MPBB - 25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alula terdiam di tempatnya menatap cowok yang saat ini terdiam kaku di sebarang sana. Hingga sekarang, Alula masih belum mengetahui apa motif yang membuat cowok itu mencarinya.

"Kalo nggak ada urusan apa-apa, mending lo pergi deh!" kata Alula.

"Kamu nggak inget aku, Al?"

"Siapa ya?" Alula menggeleng pelan dibuatnya, gadis itu benar-benar bingung dengan ini semua, Alula melihat cowok itu menghela nafasnya pelan.

"Aku kakak kamu."

Alula menatap bingung, ia tidak pernah mempunyai kakak seperti cowok yang ada di hadapannya ini. Lalu, ia harus apa sekarang? "Tapi, gue nggak kenal lo! Mending lo pergi aja dulu, nunggu Ayah sama Bunda pulang."

"Alula, kamu bukan anak Ayah sama Bunda. Kamu adik kandung kakak, Ayah sama Mamah selalu nunggu kamu. Mereka berharap kamu pulang."

Alula yang tadinya sudah beranjak dan hendak melangkah mengurungkan niatnya, gadis itu tertawa pelan menatap cowok itu, "nggak usah ngarang, dari kecil aku emang udah sama Ayah dan Bunda."

Cowok yang diketahui Afrian itu menghela nafasnya pelan, "Mamah nunggu, Al. Kakak kangen sama kamu. Ayah dan Bunda mu bukan orang tua kandung, kamu harus percaya ini."

Rasanya Alula ingin menangis saja mendengar pernyataan ini. Ia bukan anak kandung? Serius? Atau ini hanya akal-akalan cowok itu? Alula benar-benar bingung hingga suara deru mobil terdengar di pekarangan ruangannya.

Alula merasa jika Ayah dan Bundanya sudah pulang, dan benar saja, kedua orang yang sangat ia sayangi dan menyayanginya memasuki rumah. Ekspresi terkejut nya tidak bisa mereka tutupi, Alula tahu akan hal itu.

"Alula? Kenapa kamu bisa sama dia?!" tuding Bunda yang terlihat kesal, Alula hanya diam saja di tempatnya.

"Memangnya kenapa, Bund? Bunda nggak mau aku tahu? Begitu? Kenapa Bunda ngerahasiain ini semua?" kata Alula membuat Bundanya terdiam, sungguh, itu membuat Ayah dan Afrian hanya diam saja.

"Kamu anak Bunda, Sayang. Kamu jangan dengerin ucapan dia, dia bohong."

"Aunty, seharusnya jangan seperti itu. Mamah sakit, Aunty. Bilang sama Alula yang sebenarnya, Afrian mohon," cowok itu memohon membuat Bunda Alula menatap tajam Afrian.

"Kamu cuma anak kecil, tau apa kamu tentang ini semua? Alula anak saya, dan Saya minta kamu pergi!" kata Bunda.

"Al, kamu harus percaya sama Kakak! Dia bukan Bunda kandung kamu. Keluarga kamu ini bukan orang tua kandung kamu!" kata Adrian dengan keras membuat Alula menutup telinganya.

"Alula jangan percaya, nggak sayang... Kamu anak kandung Bunda, kamu jangan percaya dengan orang asing."

***

Regina berjalan pelan menuju lantai dasar rumah Alula, sahabatnya itu belum juga kembali ke kamar setelah berpamitan padanya. Dipandanginya Alula yang tengah terduduk di sofa.

Regina dengan segera menghampiri gadis itu dengan langkah cepatnya, "Al? Lo nggak papa?" tanyanya menyentuh pundak Alula, gadis itu masih menatap lurus ke depan dengan mata berkaca-kaca.

Ada apa sebenarnya?

"Alula!"

"Eh-"

"Lo kenapa?"

Alula menghela nafasnya pelan, "Gue nggak papa, gue cuma agak ngantuk aja. Gue ke kamar dulu ya? Kalo lo pengen makan malam, di dapur aja."

Regina hanya diam, tak mengangguk ataupun menggeleng. Gadis itu menatap kepergian Alula, sepertinya ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

Alula terdiam merenung, betapa menyakitkan untuknya. Ia tidak pernah tahu hingga sekarang, ia anak siapa? Lalu, bagaimana rupa orang tua kandungnya? Helaan nafas terdengar saat gadis itu menginjak anak tangga ke 5. Gadis itu masih belum percaya pada ibunya.

Jangan mudah percaya sama orang lain, karena semua bisa berbohong dengan alasan tertentu.

Alula lagi-lagi menghela nafasnya, entah ia bingung atau takut. Takut jika yang pria tadi katakan adalah kebenaran, ia tidak siap jika harus berpisah dengan Ayah dan Bundanya.

Ia terlalu menyayangi mereka tidak peduli mereka bohong ataupun tidak.

Alula bangkit berdiri dan mengambil ponselnya, ia hendak menelepon Ayahnya. Hanya saja suara operator yang menyahuti nya, gadis itu merutut kesal karena disaat seperti ini pulsanya malah habis.

Ia membuka whatapps nya, ia segera mencari kontak Ayahnya. Ia bahkan mengabaikan pesan dari Gavin yang jumlah nya sudah 5 pesan. Gari itu segera mengetikkan sesuatu untuk menanyakan dimana keberadaan Ayah dan Ibunya sekarang.

Setelah mendapatkan jawaban, gadis itu segera meraih kunci motornya karena saat ini mobilnya tengah di pakai oleh Ayahnya, sedangkan mobil Ayahnya dipakai oleh Ibunya yang tengah emosi entah kemana. Untuk itu mobilnya dipakai Ayah untuk mengejar Ibu.

Ia menaruh kunci motornya kembali saat menyadari pakaiannya tidak memungkinkan untuk keluar rumah, gadis itu segera berganti pakaian dan mengambil kunci itu kembalim

Alula mengambil jaket dan memakainya, ia segera menyakukan ponselnya dan keluar dari kamarnya setengah berlari.

Ia bahkan menuruni dua anak tangga sekaligus, untung saja tidak terjadi apa-apa. Alula dengan segera menuju garasi dan menaiki motor matic berwarna putih.

Gadis itu segera melajukan motornya dan keluar dari halaman rumahnya. Alula mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, gadis itu bahkan menyalip beberapa motor yang sepertinya adalah sebuah geng yang tengah menikmati perjalanan mereka.

Alula membelalakkan matanya saat melihat spion,  beberapa pengendara motor ninja itu mengejarnya! Gila! Apakah sekarang ia harus menjadi pembalap? Hell, ia tidak bisa!

"Berhenti lo!"

Alula memutuskan untuk berhenti, gadis itu membuka helmnya. Alula sedikit takut dengan beberapa cowok yang sekarang menghadangnya sekarang.

Alula melihat beberapa cowok itu sedikit terkejut melihat jika dirinya adalah seorang perempuan, "sorry, kalo tindakan gue tadi ngeganggu kalian."

Seorang cowok menerobos, "Alula? Ngapain lo disini? Lo yang tadi ngebut?" katanya.

Alula melihat Gerald dengan lega, mungkin jika tidak ada Gerald dia masih ketakutan, "Iya, gue buru-buru."

"Ga! Pacar lo nih!"

Alula sedikit terkejut sadar Gerald berteriak memanggil Gavin, beberapa cowok yang notabene nya teman Gerald dan Gavin berbisik-bisik tentangnya.

Gavin muncul dari belakang, "mau kemana? Tumben pake motor?" kata Gavin dengan santai, Alula meneguk susah salivanya.

"Mau ke rumah Om aku."

"Aku anterin."

***

Alula sampai di sebuah rumah yang cukup besar, Alula menatap beberapa mobil yang terparkir di halaman rumah itu. Alula segera melepaskan helm dan melangkah masuk tanpa mempedulikan Gavin yang ada di belakangnya.

Pintu terbuka lebar membuat percakapan beberapa orang di dalam terdengar sampai luar rumah.

"Sampai kapanpun Saya nggak rela kalau Alula akan tinggal bersama kamu! Kamu yang dulu mau buang dia! Dia itu anak Saya!"

"Mba aku tau aku salah, tapi aku mohon, beri pengertian pada Alula. Aku adalah ibu kandungnya, Aku hanya ingin diakui sebagai ibu, bukan Tante."

Langkah Alula berhenti mendengar ucapan wanita yang belum pernah ia temui, suaranya sangat asing. Ia sadar hal itu, tapi- bukan siapa yang mengatakannya, tapi pernyataan jika dia bukan anak kandung Bundanya membuat dadanya terasa sesak.

Gadis itu berpegangan pada kusen pintu, Gavin yang melihat Alula hampir terjatuh langsung memeganginya, "Kamu nggak papa?" tanyanya terdengar seperti bisikan.

"Aku nggak papa," lirih Alula.

"Aku mau pulang, Ga."

***

Holla!! Aku comeback again, ada yang nunggu Aga Alula? Atau ada yang nunggu aku? Wkwkwk

Vote and comments nya jangan lupa yaa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro