MPBF - 27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum baca boleh minta votenya? Nanti minta komennya juga yah😋

***

"Resiko jadi orang ganteng, semua minta dijelain status hubungannya." - Saka Aldino Justine

***


Saat pukul 7 malam, Saka baru bangun dari tidurnya dan langsung beranjak keluar dari kamar Aqila.

Matanya terlihat berbinar saat mendapati banyak makanan di atas meja makan, di ruang makan, ada Aqila dan Aiden yang tengah menikmati makan malamnya.

Tanpa berpikir lagi, Saka segera duduk di salah satu kursi kosong setelah menyomot sedikit ayam goreng dari piring Aqila.

"Kebiasaan," desis Aqila gemas.

"Udah jam segini, kenapa gak bangunin aku?" tanya Saka selagi tangannya bergerak mengambil nasi untuknya.

"Kak Saka kalau tidur kayak mayat. Daritadi Aiden udah bangunin Kak Saka," sahut Aiden disela-sela mengunyah makanannya.

"Masa? Oh kayaknya karena kecapekan, tapi malam ini aku ada janji," gumam Saka sebelum memasukan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

Aqila yang awalnya malas berbicara dengan Saka akhirnya tertarik untuk menyahuti ucapan Saka barusan.

"Janji sama siapa? Audrey?" tanya Aqila. Saka menggelengkan kepalanya samar.

"Bukan. Audrey juga pasti capek, jadi aku gak bakal ganggu dia dulu."

"Terus janji sama siapa?"

"Meisya."

"Pacar Kak Saka banyak yah," ujar Aiden.

Saka terkekeh seraya menatap Aiden. Tangannya yang tidak memegang sendok terulur untuk menepuk-nepuk pundak Aiden.

"Pacar aku cuma satu, yang lain cadangan. Itu bukti kalau Kak Saka tampan, Den. Kalau kamu ngaku ganteng, cari cewek yang banyak," ujar Saka.

Mengetahui jika Saka mengajarkan hal yang tidak-tidak pada adiknya, Aqila memilih untuk melempar Saka dengan sepotong paha ayam goreng dari piringnya.

"Jangan ngajarin Aiden yang macam-macam," decak Aqila.

"Tenang aja, Kak. Aiden juga gak bakal niru Kak Saka. Itu bukan karena ganteng, Kak, tapi murahan," ledek Aiden.

"Good!" sahut Aqila.

"Ih payah nih dasar, gak ngerti standar kualitas cowok ganteng sih kamu," gumam Saka seraya menjitak kepala Aiden kuat.

"Nanti kalau aku belum pulang, jangan kunci pintunya yah. Aku malam ini tidur di sini." Kini Saka kembali berbicara pada Aqila.

Gadis itu hanya menatap Saka sambil menaikan sebelah alisnya. Sebuah tatapan remeh kepada Saka.

"Kenapa gak pulang ke rumah sih? Ada masalah?"

"Aku gak mau pulang ke rumah kalau Papa masih niat mau jodohin aku sama anak temennya. Oh iya nanti aku pinjam mobil Kak Aqila juga yah," jelas sekaligus ijin Saka.

Aqila mendesah sambil mengetuk-ngetuk sendok di tangannya ke atas piring makanannya.

"Nyusahin."

"Oh iya, jangan bilang Mama sama Papa yah kalau aku di sini."

"Bodo amat, Sak."

***

"Saka, kenapa sih kalau jalan sama aku ke cafe ini lagi, ini lagi," desis Meisya.

Saat ini Meisya dan Saka memang sudah berada di dalam sebuah cafe di dalam mall. Di mana lagi kalau bukan salah satu cafe kepemilikan Karisma yang juga sekaligus tempat Aluna bekerja.

Itu sebabnya sejak beberapa menit lalu Meisya terus menyampaikan protesnya pada laki-laki yang duduk di hadapannya yang selalu saja mengajaknya ke sini.

"Terus ke mana lagi? Aku bingung mau ajak kamu ke mana, Mei," sahut Saka.

Meisya mendesah. Sebenarnya ia tidak yakin dengan jawaban Saka. Pasalnya, setahu Meisya, sejak jaman sekolah dulu, Saka salah satu anak hitz di sekolah, jadi bisa sangat dipastikan jika ia mengetahui tempat-tempat yang sedang happening di Jakarta.

"Bukan karena kalau makan di sini gratis 'kan?" selidik Meisya.

Mendengar pertanyaan Meisya yang cenderung terdengar seperti pertanyaan sebuah tuduhan membuat Saka sedikit terkekeh. Ia mengeluarkan dompet dari saku celananya. Mengeluarkan beberapa kartu ATM, kartu kredit dan beberapa lembar uang cash yang berada di dalam dompet.

"Yaelah mau tempat yang bayar juga aku bisa, Mei. Punyaku semua tuh," ujar Saka dengan nada sombongnya.

"Ya ya ya percuma kalau nyatanya kamu ngajakin aku di tempat makan yang gini-gini aja," desah Meisya seraya memalingkan wajahnya.

Tangan Saka terulur untuk menyentuh wajah Meisya, membuat gadis itu kembali menatap ke arahnya.

"Kenapa kamu jadi bawel gini sih? Biasanya juga santai aja," ujar Saka sambil memasukan semuanya ke dalam dompetnya lagi.

"Karena aku ngerasa sekarang kamu beda setelah punya sekretaris yang namanya A ... ah aku lupa namanya. A ... Audrey yah? Bener 'kan?" protes Meisya dengan sedikit terbata karena dirinya sedikit melupakan siapa nama sekretaris Saka itu.

Saka menarik tangannya dari wajah Meisya seraya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya samar.

"Ini gak ada hubungannya sama Audrey, Mei."

"Tapi aku ngerasa begitu. Oh oke sekarang aku mau tanya, hubungan kita ini gimana?"

Saka yang baru memainkan ponselnya lagi kembali menatap Meisya sambil menaikan sebelah alisnya seolah-olah ia sedang bertanya hubungan kita gimana?

"Kamu udah gak jadiin aku pelampiasan dari Adriana doang 'kan?" tanya Meisya lagi.

"Lo bakal selalu jadi pelampiasan Kak Saka doang." Sosok Aluna yang datang untuk mengantarkan makanan milik Saka dan Meisya sambil menyahuti ucapan Meisya barusan, membuat Saka menyunggingkan senyum manis ke arahnya.

Meisya berdecak, menatap Aluna yang sedang sibuk meletakan makanan di atas meja dengan tatapan tidak suka.

"Emang lo pikir lo cewek istimewa buat Saka?" tanya Meisya.

Aluna hanya tersenyum sambil menatap Saka. Tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Meisya sama sekali.

"Selamat menikmati," ujar Aluna sebelum ia beranjak pergo dari meja Saka dan Meisya.

"Thankyou," jawab Saka.

Tingkah Aluna membuat Meisya muak. Gadis itu kembali berdecak saat Aluna sama sekali tidak merespon ucapannya selain di awal kedatangannya yang mencibir dirinya.

"Nyebelin banget," umpat Meisya.

"Udah ah, sekarang dimakan dulu makanannya," ujar Saka. Ia mulai meraih garpu dan sendok di atas piring, mulai memotong steak ayam pesanannya.

"Saka, jadi hubungan kita gimana?" tanya Meisya lagi disela-sela mengunyah makanannya.

"Gak gimana-gimana," jawab Saka santai.

"Kamu gak serius sama aku? Kamu cuma mainin aku?" Kini Meisya mulai sedikit tersulut emosi saat Saka seolah-olah terus meresponnya dengan santai. Mengangap semua ucapannya bukanlah sebuah hal penting.

"Jangan bahas hubungan dulu deh Mei. Kita jalanin dulu aja. Aku lagi pusing, Papa mau jodohin aku."

Ucapan Saka hampir membuat Meisya tersedak makanan yang tengah berada di mulutnya. Gadis itu menatp Saka lekat setelah sebelumnya ia sempat membolakan matanya karena terkejut.

"Dijodohin? Kamu serius?"

"Iya. Makanya aku lagi pusing," desah Saka.

Meisya menghirup napas dalam kemudian menghelanya pelahan. Satu tangannya terulur untuk menyentuh pundak Saka.

"Aku gak tau. Kalau gitu, maaf. Bytheway, aku bisa bantu kamu. Itu juga kalau kamu butuh bantuan aku," tawar Meisya sebelum ia menyedot milkshake chocolate miliknya.

Saka menautkan kedua alisnya, menatap Meisya bingung. "Bantu gimana?"

"Buat ngaku di depan orangtua kamu kalau aku pacar kamu. Biar mereka gak bisa jodohin kamu," jawab Meisya santai.

Saka hanya terkekeh kecil sambil mengelengkan kepalanya. Sebelumnya, ia juga sempat mendapat tawaran bantuan seperti ini dari Adriana saat gadis itu menanyakan perihal perjodohannya yang tanpa sengaja ia katakan di sambungan telepon waktu itu.

---
Udah sedikit paham sama hubungan Saka-Meisya?😅

Oh iya, kata Saka, Audrey capek, suruh istirahat kan? Makanya di part ini gak aku keluarin😝

Instagram:
[at]ashintyas
[at]sakaa_justine
[at]drey.latishaa
[at]kei_keinan
[at]naqila.azdia

Serang, 5 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro