MPBF - 26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Boleh minta vote dan komenya dong yah?😄

***

"Dia mau balas dendam buat ngusilin aku?" - Naqila Azdia Qeanu

***

Menjelang jam makan siang, Saka baru kembali ke villa. Begitu masuk ia langsung menjelajah seisi villa untuk menemukan keberadaan Audrey.

Bibirnya tersenyum lebar saat mendapati gadisnya itu sedang duduk di tepi kolam di belakang villa sambil memainkan air dengan kedua kakinya.

"Saka, aku mau pulang," desis Audrey saat laki-laki itu melangkah mendekatinya.

Padahal niat awalnya Saka akan mendorong Audrey ke dalam kolam dan mereka akan berenang berdua, tapi Saka lupa jika genangan air bersifat seperti cermin. Memantulkan bayangan benda yang ada di sekitarnya.

"Kok pulang?" Akhirnya Saka pun memilih untuk duduk di samping Audrey, melakukan hal serupa dengan yang Audrey lakukan.

"Kita ke sini bukan buat urusan kerjaan 'kan? Cek resort yang kamu bilang itu bohong 'kan? Aku mau pulang," rengek Audrey.

"Tapi, Drey----"

"Kalau kamu masih mau di sini sama Adriana itu gak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri, aku udah biasa naik pesawat sendiri kok. Tapi kamu kasih aku ongkos." Audrey menatap Saka yang duduk di sebelahnya. Tangan kanannya menengadah ke arah Saka seolah meminta Saka memberikan uang untuknya.

"Kapan kamu mau pulang?"

"Hari ini juga."

Saka menaikan sebelah alisnya, menatap Audrey lekat seolah ingin memastikan kalau gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya.

Saka bangkit dari duduknya, mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu Audrey ikut bangkit dari duduknya.

"Kita pulang sekarang, sehabis makan siang. Kita makan dulu, aku lapar," ujar Saka setelah Audrey berdiri di sampingnya.

"Bener? Kamu mau ikut pulang?"

"Iya."

***

Setelah mengantar Audrey pulang ke apartement-nya dari bandara menggunakan taksi. Bukannya pulang ke rumah, Saka justru pulang ke rumah Aqila.

Saka menyunggingkan senyumnya saat ia keluar dari taksi dan mendapati pintu rumah Om dan Tante-nya itu terbuka dengan lebar. Ia menatap jam tangan di pergelangan tangannya samar. Pukul 5 sore.

Kaki jenjang Saka mulai memasuki pekarangan rumah Azka dan Nadia, begitu kakinya sampai di ambang pintu, ia sedikit mengendap-endap saat melihat Aiden Azidan Qeanu--anak bungsu Azka dan Nadia--tengah fokus dengan ponselnya di ruang tamu.

"Woi!" Saka menepuk pundak Aiden, membuat laki-laki berambut cokelat itu sedikit tersentak dan mendengus kesal kepada Saka.

"Apa sih Kak Saka? Kok Kak Saka di sini? Kata Kei, Kak Saka di Bali?" tanya Aiden kemudian.

Saka mengangkat sebelah kakinya ke kakinya yang lain. Masih belum merespon pertanyaan Aiden, mata Saka justru menjelajah seisi rumah Azka dan Nadia.

"Kenapa sepi? Tante Nadia sama Om Azka mana, Den?"

"Keluar kota. Daddy sok sibuk," sahut Aiden. Saka mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Di luar ada mobil Angelo 'kan? Angelo sama Kak Qila nya ke mana?" tanya Saka saat ia baru mengingat jika tadi sebelum masuk ke dalam rumah, matanya sempat melihat mobil Angelo--kekasih Aqila--di pekarangan rumah.

"Di kamar Kak Aqila lah," jawab Aiden santai.

Terang saja Saka membolakan matanya, ia langsung bangkit dari duduknya. Memukul lengan Aiden kuat.

"Lo bego atau gimana sih, Den? Mereka bukan suami-istri, kenapa lo biarin di dalam kamar berduaan? Kalau mereka khilaf gimana?" decak Saka.

"Bodo amat, yang penting aku dapet uang 100 ribu dari Kak Qila. Uang tutup mulut dari Mommy sama Daddy." Aiden mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari saku celananya, memamerkannya pada Saka sambil sesekali mencium harum uang di tangannya.

"Aiden sama Kei sama aja. Mata duitan semua. Adik macam gitu harusnya dimusnahin. Oh iya Den, jangan bilang Kei, Om Karisma sama Tante Xaxa yah kalau Kak Saka di sini. Kalau sampai mereka nyusul Kak Saka di sini, lihatin aja apa yang bakal Kak Saka lakuin ke kamu," ujar Saka sebelum ia melangkahkan kakinya meninggalkan Aiden untuk menuju kamar Saka.

Bruk!

Begitu kedua kakinya sampai di depan pintu kamar Aqila. Saka mendobrak pintunya kuat, beruntung pintu kamar Aqila tidak dikunci, hanya ditutup dengan rapat.

Dan alangkah terkejutnya Saka saat mendapati Aqila dan Angelo sedang asyik berciuman di atas ranjang Aqila. Syukurnya mereka masih menggunakan busana lengkap yang artinya keduanya belum melakukan hal sampai sejauh itu.

"Anjir," desis Saka masih berada di ambang pintu.

Angelo dan Aqila menghentikan permainan mereka. Melempar tatapan tajam ke arah Saka. Sedangkan Saka yang ditatap dengan tatapan mematikam oleh Aqila justru terkekeh sambil melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar Aqila.

"Pinter banget Kak, rumah sepi ngajak pacar ke rumah. Di dalam kamar lagi," sindir Saka seraya mengacak puncak kepala Aqila gemas.

"Rese lo!" decak Aqila sebal.

"Lo, Kak Aqila cewek baik-baik, jangan ajakin dia yang macam-macam. Gue dari awal gak pernah setuju Kak Aqila sama lo, Lo," ujar Saka seraya duduk di tepi ranjang, di samping Angelo.

Angelo hanya melirik ke arah Saka dengan malas. Hubungan antara Saka dan Angelo memang tidak baik. Saka selalu melarang Aqila berhubungan dengan Angelo, itu yang membuat Angelo tidak menyukai Saka. Tapi, Saka juga melarang Aqila bukan tanpa alasan, karena Saka tahu jika Angelo bukan cowok baik-baik, dia brengsek.

"Bacot lo," desis Angelo.

"Saka! Kamu apaan sih? Sekarang keluar dari kamar aku. Rese banget! Urusin Audrey sana," usir Aqila gemas. Gadis itu sempat mendorong-dorong tubuh Saka dari ranjangnya, berharap Saka akan jatuh dan mengalah untuk keluar. Tapi Aqila gagal, sekarang Saka justru sudah berbaring di atas ranjangnya.

"Gak mau ah! Aku mau numpang tidur di sini," sahut Saka.

"Tidur di kamar Aiden aja. Lagian Aiden oon banget sih, kenapa setan ini diijinin ke sini, udah dikasih uang juga," decak Aqila.

"Woi Kak, baru gini aja udah main nyogok. Gimana mau jadi pejabat," ledek Saka.

"Bodo amat! Aku juga gak tertarik buat jadi pejabat," ujar Aqila malas.

"Oh."

"Eh Lo, udah berapa perempuan yang lo tidurin?" Mengakhiri perdebatannya dengan Aqila, kini Saka beralih mengajak Angelo yang sejak tadi berdiam, berbicara. Ralat. Bukan berbicara, tetapi memancing perkelahian.

Angelo menatap Saka dengan sinis. Kalau saja ini bukan di rumah Aqila, bisa dipastikan jika Angelo akan menghajar Saka habis-habisan. Tapi rupanya Angelo masih tahu diri, sehingga ia berusaha mati-matian untuk menahan emosinya.

"Cukup gue yang tahu," desis Angelo sambil tersenyum miring.

Saka yang mendengar pun terkekeh, sedangkan Aqila hanya menggelengkan kepalanya. Selalu seperti ini. Keduanya tidak pernah akur bila bertemu.

"Lo bebas mau nidurin cewek manapun, Lo. Tapi awas aja kalau lo sampai macam-macam sama Kak Qila," tutup Saka.

"Stop, Sak," lerai Aqila.

"Aku udah selesai kali, Kak," kekeh Saka.

Lagi-lagi Angelo melirik Saka dengan sinis. Turun dari ranjang Aqila dan beranjak keluar.

"Aku pulang, Qil," pamit Angelo sebelum ia benar-benar lenyap dari pandangan Saka dan Aqila.

Begitu Angelo menghilang, Saka tertawa dengan puas. Bantal berwarna berbentuk hati berwarna biru muda milik Aqila, ia lempar tepat mengenai wajah Aqila.

"Lain kali kalau mau mesum jangan di sini," oceh Saka.

"Berisik! Rese tahu gak sih lo, Sak."

"Gak peduli. Lagian aku selalu bilang jangan sama Angelo. Aku ganteng, cewek banyak, tapi gak pernah tidur sama cewek-cewek kalau belum halal. Nah Angelo muka pas-pasan belagu," kekeh Saka. Sepertinya ia begitu sangat puas mengejek dan menjelek-jelekan Angelo di depan Aqila.

Aqila mendesah. Ia bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar. Kalau terus-terusn bersama dengan Saka yang ada Aqila akan tertarik untuk menampar mulut laki-laki itu.

---
Siapa yang nungguin ini? Ehehe😎

Instagram:
[at]ashintyas
[at]sakaa_justine
[at]drey.latishaa
[at]kei_keinan
[at]naqila.azdia

Serang, 3 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro