MPBF - 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Boleh minta vote sama komentarnya?😊

***

"Sial! Sial! Sial!" - Saka Aldino Justine

***

Audrey menghela nafasnya lega saat ia sudah memasuki area lobby gedung apartement-nya.

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, akhirnya Audrey bisa sampai di apartement-nya tanpa Saka setelah ia berusaha kabur dari laki-laki itu setelah makan malam mereka selesai.

Audrey berpamitan untuk ke toilet yang sebenarnya ia gunakan untuk kabur. Masa bodoh dengan Saka yang mungkin besok akan memaki-maki dirinya secara habis-habisan, yang jelas malam ini ia bisa terbebas dari Saka. Saka tidak akan tahu di mana letak apartement nya yang memungkinkan jika Saka tahu, Audrey pasti akan semakin sulit bergerak mengingat bahwa boss-nya itu selalu bersikap posesif dan melarang dirinya untuk tidak dekat dengan laki-laki lain termasuk Ayahnya? Yang benar saja! Saka hanya boss-nya, tidak seharusnya bersikap bossy pada kehidupannya di luar pekerjaannya--kantor.

Audrey semakin melebarkan senyumnya ketika ia sudah masuk ke dalam lift, memencet tombol 15 di mana kamarnya memang berada di lantai itu.

Sesekali gadis itu terkekeh saat dirinya berusaha membayangkan boss-nya terus menunggu dirinya di dalam cafe yang berada di mall tersebut.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 15, membuat Audrey segera keluar dan berjalan menuju kamarnya.

Setelah sampai di samping pintu kamarnya, gadis itu menghentikan langkahnya saat mendapati kamar apartement yang kosong di sebelah kamarnya sepertinya sudah terisi. Terlihat dari pintunya yang terbuka dan ada beberapa barang yang masih tergeletak di luar.

"Hai," sapa Audrey saat seorang gadis berkulit putih dengan rambut panjang berwarna coklat keemasan yang tengah dicepol keluar dari kamar apartement itu--akan mengangkat sebuah kardus yang masih tergeletak di depan kamarnya.

Gadis itu menghentikan aktifitasnya, menatap Audrey sambil tersenyum manis.

"Hai juga," balasnya.

"Kamu penghuni baru apartement ini?" tanya Audrey berbasa-basi, menguatkan dugaannya jika kamar apartement yang selama ini kosong yang berada di sebelah kiri kamarnya memang benar-benar sudah ditempati.

"Iya," sahut gadis itu bersemangat.

"Ah kalau begitu, kenalkan aku Audrey. Kamar apartementku persis di sebelelah kanan apartement-mu," ujar Audrey sambil tersenyum lebar selagi tangannya terulur sebagai simbol pengenalan diri.

"Aluna!"

"Sebentar," sahut gadis itu. Sementara Audrey masih terus memperhatikan gadis itu yang sudah akan masuk ke dalam apartement-nya setelah mengangkat sebuah kardus.

"Aku akan kembali," ujar gadis itu sebelum ia benar-benar meninggalkan Audrey di luar sendirian.

Audrey menyahutinya dengan sebuah anggukan kepala, otaknya sedikit mengingat karena merasa tidak asing ketika seseorang di dalam sana teriak memanggil nama Aluna. Maksudnya, sepertinya sebelumnya Audrey sempat mendengar nama itu, entah kapan dan siapa yang menyebutnya.

"Kamu tinggal di apartement itu berdua?" tanya Audrey setelah gadis tadi kembali menemuinya.

Lagi. Gadis itu tersenyum kemudian samar-samar Audrey melihat ia menggelengkan kepalanya samar.

"Gak. Aku tinggal sendiri, di dalam Kak Aqila, temen aku dari kecil, dia datang cuma buat bantuin aku aja kok," jelas gadis itu. Audrey menganggukan kepalanya paham.

Dejavu. Lagi-lagi Audrey seolah tidak asing mendengar nama Aqila. Meski ia belum kenal dekat dengan Kak Aqila, Kak Aqila itu tadi setidaknya Audrey tahu namanya. Aqila, Aluna, mungkinkah mereka berdua gadis-gadis kenalan Saka? Maksudnya, Saka mengenal mereka.

"Oh iya, aku belum sempat ngenalin diri, aku Aluna," ujar gadis itu, Aluna seraya mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Audrey.

"Kamu baru pulang kerja semalam ini?" tanya Aluna sedikit berbasa-basi.

"Iya," balas Audrey.

Tak lama seseorang yang sejak tadi sibuk berada di dalam apartement Aluna pun keluar, ia menyentuh pundak Aluna yang berdiri di ambang pintu.

Kemudian sedikit membolakan matanya saat berhasil melihat Audrey yang berdiri di hadapan Aluna--dengannya.

"Kak Aqila?" gumam Audrey memastikan saat gadis itu merasa tidak asing dengan seseorang yang berada di samping Aluna sekarang.

Aqila tersenyum tipis, gadis itu pikir yang berdiri di depannya hanya mirip dengan Audrey tetapi ternyata ia mengenalinya berarti sangat jelas kalau ia memang Audrey. Astaga kenapa dunia sempit sekali!

"Audrey tinggal di gedung apartement ini juga?" tanya Aqila.

Audrey mengangguk seraya tersenyum tipis, tangan kanannya terulur untuk menunjuk kamar apartement yang masih tertutup di sebelah kanan kamar apartement Aluna.

"Ah astaga, dunia sempit," kekeh Aqila, diikuti oleh Audrey yang juga terkekeh, mengingat gadis itu juga sempat berpemikiran sama dengan Aqila. Dunia sempit.

Aluna yang belum mengetahui jika Audrey dan Aqila sudah saling mengenal pun menatap keduanya bingung, kemudian pertanyaan itu terlontar dari mulutnya.

"Kalian udah saling kenal?"

Tanpa berbicara, tapi Aqila dan Audrey menganggukan kepalanya kompak, setelah menyadari jika mereka mengangguk dengan kompak, keduanya kembali terkekeh lagi.

"Tau ah, yaudah yuk Kak Audrey mau masuk?" tanya Aluna.

Audrey sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya. Menolak ajakan Aluna dengan lembut.

"Aku baru pulang kerja, badan udah lengket banget hehe butuh mandi, lain kali aja deh aku main, toh kamar kita juga sebelahan," ujar Audrey.

Aluna menganggukan kepalanya paham. Setelah itu Audrey tersenyum manis dan mulai masuk ke apartement-nya dan Aqila serta Aluna kembali membereskan apartement Aluna. Mengangkut satu kardus lagi yang masih tergeletak di luar dan menutup pintunya.

***

Saka keluar dari mobilnya dengan terus bergumam tak jelas selagi tangan kanannya sibuk mengendorkan dasi yang melingkar di lehernya.

Setelah memijakan kakinya ke teras rumahnya, matanya sudah bisa menangkap Mama-nya berdiri di ambang pintu rumahnya.

Sorot mata Xaxa sekarang terlihat sangat mengerikan untuk Saka. Sepertinya hari ini memang adalah hari kesialannya.

"Selamat malam, Ma," sapa Saka berbasa-basi. Laki-laki itu tahu jika dalam beberapa menit dari sekarang, amarah Mama nya pasti akan meluap.

"Dari mana kamu?" tanya Xaxa penuh selidik. Matanya masih terus menatap Saka tajam.

"Makan malam, Ma."

"Apa? Makan malam? Mama udah capek masak yah buat kamu, Papa kamu sama adik kamu, tapi kamu malah makan malam di luar?"

"Tadi Saka udah gak kuat banget, Ma, makanya Saka mampir ke cafe yang ada di pinggir jalan." Terang saja semua penjelasan Saka itu adalah sebuah kebohongan.

Entah sifat bohong dari mana yang Saka warisi. Karena sepertinya sejauh ini, Xaxa ataupun Karisma tidak memiliki sifat pembohong seperti Saka. Iya mungkin yang dilakukan Saka adalah jenis kebohongan untuk melindungi dirinya tapi tetap saja, kebohongan tetaplah kebohongan, bukan?

"Gak percaya." Ucapan seseorang dari belakang tubuh Xaxa kembali membuat Saka menghela nafasnya berat.

Tamat sudah riwayatnya malam ini di tangan Mama dan Papanya, pasti adiknya, Kei, sudah menunjukan foto yang dikirimkan Aqila pagi tadi kepada orangtua mereka.

"Kamu seneng banget bohong sih? Papa gak pernah ajarin kamu bohong, Sak," ujar Karisma.

Pria itu seolah malas menatap putranya. Selama ini Karisma memang berusaha menjadi sosok Papa yang baik. Ia tidak pernah mengajarkan kedua anaknya hal yang macam-macam, terlebih berbohong pada kedua orangtua, itu bukan didikan Karisma sama sekali.

"Kok bohong? Saka gak bohong, Pa." Laki-laki itu masih kekeuh berusaha agar kebohongannya tidak terbongkar.

Tak lama sosok adik satu-satunya, Kei, muncul dari balik tubuh Karisma dan Xaxa, gadis 17 tahun itu tersenyum mengejek ke arah Saka.

Terang saja, Saka semakin yakin jika foto itu sudah sampai di tangan orangtuanya karena Kei yang memberitahu.

Plak!

Tanpa dugaan apapun, Xaxa melayangkan tangannya untuk memukul mulut Saka. Sepertinya wanita itu begitu gemas dengan putranya.

Reflek Saka mengusap mulutnya yang terasa panas, tentu saja, sepertinya Mama nya memukul mulutnya sampai ke hati.

"Kenapa mulut Saka dipukul sih, Ma?" omel Saka.

Daru sudut matanya yang tengah fokus menatap Xaxa, Saka bisa melihat Papa beserta adiknya sedang menahan tertawa bahagia atas penderitaannya.

"Kamu nyium cewek lagi!"


---
Sedih akutuh, part sebelumnya cuma dapet komen dikit ehe but gapapa makasih yang masih selalu komentar xD

Serang, 6 November 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro