga hari yang lalu saat ia melihat Netta bersama kakaknya di sebuah Kafe, ternyata gadis perusak pertemannya kembali. Netta adalah gadis perusak pertemanannya dengan Gavin dan Gerry ditambah gadis yang bahkan tidak ingin ia sebut hingga sekarang.

“Hubungan Gavin dan Netta belum selesai!”

Dicky terdiam sejenak mengambil nafas,”Al, lo tanyakan baik-baik sama Gavin.”

Alula menggeleng pelan, “entahlah, fakta ini benar-benar ngebuat gue bener-bener nggak minat dengan apapun, gue nggak mau ngejelasin apapun.”

“Al, jangan kayak gini lah. Gavin keliatannya sayang sama lo. Dia ngak mungkin-“

“Nggak ada yang nggak mungkin.”

***

Gavin menunggu kedatangan Alula, biasanya gadis itu sudah stand by di ruang tamu jika mendengar ia akan datang. Entahlah, ada apa dengan gadis itu. Gavin bahkan sesekali melirik jam yang ada di pergelangan tangan nya.

Pukul 20.02 WIB, Alula turun dengan wajah lesunya. Apakah gadis itu sehabis tidur? Atau sehabis menangis? Mata gadis itu sedikit sembab, dengan langkah pelan tapi pasti gadis itu menghampiri Gavin.

"Martabak buat kamu, Al."

Alula duduk di sofa dengan lesu, "ngapain bawa kayak gini, sih? Ngerepotin aja."

Gavin mengerutkan keningnya, "Kamu abis nangis ya?"

"Kamu nggak perlu tau!"

Gavin benar-benar bingung dengan sikap Alula hari ini, ia baru menemui Alula hari ini. Entah apa yang terjadi tadi siang, dan itu benar-benar merubah sikap Alula padanya. Gavin mendekatkan dirinya pada Alula.

"Kamu kenapa?"

Mendengar pertanyaan lembut yang dilontarkan Gavin, jantung Alula mencelos. Kata-kata Netta terngiang-ngiang di pikirannya, ia tidak boleh percaya pada orang lain! Termasuk Gavin!

"Al?"

"Gimana hubungan kamu sama Netta?"

"Kok Netta sih? Ada hubungan apa emang? Kan kamu tau kalo Netta itu pacaran sama Dicky?" kata Gavin dengan bingung, Alula menghela nafasnya pelan.

"Dulu sih, aku taunya itu. Tapi, sekarang nggak lagi, Ga. Dicky sama Netta nggak pernah ada hubungan apa-apa," kata Alula dengan tatapan yang membuat Gavin terdiam kaku di tempatnya.

"Al, kamu percaya sama aku. Netta? Dia cuma masa lalu, harus berapa kali aku tegasin ke kamu?!" ujar Gavin dengan nada lelahnya.

"Maaf, Ga. Saat ini aku benar-benar nggak bisa percaya sama siapapun."

***

Jeng jeng jeng!

Comments comments comments!

Vote vote vote!

Guys, comments nya ditunggu, kritik and sarannya juga yes!

Mau tanya sesuatu?

Dm ya!

Di IG juga boleh :

29verraw_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro