MPBF - 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Oh iya sorry yah part 13 kemarin pas awal post sempet kepotong gitu. Kesalahan aku gak cek ulang pas mau dipost😅

Baca note di bawah yah😅

***

"Audrey seperti bonekaku." - Saka Aldino Justine

***

"Kenapa gak dimakan sih?" Saka berdecak saat matanya melirik ke arah Audrey dan gadis itu belum melahap semangkuk bubur ayamnya sama sekali.

Mata Audrey hanya terfokus pada mangkuk buburnya selagi tangannya mengaduk-aduk buburnya tak jelas. Di saat Saka sendiri sudah menghabiskan dua mangkuk bubur.

Bubur ayam memang salah satu makanan yang masuk ke dalam list makanan favorit laki-laki bertubuh atletis itu. Jadi tidak heran jika Saka sampai menghabiskan dua mangkok atau mungkin lebih jika saja perutnya masih sanggup menampung makanan yang masuk ke mulutnya.

"Gak enak?" Pria itu kembali berbicara, padahal pertanyaan sebelumnya bahkan belum di jawab oleh gadis yang duduk di sampingnya.

"Kayaknya ini enak deh. Aku aja suka banget, kayaknya nanti setiap aku jemput kamu buat ke kantor, kita bakal sering mampir ke sini dulu." Ucapan Saka reflek membuat Audrey menolehkan kepalanya menatap Saka.

Ternyata Saka benar-benar tidak main-main dengan ucapannya beberapa saat lalu yang mengatakan akan mengantar-jemputnya.

Tapi, satu atau bahkan banyak pertanyaan yang belum Audrey mengerti dari boss-nya ini. Sebenarnya apa tujuan Saka melakukan ini padanya? Miliknya? Untuk apa Saka mengklaim dirinya menjadi miliknya?

Lagi, Audrey masih tidak mengerti dengan sikap Saka yang berubah-ubah terhadap dirinya. Terkadang Saka bertingkah baik, menggunakan kata aku-kamu dengannya, tapi terkadang juga Saka berubah menjadi layaknya monster dinosaurus yang menyeramkan untuk Audrey.

"Kenapa kamu malah lihatin aku begitu? Ada yang salah sama muka aku? Atau hari ini aku kelihatan lebih tampan?" Saka terkekeh kecil saat mengucapkan pertanyaannya yang terakhir seraya mengedipkan matanya ke arah Audrey, membuat gadis itu langsung membuang pandangannya dari wajah Saka.

Rupanya ada sikap Saka yang lebih mengerikan dari ucapan dingin dan menusuknya, yaitu saat laki-laki itu bersikap sok manis bahkan cenderung genit. Itu menyeramkan--untuk Audrey.

"Gak usah kayak gitu, Pak. Saya risih," ujar Audrey menyampaikan rasa tidak nyamannya.

Saka tak peduli, ia masih terkekeh kecil selagi tangannya terulur untuk mendekatkan mangkuk bubur Audrey ke hadapannya.

"Sekarang habisin bubur kamu, atau kamu mau aku suapin? Atau langsung makan dari mulut aku?" Kini nada bicara Saka kembali berubah. Lebih terdengar seperti sebuah perintah, ralat, ancaman yang tidak dapat terbantahkan.

Demi apapun, mendengar Saka berbicara akan menyuapinya dari mulut Saka langsung, itu membuat Audrey mual. Lagi-lagi Audrey tidak habis pikir jika boss-nya yang berpendidikan ini mengatakan hal semenjijikan itu.

"Gak usah sok jijik kalau faktanya kamu aja balas ciuman aku." Nada bicara Saka kembali berubah melunak bahkan cenderung bercanda. Terkekeh kecil dengan maksud untuk menggoda Audrey.

Otak Audrey kembali berputar, mengingat kejadian ciumannya di kantor bersama Saka kemarin, di mana dirinya memang berniat akan membalas ciuman Saka karena terlalu hanyut dalam lembutnya permainan Saka jika saja Saka tidak mengakhirinya.

"Ka ... ka ... kata siapa, Pak?" Hanya pertanyaan itu yang bisa terlontar dari mulut Audrey.

Beberapa detik selanjutnya, gadis itu harus merutuki dirinya sendiri menyadari jika pertanyaannya barusan adalah sebuah pertanyaan bodoh ditambah dengan nada bicaranya yang tergagap di awal.

"Udahlah, Drey. Aku tahu kok, makanya kemarin aku udahin ciumannya, takut kalau kamu balas, kita malah jadi khilaf," kekeh Saka.

Sekarang. Detik ini juga, Audrey benar-benar merasa malu. Saka menyadari aksinya yang akan membalas ciumannya? Ini gila!

Dasar bodoh! Sekarang mau ditaruh mana muka jelekmu itu?

Ahaha sudahlah, Drey. Saka sudah tahu maksudmu waktu itu, jujur saja. Dan minta Saka melakukan ciuman itu lagi.

Kamu pikir Saka akan mengagumi tindakanmu itu? Dia justru akan mempermalukanmu, Audrey! Dia akan berbicara pada orang-orang jika ia berhasil memainkanmu!

Audrey menggeleng-gelengkan kepalanya saat pemikiran dan hatinya kembali tidak sinkron. Keduanya sedang berkelahi hebat saat ini.

"Iya udah lupain, muka kamu udah merah banget sekarang."

Audrey menggeram kesal saat Saka masih saja tertarik untuk meledeknya. Iya Audrey memang yakin jika sekarang wajahnya sudah memerah karena menahan malu dan kekesalan pada dirinya sendiri, tapi apa harus Saka mengatakannya?

"Jadi gimana? Mau makan sendiri atau aku suapin ... langsung dari mulut," kekeh Saka.

Audrey kembali menolehkan wajahnya, menatap Saka dengan tatapan yang sulit diartikan selagi tangannya bergerak untuk menarik kembali mangkuk buburnya dari hadapan Saka.

"Buruan habisin, udah telat masuk kantor tau. Untung kamu perginya sama aku, CEO kantor jadi gak bakal kena masalah," ujar Saka. Tangan kanannya terulur untuk mengusap puncak kepala Audrey. Membuat Audrey tiba-tiba merasakan perasaan hangat yang sulit dijabarkan. Mengapa ia merasa nyaman dan tenang saat Saka bersikap manis padanya?

Berniat menetralkan perasaannya, perlahan Audrey mulai melahap buburnya. Yang ingin segera ia lakukan adalah pergi dari tempat ini. Setidaknya di mana tangan Saka tidak akan bertengger di atas kepalanya lagi.

***

Rado menatap Audrey dan Saka yang baru saja datang dan berjalan santai di lobby kantor. Laki-laki itu terus memperhatikan Audrey dengan lekat, bahkan di saat Audrey menyadari tatapannya, Rado tidak segan-segan untuk menggodanya dengan mengedipkan matanya. Sama sekali tidak mempedulikan Saka yang berjalan sejajar di samping Audrey.

Saka yang bisa mengetahui tingkah Rado hanya dari lirikannya di ekor matanya langsung bergerak cepat. Tangan kirinya merengkuh pinggang Audrey. Merapatkan tubuh Audrey dengan tubuhnya.

"Ingat omongan aku, jangan pernah deket sama laki-laki lain selain aku," bisik Saka penuh penekanan.

Nada bicara Saka barusan yang terdengar menyeramkan di telinga Audrey berhasil membuat bulu kuduk di leher Audrey berdiri dengan sempurna.

Ingin merasa aman dari apa yang mungkin akan Saka lakukan padanya, akhirnya Audrey memilih cuek pada Rado. Kini ia hanya fokus menghadap ke depan. Masih merapat dengan Saka yang juga masih melingkarkan tangannya di pinggangnya.

"Inget pesan aku, jangan ladenin laki-laki lain yang ngajak kamu ngobrol. Dan kalau kamu ngerasa risih, kamu bisa teriak panggil aku." Saka kembali bersuara setelah mereka sampai di lantai 3, keluar dari lift dan sampai di meja Audrey.

Masih memiliki sedikit ketakutan pada Saka, Audrey hanya menganggukan kepalanya patuh, menatap kepergian Saka yang sebelumnya sempat tersenyum tipis saat mendapatkan responnya.

Audrey menghirup napasnya dalam, menghembuskannya perlahan. Itu ia lakukan selama beberapa kali, berniat untuk menormalkan kembali tubuhnya dari perasaan campur aduk yang sejak tadi sudah menggelayoti dirinya.

Ting!

Mata Audrey reflek menatap lift saat telinganya mendengar dentingan pintu lift yang terbuka.

Sosok gadis berseragam putih abu dengan seorang wanita dewasa berjalan dengan kompak menuju mejanya. Wanita itu tersenyum manis kepada Audrey sebelum ia membuka mulutnya.

"Saka ada di dalam?"

Audrey yang tidak mengetahui kedua perempuan ini siapa hanya bisa menganggukan kepalanya, tanpa bersuara apapun di saat gadis berseragam putih abu itu terus menatapnya dengan lekat sebelum mereka melangkah menuju ruangan Saka.


---
Sudah baca ekstra part ILWO? Aku mau bikin ekstra part lagi loh, tapi kalo target komen di ekstra part yang terbaru sudah terpenuhi😋

Aku mau buka roleplayer MPBF sama open grupnya, cuma aku sendiri belum dapet visualisasi buat Audrey. Tadinya mau pake Barbara Palvin, cuma muka Barbara lebih ke antagonis gitu wkwk gak cocok buat jadi Audrey yang cewek baik. Jadi, ada saran?

Kalau Saka aku pake Alvaro Mel, kira-kira siapa yang cocok jadi Audrey? 😂

More info? Instagram [at]ashintyas

Serang, 15 November 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro