MPBF - 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jangan lupa vote sebelum baca dan komentar selagi membaca atau selesai membaca yah!😂

***

"Keluarga tetep keluarga. Kalian gak akan bisa sok jaga image di rumah. Dan saya, setampan apapun saya, kalau di rumah saya tetep seorang anak. Anak yang takut sama amukan Mama." -Saka Aldino Justine

***

Saka selalu pulang dari kantor pukul 4 sore dan sampai di rumah pada pukul 5 sore, mengingat jalanan kota Jakarta yang tidak pernah sepi, itu sebabnya sejak pukul 5 sore, Keinan sudah duduk di teras rumahnya. Bahkan sesekali gadis berusia 17 tahun itu terlihat bolak-balik tidak jelas, membuat Karisma yang melihatnya dari sofa ruang tamu sesekali memijat keningnya karena pusing melihat tingkah putri bungsunya.

Bukan tanpa sebuah alasan Kei untuk menanti kepulangan kakaknya, ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan kakaknya, yang mungkin bisa jadi ladang untuk menambah uang jajannya.

Beberapa menit setelahnya, telinga Kei mendengar suara klakson mobil sang kakak berhenti di depan pagar rumahnya. Dengan sangat tidak sabar, Kei menanti mobil kakaknya itu masuk setelah satpam rumahnya membukakan pagar untuknya.

"Kak Saka lama banget sih," teriak Kei semakin tidak sabar.

"Anak gadis gak baik teriak-teriak," tegur Xaxa yang baru datang dari dapur seraya meletakan secangkir teh manis hangat di atas meja, di hadapan Karisma.

"Kak Saka lemot banget sih, Ma. Kayak siput," sahut Kei masih berteriak. Ia seolah tidak mempedulikan ucapan Xaxa yang melarangnya untuk berteriak.

"Kenapa sih? Adik aku kenapa teriak-teriak?" sahut Saka. Laki-laki itu sekarang sudah berada di hadapan Keinan, mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut.

"Kak Saka sini." Kei menarik pergelangan Saka, menjauhi pintu rumahnya yang terbuka agar Karisma dan Xaxa yang tengah duduk di dalam, tidak bisa melihat ataupun obrolan mereka.

"Apa?" tanya Saka lagi.

"Kakak di parkiran kantor ciuman sama cewek kan," ujar Kei pelan. Sangat pelan, bahkan Saka sendiri hampir tidak mendengarnya, karena bagaimana pun Kei menyayangi kakaknya, gadis itu tidak mau jika kedua orangtuanya memarahi kakaknya karena masalah ini.

Tapi, Kei harus melakukan ini pada Saka demi bertambah uang jajannya, karena pasti Saka akan melarangnya untuk memberitahu pada Mama dan Papa mereka lalu kakaknya itu akan memberi uang tutup mulut untuknya.

"Hah? Enggak," sahut Saka. Ekspresinya tidak berubah sama sekali. Selalu datar. Tapi, di sini ia memberikan ekspresi itu untuk menyembunyikan kepanikannya.

"Gak usah bohong, Kak," kekeh Kei.

Gadis itu menyodorkan ponselnya, menunjukan layar ponselnya yang sedang menampilkan foto Saka sedang mencium Audrey di parkiran kantor sewaktu jam istirahat siang tadi.

Seketika Saka membolakan matanya, menatap adik kesayangannya dengan tajam. Saka sama sekali tidak menduga jika adiknya bisa memiliki foto itu.

"Lo mata-matain gue hah?" tanya Saka.

Bukannya terkejut karena Saka berbicara dengan nada tinggi, Kei justru terkekeh, menertawakan ekspresi dan respon panik yang ditunjukan oleh Saka.

"Sini kasih hape kamu ke kakak, anak kecil gak baik liat foto gituan," ujar Saka. Tangannya terulur untuk meraih ponsel Kei, tapi gadis itu juga dengan sigap menjauhkan ponselnya dari Saka.

"Gak," kekeh Kei.

"Dapet dari mana sih? Kamu beneran mata-matain kakak?"

"Gak. Kurang kerjaan banget aku mata-matain kakak, pulang sekolah langsung ke tempat les aja udah mau mati setengah mampus," dumel Kei sambil menunjukan deretan giginya.

"Terus dari mana?"

"Dari Aidan. Terus Aiden dari Kak Aqila. Kak Aqila yang nyuruh Aiden buat kirim itu ke aku, soalnya aku block line Kak Aqila karena kemarin malam dia kirim foto hantu," jelas Kei.

Saka yang mendengar penjelasan adiknya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sebenarnya, ia sudah tau apa maksud adiknya itu.

"Mau uang?" tanya Saka yang membuat mata Kei menjadi lebih berbinar dari sebelumnya.

"Kalian apa-apaan sih? Saka kenapa tadi teriak-teriak? Kei juga, kakaknya baru pulang bukan disuruh masuk malah diajak ngobrol di sini." Xaxa yang sudah bosan menunggu kedua anaknya masuk pun akhirnya memutuskan untuk mengecek keduanya dari ambang pintu, atas dasar perintah Karisma.

Saka dan Kei seolah belum peduli dengan kehadiran Xaxa. Saka sibuk dengan dompet cokelatnya, mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan yang kemudian ia berikan pada Kei.

"Uang tutup mulut. Awas aja kalau kamu bilang sama Mama Papa," bisik Saka tepat di telinga Kei.

"Mama dicuekin hm? Itu apa? Kenapa Saka ngasih uang banyak banget ke Kei?" tanya Xaxa gemas, bahkan sekarang wanita itu kembali melangkah, semakin mendekati kedua anaknya.

"Bisnis Ma. Mama mau lihat?" Kei berjalan mendekati Xaxa. Saat langkahnya sampai di samping Xaxa, gadis itu dengan jahil menunjukan foto Saka dan Audrey yang sedang berciuman.

Mata Xaxa membola dengan sempurna, tatapannya menatap Saka dengan tajam. Jika diibaratkan kartun, wajah Xaxa sudah pasti tengah berubah menjadi merah dengan asap yang keluar dari kedua telinganya.

"Sakaaaaaaa!" teriak Xaxa.

Mendengar teriakan Mamanya, Kei justru terkekeh dan memilih melenggang pergi begitu saja. Ini adalah eksekusi pembunuhan Mamanya terhadap kakaknya, jadi dirinya tidak akan ikut campur.

"Kampret lo Kei, anjir gue gimana ini," gumam Saka panik. Sedangkan matanya terus mengawasi langkah Xaxa yang terus berjalan mendekatinya, tangan Xaxa terlihat sudah memegang sapu yang memang sudah sejak tadi berada di teras.

Saka memang bersikap cool dan seolah mematikan saat di depan karyawan-karyawannya, tetapi jika di rumah, sifat Saka berubah 180 derajat.

"Ampun elah Ma, Saka udah gede, udah jadi CEO masa masih mau dipukul pake sapu, Ma?"

Xaxa seakan tidak peduli, wanita itu terus berjalan mendekati putranya yang juga terus memundurkan langkahnya untuk menghindar.

"Xa," panggil Karisma.

Saka bernafas lega saat melihat sosok Papa nya muncul di ambang pintu rumahnya, setidaknya Saka bisa berharap kalau Papa nya akan meredakan kemarahan Mama nya. Tapi, atau justru dirinya akan dibunuh keduanya sekaligus?

"Pa, anak kamu nih udah berani cium-cium anak gadis orang," adu Xaxa menatap Karisma yang berjalan mendekatinya.

"Gak sengaja Pa, serius. Itu Saka lagi bukain pintu terus kayak kedorong gitu eh gitu deh," sahut Saka.

Tentu saja penjelasan itu adalah sebuah kebohongan belaka, karena faktanya ia memang sengaja melakukan itu. Tapi, demi keselamatan dirinya dari amukan kedua orangtuanya, semua akan Saka lakukan, termasuk berbohong.

"Papa jangan percaya sama Mama," ujar Saka lagi.

Karisma merangkul Xaxa, mengecup puncak kepala istrinya itu sekilas.

"Papa percaya sih kalau kamu main cium anak gadis orang gitu aja, itu berarti kamu emang anak Mama kamu," kekeh Karisma.

Xaxa memutar bola matanya, menatap Karisma dengan tajam seolah tidak mengerti apa maksud dari ucapan Karisma barusan.

Baru akan membuka mulutnya untuk protes atau sekedar bertanya, Karisma sudah menyelanya lebih dulu.

"Kamu gak inget pas kamu main cium pipi aku gitu aja di bandara? Pas pertama kali aku harus pergi ke Paris. Padahal dulu aku sama kamu gak punya hubungan apa-apa loh," ujar Karisma.

Pria itu menyunggingkan senyumnya untuk menggoda istrinya. Sedangkan Xaxa yang mendengar ucapan suaminya, yang ternyata masih mengingat kejadian puluhan tahun lalu itu dengan detail terlihat tersipu malu. Pipinya terlihat berubah menjadi lebih merah merona.

"Jadi, Mama pernah nyium Papa sebelum punya hubungan? Ih Mama kok malu-maluin sih," celetuk Saka.

Laki-laki itu sebelumnya memang sudah mengetahui bagaimana proses bersatunya kedua orangtuanya sampai sekarang, tapi Saka tidak pernah tahu tentang kejadian kecil seperti itu, karena memang Xaxa dan Karisma tidak pernah menceritakannya.

Mendengar celetukan putranya, Xaxa kembali menatap Saka dengan tajam, bibir Xaxa terus bergerak-gerak seolah-olah memberikan sumpah serapah pada putranya.

"Heh kamu juga malu-maluin, siapa suruh nyium-nyium anak gadis orang?" ujar Karisma. Tangan kirinya terulur untuk menjitak kepala Saka kuat.

"Aduh, Pa, kan Saka bilang gak sengaja itu Pa."

"Apa? Kamu pikir Papa percaya sama kebohongan kamu? Udah Ma hajar aja," ujar Karisma.

Terang saja Saka membolakan matanya lebar-lebar saat mendengar ucapan Karisma barusan, sebelum Xaxa kembali mengangkat sapunya, secepat mungkin Saka berlari masuk ke dalam rumah, menghindari amukan Mamanya dan kebahagian Papanya saat melihat dirinya menderita.

---
Gak ngerti deh gue pengen aja gitu bikin harga diri Saka jatoh karena bertingkah begitu😂

Serang, 21 Oktober 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro