MPBB-24

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alula duduk dengan gelisah di atas queen size nya, gadis itu masih memikirkan ucapannya pada mantan pacar dari pacarnya itu. Ia takut menyakiti gadis itu, sungguh. Masih tergambar jelas ekspresi terluka Netta di pikirannya. Hufft, entahlah...

Kok gue bisa ngomong gitu ya? Bukan gue kali ya?

Alula memukul bantal gulingnya,"ribet banget sih, punya pacar satu aja ribet apalagi sepuluh! Arrggh! Aga sialan! Coba aja dia nggak punya mantan, mana mantan nya rada-rada gitu!"gerutunya.

"Alula! I'm here!"

Suara teriakan sahabatnya terdengar di luar kamarnya, Alula berdecak malas dan berteriak, "MASUK AJA BEGE! NGGAK DIKUNCI!"

Ceklek.

"Ngapa lu?" kata Regina setelah masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu itu kembali.

"Gue abis ketemu sama mantannya Aga."

Regina membelalakkan matanya,"Serius lo?! Wew, lo jambak-jambakan sama dia nggak? Terus kenapa nggak ngajak gue? Gue bisa loh bantuin."

"Jambak-jambakan? Helloww nggak elit banget, baru dibilang sedikit aja udah merah mukanya. Apalagi gue jambak?" kata Alula dengan ekspresi lucunya.

"Clarissa kemana? Gue pikir sama lo."

"Lah, gue mikirnya sama lo kali, Al. Soalnya tuh anak sekarang jarang dihubungi. Nggak tau deh kenapa," kata Regina, Alula mengangguk setuju. Sahabatnya yang satu itu seakan menjauh, entah kenapa.

Regina menghela nafasnya pelan, "Al, kayaknya Clarissa lagi ada masalah, yah? Atau jangan-jangan masalahnya sama kita? Tapi, gue rasa gue nggak pernah ribut sama dia ah. Lo prnah nggak?"

Alula menggeleng,"Gue juga kayaknya enggak deh, ribut apa? Ketemu aja pas di kelas doang, itupun dia nggak ngobrol sama gue. Apalagi sekarang kelas menerapkan sistem pindah kursi setiap satu minggu. Makin jauh deh,"katanya diikuti helaan nafasnya.

"Oh ya, Gin. Akhir-akhir ini di hape gue ada nomor baru yang nggak gue kenal, terus nelfonin gue mulu," kata Alula, Regina membaringkan tubuhnya di samping Alula duduk.

"Lo angkat nggak?"

"Ya, enggaklah. Yakali, bisa marah-marah tuh si Aga kalo gue angkat nomor baru."

"Kak Gavin posesif ya, Al. Ih, gue pengen deh punya pacar yang posesif gitu. Tapi jangan kayak kak Gavin, ah. Nyeremin,"kata Regina membuat Alula menggelengkan kepalanya tak percaya.

Dalam hati Alula merutuki ucapan Regina, dia pikir punya pacar posesif enak? Hell! Nggak sama sekali! Dikit-dikit nggak boleh, dikit-dikit cemburu nggak jelas, dan kalo punya pacar posesif itu kayak diikat pake tali yang tak kasat mata. Serius, kalo mau cobain aja sendiri.

"Kalo gue malah nggak suka kali Gin, punya pacar yang over posesif. Cemburunya itu nggak ada alasan banget, dikit-dikit cemburu terus marah. Gitu aja terus sampe ayam jantan bertelur."

"Ih, tapi kan lucu... imut-imut gimana gitu."

"Ngaco ah!"

Ting!

Ting!

Ting!

"Nah loh, kesayangan lo ngechat."

Alula menekan tombol power dan layar yang tadinya mati pun menyala. Gadis itu membuka chat room nya dengan Gavin. Tadi malam ia sama sekali tidak membuka pesan dari Gavin.

Sayang
Al
Al
Alula
My luv

Hari ini

Al
Jangan ketemu Netta lagi
P
P
P
P
Alula my luv, bales kek.
Oy
Say

Iton

Ha?

Apa si?

Ketus amat, masya Allah.

Gx md

Md? Apaan coba?

MOOD!

Elah, caps jebol neng?
Al
Tega masya Allah
Pacar
Elah dicuekin

Brisik coeg.

Apa? Ngetik apa tadi coba ulangi?

Apasi? Gj amat.

Jangan contact an sama Netta lagi.

Kenapa? Takut kamu ketahuan selingkuh.

Ciee posesif.

Mirror, please!

Aku sih udah.

Bodo, ah.

Pacar bukan sih?

Bukan.

Eta saha?

Aing maung!!!

Alay sumpah.

Mirror, Baby.

Kamu ngidam ya? Pengen aku ngaca terus perasaan.

Ngidam ndasmu!

Sopan sama calon.

Calon pembantu :)

Calon suami sayang.

Ini Aga bukan sih? Kok ngalay?

Aing maung!!!

Alula tertawa terbahak-bahak chatting dengan Gavin, gadis itu bahkan melupakan sahabatnya yang sudah tertidur di sampingnya. Alula menoleh ke samping dan fokus chatingan kembali dengan Gavin.

Lagi apa?

Lagi bobo.

Sama siapa? Sendiri? Aku temenin yaks?

Sama temen.

Siapa?

Mulai nih, mulai.
Sama Regina.
Eh dicuekin

Baby
My luv
Yang

Apa?

Kemarin ku melihatmu..
Kau bertemu dengannya
Ku rasa sekarang kau masih

Nyanyi aja terus.

:)

Mandi sana!

Siyap!

Untuk pertama kalinya, Alula melupakan jika dirinya masih marah pada Gavin. Alula menaruh ponselnya di atas nakas dan segera mengambil handuknya untuk mandi.

***

20 menit kemudian...

Alula keluar dari kamar mandi dengan pakaian rumahannya, gadis itu berjalan ke arah Regina yang sedang duduk di atas kasur dengan ponsel di tangan nya.

"Al, gue nginep ya?" tanya Regina membuat Alula mengerutkan keningnya.

"Kalo gue sih boleh-boleh aja, tapi Mama lo? Nggak papa emang?" kata Alula ikut duduk di samping Regina.

"Ada Papa gue," kata Regina santai.

Alula mengangguk mengerti, entahlah... Regina selalu menghindar jika Papa nya pulang. Gadis itu seakan tidak ingin tidur satu atap dengan orang yang notabene nya papanya itu.

"Ya udah, mandi gih sana. Gue mau ke bawah dulu, kali aja ada makanan. Ayah lagi pergi sama Bunda soalnya."

Regina mengangguk, Alula melangkahkan kakinya menuju pintu. Gadis itu memutar knop pintu dan membukanya, ia menutup kembali pintu kamarnya.

Alula menuruni satu persatu anak tangga, Alula mengerutkan keningnya melihat seorang cowok berada di ruang tamunya. Siapa dia?

Alula berdehem agar cowok itu menoleh padanya, dan benar sekali, cowok itu menoleh ke arah Alula. Alula tentu saja tak mengenalnya, wajahnya terasa asing sekali di matanya.

"Mau cari siapa?"

"Alula, lo kan?" katanya, Alula mengangguk ragu. Ternyata cowok itu mencarinya, ada apa?

***

Di sisi lain, Gavin dengan langkah lebarnya menuju seorang gadis yang tengah duduk dengan anggun di salah satu meja Kafe. Gavin sedikit terkejut, perawakan gadis itu benar-benar berubah drastis. Tapi ia mengabaikan hal itu, tujuannya cuma satu, mengusirnya dari hubungannya dengan Alula.

"Hai Gavin, lama nggak ketemu ya?" baru saja gadis itu hendak memeluknya, Gavin langsung menepis kasar.

"To the point aja, gue nggak suka lo ganggu atau ancam Alula!"

"Gue janji bakalan berubah kalo lo mau balik lagi sama gue," kata Netta dengan mata yang berkaca-kaca, mungkin jika dulu Gavin akan luluh pada tatapan mata itu. Tapi tidak dengan sekarang.

"Gue benci ulat, dan gue juga masih benci dia setelah dia jadi kupu-kupu cantik sekalipun. Lo tau maksud gue kan?"

Netta menatap Gavin bingung,"Gue nggak ngerti."

"Gue akan tetap benci lo meskipun lo berubah jadi baik sekalipun."

"Tapi kenapa? Kenapa lo benci gue?"

Gavin berdecak malas,"benci itu nggak perlu alasan. Benci ya benci aja."

Netta terdiam di tempatnya, "apa lo benci gue karena dulu gue ninggalin lo? Kalo iya, secara tidak langsung lo masih cinta sama gue, iya kan?"

"Cinta? Lo sakit?! Setelah apa yang lo lakuin ke gue? Apa cinta itu masih ada? Nggak!" kata Gavin dengan sinis, "makanya jadi orang nggak usah serakah, dulu lo ninggalin gue buat cowok lain. Setelah cowok lo nyakitin? Lo dengan seenak hati minta balik? Lo gila!"

"Karma masih berlaku, ini belum apa-apa."

***

Yes! Akhirnya update.
Oh ya, yang nanya cerita ini udah selesai apa belum jawaban nya belum ya...

Masih panjang.

Komen ya
Vote jangan lupa.

Selamat menjalankan ibadah puasa...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro