MPBF - 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wkwk gak sesuai janji buat next, maafkan😂

Boleh minta vote sama komennya?😊

***

"Sepertinya sekarang aku menyesal karena pernah melamar kerja di Perusahaan Karisma Enterprise." - Audrey Latisha

***

Saka mendesah seraya membanting tubuhnya di atas kasur king size miliknya.

Di ponselnya, masih menampilkan Aqila yang masih menunggu jawaban darinya, tapi rupanya Saka salah. Bukan hanya sebuah panggilan suara yang Aqila lakukan, namun sebuah face time.

"Apa?" tanya Saka ketus setelah ia mengangkat face time yang Qila lakukan.

Tak lama terdengar kekehan Aqila dari seberang sana, semakin membuat Saka sebal saja.

"Kenapa mukanya ditekuk gitu, Sak?" tanya Aqila masih terus terkekeh kecil. Entah apa yang lucu di sini, Saka rasa mukanya baik-baik saja tapi kenapa Aqila begitu bahagia saat bisa melihat wajahnya sekarang?

"Udah deh to the point. Aku belum mandi nih," desah Saka.

Sontak Aqila menghentikan kekehannya, wajah bahagianya yang awalnya menertawakan Saka kini berubah ekspresi seolah menggoda. Saka bisa melihat raut wajah godaan milik Aqila yang sangat menyebalkan.

"Kamu abis jalan sama Audrey yah? Tadi aku ketemu Audrey, dia juga baru pulang," ujar Aqila.

Mendengar penuturan Aqila, Saka yang awalnya tengah merebahkan tubuhnya sontak loncat dari posisinya dan duduk dengan tegak. Ia terlihat begitu bersemangat untuk mengetahui cerita apa yang selanjutnya akan Aqila lontarkan.

"Jadi tuh anak udah pulang. Ketemu sama Audrey di mana?" tanya Saka mulai penasaran.

"Kenapa sih? Loh kamu gak antar dia pulang? Kok gak tau kalau Audrey pulang? Maksudnya apa?" tanya Aqila dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Saka menghela nafasnya. Kemudian ia menceritakan dari awal dirinya mengajak Audrey pulang tapi justru ia belokan ke mall, hingga puncaknya ia ditinggal Audrey pulang yang padahal ijinnya hanya ingin ke toilet.

Aqila yang mendengarkan cerita Saka sambil memperhatikan wajah laki-laki tampan itu pun terkekeh. Demi apapun, selama ini setahu Aqila tidak ada gadis yang berusaha meninggalkan Saka--kecuali Audrey. Kebanyakan gadis di luaran sana justru mengantri untuk bisa berjalan bahkan lunch atau dinner bersama dengan saudaranya ini.

"Stop, Kak! Gak ada yang lucu!" sentak Saka yang nyatanya berhasil untuk menghentikan kekehan Aqila.

"Oh jadi Audrey emang merasa terganggu yah? Kalau gitu aku bakal berpihak sama Audrey. Aku bakal lindungin Audrey dari gangguan iblis macem kamu," sahut Aqila. Dari tempatnya, Saka bisa melihat jika Aqila sedikit membuang wajahnya.

Tapi sebenarnya Saka tahu apa maksudnya, Aqila tidak jauh berbeda dari Kei yang tega memeras habis dompetnya untuk memberikan informasi yang menggiurkan untuk Saka.

"Nomor rekening Kak Aqila masih yang itu 'kan?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Saka langsung membuat Aqila kembali menatap kamera depannya, tersenyum manis pada Saka yang berada dalam layar ponselnya.

"Kamu mau sogok aku?"

"Gak usah munafik."

"Hehehe peka deh."

***

"Good morning Audrey." Sapaan seseorang di depan pintu apartement-nya begitu Audrey membuka pintunya berhasil mengejutkan dirinya.

Audrey sempat mengerjap-ngerjapkan matanya. Gadis itu sempat berpikir jika dirinya sudah tidak waras karena bayangan boss posesifnya terus terngiang di kepalanya bahkan sampai menciptakan wujudnya sekarang.

"Kamu gak berhalusinasi." Sosok Saka yang awalnya Audrey pikir hanya sebuah khayalan itu kembali berbicara.

Wajahnya yang terlihat serius dengan ekspresi yang datar sekaligus nada bicara yang mematikan--menurut Audrey. Akhirnya membuat gadis itu yakin jika sosok itu memang bukan imajinasinya saja, tapi memang benar nyata adanya.

Beberapa detik kemudian saat otaknya sudah kembali bekerja dan mencerna apa yang terjadi, gadis itu tersentak. Kedua matanya membola dengan sempurna dengan mulut yang sedikit menganga karena terkejut.

"Pa ... pa ... pak Saka?" desis Audrey.

Saka menghela nafasnya, menatap Audrey gemas. Rupanya gadisnya itu begitu lambat berpikir. Iya Saka yakin jika otak gadisnya itu baru saja bekerja sehingga ekspresi terkejutnya pun baru muncul beberapa menit yang lalu.

"Kenapa, Nona?" tanya Saka datar.

Lagi. Audrey masih mematung, tangannya sesekali terulur untuk mengusap matanya beberapa kali.

"Harus berapa kali saya bilang kalau kamu gak berhalusinasi?" tanya Saka gemas. Akhirnya laki-laki itu memilih untuk meraih pergelangan tangan Audrey, menarik paksa gadis itu untuk segera pergi.

"Pak, lepas!" rengek Audrey. Gadis itu masih berusaha berdiri di posisinya dengan sekuat tenaga, setidaknya agar Saka sedikit kesulitan untuk menariknya.

Saka yang merasa tubuh Audrey berat dan sulit ia tarik akhirnya menghela nafas dan menolehkan kepalanya sebelum akhirnya bertanya, "Apa?"

"Kunci pintu dulu," gumam Audrey.

"Hm," dehem Saka seraya melepaskan genggamannya dari tangan Audrey.

Begitu tangannya terlepas, Audrey segera mengunci pintu apartement-nya. Jangan tanyakan kenapa Audrey tidak kabur dan justru pasrah dengan kehadiran Saka? Karena sepertinya sekarang memang sangat sulit untuk kabur dari Saka. Tidak seperti di cafe kemarin yang ia bisa beralasan untuk pergi ke toilet.

Sekarang yang Audrey pikirkan adalah bagaimana caranya ia hidup tenang jika boss-nya itu sudah mengetahui di mana apartement-nya. Rupanya Kak Aqila itu tidak bisa diajak berteman. Lihat lah, masalah apartement saja, dia mengadu.

"Udah 'kan?" tanya Saka setelah hampir 5 menit tidak ada respon atau apapun yang menunjukan jika Audrey sudah selesai mengunci pintunya, karena faktanya sekarang Audrey masih diam mematung di depan pintunya.

Saka kembali membalikan tubuhnya, berjalan menuju pintu seraya tangannya terulur untuk memutar knop pintu, memastikan jika Audrey memang sudah mengunci pintunya.

"Ayo." Masih tidak peduli dengan Audrey yang berdiam diri, Saka kembali menarik pergelangan tangan Audrey untuk segera pergi.

...

"Nanti kita sarapan dulu yah, tadi saya liat tukang bubur ayam di deket sini," ujar Saka seraya memakai safebelt-nya setelah Audrey pun ikut masuk ke dalam mobil.

"Saya udah sarapan, Pak," tolak Audrey. Sesungguhnya itu hanyalah akal-akalan Audrey saja. Sekarang ia hanya ingin segera sampai di kantor, dari pada harus berlama-lama di dalam mobil, duduk bersebelahan dengan Saka.

"Saya juga udah sarapan kok tadi, dan masakan Mama enak. Cuma saya tiba-tiba pengen bubur ayam," ujar Saka. Ia mulai menstaterkan mobilnya, meninggalkan area gedung apartement Audrey.

Audrey menatap Saka sekilas. Sudah sarapan dan masih ingin makan bubur? Boss-nya adalah tipe orang yang gila makan? Tapi kenapa tubuhnya tidak besar? Audrey menggelengkan kepalanya sendiri.

"Oh iya, mulai sekarang saya yang bakal antar-jemput kamu." Ucapan Saka berhasil membuat Audrey membolakan matanya, menatap Saka penuh ketidak percayaan.

Seolah mengerti maksud tatapan Audrey saat dirinya melirik Audrey sekilas, Saka kembali membuka mulutnya, menjelaskan yang justru semakin membuat Audrey sulit bernapas.

"Saya gak mau ada cowok lain yang antar-jemput kamu, mau itu taksi online, ojek online. Saya gak akan ijinin, jadi harus saya yang antar-jemput kamu."

"Pak----"

"Gak ada kata protes, Drey."

Audrey menutup mulutnya rapat-rapat, tidak ada yang bisa ia katakan lagi sekarang selain menerima, sepertinya. Apalagi sekarang Saka sudah keluar dari mobil, berjalan menuju tenda penjual bubur ayam pinggir jalan, mengabaikan Audrey yang masih harus menetralkan rasa tak karuannya di dalam mobil.


---
Eh ILWO udah 1 juta kali dibaca dan sesuai janji aku sebelumnya kan, aku bakal bikin ekstra part lagi.

Siapa yang masih keep ILWO di library? Ekstra partnya segera yah!😗

More info? IG; [at]ashintyas

Serang, 13 November 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro