MPBF - 28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gini yah, di sini emang banyak banget castnya apalagi ceweknya si Saka. Jadi aku rasa juga cerita ini bakal panjang banget.

Dua part Audrey gak aku munculin karena ya kita bahas tokoh lain dulu sama mulai langkah awal untuk menyelesaikan hubungan Meisya-Saka😅

Lagi suka sama lagu yang di mulmed🙈

***

"Kenapa malam ini dia manis sekali?" - Audrey Latisha

***

Saka membolakan matanya saat Audrey membalas chat-nya. Gadis itu mengatakan jika ia sedang tidak enak badan sekarang.

Tanpa berpikir lagi, Saka langsung bangkit dari duduknya. Mengusap-usap puncak kepala Meisya sebelum ia beranjak keluar dari dalam cafe.

"Aku duluan yah?" pamit Saka.

"Loh mau ke mana? Makanannya belum habis, Sak," ujar Meisya.

Terang saja gadis itu akan berusaha mempertahankan Saka untuk tetap bersamanya malam ini. Karena tidak bertemu Saka selama beberapa hari lalu membuat ia sangat merindukan sosok Saka.

"Temen aku sakit. Kamu tenang aja, gak usah bayar kok. Kalau kamu udah selesai makan, tinggal pulang aja," ujar Saka lagi.

Sekarang laki-laki itu sudah benar-benar pergi meninggalkan Meisya. Membuat gadis itu mendengus kesal, bahkan daging yang berada di piringnya kini hanya ia tusuk-tusuk menggunakan garpu dan pisau tanpa berniat untuk memakannya lagi.

Sedangkan di meja kasir, Aluna terkekeh menertawakan nasib Meisya. Sangat kasihan bukan seorang gadis ditinggal laki-lakinya saat mereka sedang menikmati makan malam?

***

Mobil honda jazz berwarna pink milik Aqila yang sedang Saka pinjam melesat dengan sempurna di parkiran gedung apartement Audrey.

Saka langsung bergegas turun dan masuk ke dalam gedung. Tetapi sebelum ia benar-benar akan naik menuju apartement Audrey, ia berniat untuk melipir ke dalam mini market lebih dulu. Ia harus membelikan sesuatu untuk gadisnya.

...

"Drey ...." Saka terus memencet bel pintu kamar apartement Audrey, sesekali mulutnya juga terus memanggil nama Audrey.

Saka benar-benar khawatir dengan keadaan Audrey sekarang, terlebih Audrey sakit setelah mereka baru pulang dari Bali beberapa jam lalu. Ini salahnya, dirinya yang mengajak gadis itu terbang ke Bali beberapa hari lalu.

Saka sedikit menghela napas lega saat telinganya mendengar Audrey memutar kunci dari dalam. Dan benar, tidak lama kemudian pintu di hadapan Saka terbuka, menampilkan sosok Audrey dengan wajah pucat.

Saka langsung merangkul Audrey, mengecup kening gadis itu sekilas. Dan Audrey sama sekali tidak menolak perlakuan Saka, justru ia sangat merasa nyaman sekarang.

"Hangat," desis Saka setelah ia selesai mengecup kening Audrey.

Laki-laki itu sekarang menggiring Audrey untuk segera masuk, menutup pintu dan mengantar Audrey untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Nanti aku panggil dokter yah," ujar Saka seraya duduk di tepi ranjang Audrey.

Audrey menggeleng samar. Tangannya sedikit meremas jari-jemari Saka. Sejak kecil gadis bermata hijau itu sangat takut dengan yang namanya dokter. Entah apa yang Audrey takutkan, tapi yang jelas ia selalu berubah menjadi gelisah saat mendengar kata dokter.

"Gak. Aku gak mau," desis Audrey parau. Gadis itu benar-benar sakit sekarang, bahkan suaranya saja terdengar begitu serak.

"Kenapa? Kamu takut dokter?" kekeh Saka seraya menyentuh pipi Audrey yang duduk di sampingnya.

Tak ada sahutan dari Audrey, gadis itu hanya menundukan kepalanya sambil menggigiti bibir bawahnya. Berharap jika Saka mengerti dan tidak akan memanggil seorang dokter kemari.

"Oke aku gak bakal panggil dokter. Orang kayak kamu sama Kei yang takut sama dokter bener-bener nyusahin," kekeh Saka.

Audrey menatap Saka dengan senyum tipis. Namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya saat Saka menyebut nama Kei. Apakah Kei adalah salah satu gadis Saka? Sama seperti Adriana dan Meisya?

"Kei siapa?" Demi memuaskan rasa penasarannya akhirnya Audrey melontarkan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya.

"Kei? Adik aku, namanya Keinan. Kamu pernah ketemu dia kok pas Kei sama Mama datang ke kantor aku," jelas Saka.

Kini senyuman yang muncul di bibir Audrey terlihat lebih lebar dari sebelumnya. Meski bibirnya sedang berwarna putih pucat, tapi senyuman itu masih terus terlihat indah di bibir Audrey.

"Oh iya, aku tadi sempat beliin kamu obat sama beberapa cemilin di mini market bawah, dan aku tahu kamu pasti belum makan," ujar Saka sambil menunjukan sebuah kantung plastik berwarna putih yang belum sempat ia letakan di meja pantry.

"Dan jadi, aku mau bikinin kamu bubur juga, kamu suka bubur 'kan?" tanya Saka yang justru membuat Audrey menatapnya dengan ekspresi dan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu bisa bikin bubur?"

"Bukan bubur ayam sih. Repot. Bubur biasa aja, bisa. Mama yang ngajarin, Mama kan suka seenaknya aja nyuruh aku bikin bubur kalau dia lagi sibuk ngurusin Kei sakit," decak Saka.

Audrey terkekeh saat mendengar cerita Saka barusan. Dari nada bicaranya ada sebuah kekesalan yang terselip di sana. Seolah Saka sangat kesal di saat Mama-nya menyuruhnya melakukan itu.

"Aku paling malas kalau disuruh bikinin bubur buat Kei," lanjut Saka.

Tebakan Audrey benar 'kan? Saka memang tidak pernah suka melakukan hal itu.

"Yaudah kalau gitu kenapa kamu mau buatin bubur buat aku?"

"Kamu Audrey bukan Kei," kekeh Saka.

Detik berikutnya Saka sudah bangkit dari duduknya, mengusap-usap puncak kepala Audrey.

"Sekarang kamu istirahat. Satu jam lagi aku bakal masuk ke kamar kamu lagi," ujar Saka seraya melangkah keluar kamar Audrey. Menutup pintunya dan beranjak menuju dapur, siap bertempur dengan beberapa bahan makanan.

...

Sesuai dengan janjinya, satu jam kemudian Saka kembali membuka pintu kamar Audrey dengan nampan berisi semangkuk bubur wortel, kentang, dan daun bawang serta segelas air putih.

Laki-laki itu mendesah saat mendapati Audrey tengah terduduk di atas lantai, bukannya tertidur untuk beristirahat.

"Kamu tadi gak dengar kalau aku suruh istirahat? Dari aku keluar kamar, kamu belum tidur?" tanya Saka seraya meletakan nampan yang ia bawa ke atas nakas.

"Gak bisa tidur, Sak," adu Audrey.

Saka menghela napasnya, ia menitah Audrey untuk duduk di tepi ranjang. Setelah itu Saka mulai meraih mangkok buburnya, bersiap untuk menyuapi Audrey.

"Habis makan, minum obatnya," suruh Saka sambil menyodorkan sesendok bubur untuk Audrey.

"Aku bisa makan sendiri. Siniin mangkoknya." Bukannya langsung melahap bubur yang Saka sodorkan, Audrey justru berusaha meraih mangkok yang berada di tangan Saka.

Saka menolak keras, ia justru semakin menjauhkan mangkok di tangannya dari jangkauan Audrey. Ia tidak akan membiarkan Audrey makan sendirian di saat keadaannya sedang seperti ini.

"Udah deh diam aja. Nurut sama aku. Kalau kamu gak nurut, aku bisa panggilin dokter buat kamu," oceh Saka. Tangannya kembali terulur untuk menyuapi Audrey.

"Ancamannya curang," protes Audrey. Tapi gadis itu mulai melahap bubur yang Saka sodorkan.

"Biarin aja, cewek keras kepala kayak kamu emang harus diancam begitu," kekeh Saka.

Laki-laki itu terus menerus menyuapi Audrey dan tanpa menyampaikan protes apapun lagi, Audrey hanya bisa menerima suapan demi suapan yang Saka berikan.

---
Siapa yang kelepek-kelepek sama sikap Saka di part ini acung kaki? Ada gak? Atau rasa kalian ke Saka lebih banyak jengkelnya? HAHAHA😝

Instagram:
[at]ashintyas
[at]sakaa_justine
[at]drey.latishaa
[at]kei_keinan
[at]naqila.azdia

Serang, 6 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro