MPBF - 49

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tes ... wkwk wattpad sudah benar belum yah?😂

Jangan lupa vote sama komennya yah. Happy reading!


***

"Aku nggak ingat apapun." - Saka Aldino Justine

***

"Ini foto sungguhan?"

Pria paruh baya bernama James itu membenarkan kacamata baca yang bertengger di hidungnya seraya menatap seorang gadis yang berdiri dengan angkuh di hadapannya.

James memasukan kembali lembaran foto yang baru dilihatnya ke dalam amplop cokelat di tangannya dan menyerahkannya pada gadis itu, lagi.

"Tentu saja, Tuan. Dan saya datang ke sini untuk meminta Socialite Media menerbitkan berita ini. Hari ini juga," ujar seorang gadis yang dengan angkuhnya justru melipat kedua tangannya di depan dada--tidak menerima amplop foto yang James sodorkan.

"Kami tidak bisa membuat berita secara asal-asalan. Terlebih saya Pemimpin Redaksi di sini. Jadi saya harus bertanggung jawab atas semua berita-berita yang akan Socialite Media terbitkan. Kami harus menyelidiki kebenaran foto ini terlebih dahulu, kalau ini sebuah kepalsuan, Socialite Media akan terkena kasus yang serius, Nona."

"Foto itu bukan sebuah kebohongan. Saya bisa menjaminnya, Tuan James. Terbitkan berita tentang foto itu hari ini juga, dan saya akan membayar besar kepada Anda."

James nampak menghela napasnya seraya melirik jam di pergelangan tangannya.

"Kami tidak bisa menerbitkan berita itu pagi ini. Jadwal penerbitan majalah harian kami sekitar 2 jam lagi, dan beberapa menit lagi kami akan melakukan pencetakan. Tidak ada waktu untuk mengedit ulang layout untuk memasukan berita ini," ujar James pada akhirnya.

"Lalu?"

"Berita ini sore nanti akan kami terbitkan melalui website berita online milik Socialite Media dan kami akan memuat berita ini besok di majalah kami."

"Baiklah. Saya sangat menunggu berita itu diterbitkan, untuk soal bayaran, saya akan menghubungi Anda lagi. Bisa minta kartu nama Anda, Tuan James?"

James terlihat merogoh kantongnya, membuka dompetnya dan menyodorkan sebuah kartu nama miliknya pada gadis itu.

"Baik, nanti saya akan hubungi Anda. Sekali lagi terimakasih, dan senang bekerja sama dengan Socialite Media." Gadis itu menjabat tangan James sebelum ia melenggang pergi dari gedung Socialite Media dengan lenggak-lenggok tubuhnya.

Setelah gadis itu pergi, James hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya menyerahkan amplop cokelat yang sejak tadi dipegangnya kepada salah seorang Lay-outer yang tengah sedikit sibuk memantapkan layout berita yang akan terbit hari ini.

"Terbitkan berita mengenai foto itu pada website berita online Socialite Media sore nanti," perintah James sebelum ia masuk ke dalam ruangannya.

***

Di waktu yang sama dan tempat berbeda, Audrey memutar bola matanya malas saat ia melihat Saka berdiri di depan pintu rumahnya sambil menyengir tak bersalah.

Laki-laki itu sejak tadi terus membunyikan klakson mobilnya, membuat Louis akhirnya menyuruh Audrey untuk mengeceknya.

Dan sebenarnya tanpa dicek pun Audrey sudah sangat tahu jika itu adalah Saka. Memangnya siapa yang akan bersikap tidak sopan dengan terus-terusan membunyikan klakson mobil pagi-pagi di depan rumah orang jika bukan seorang Saka Aldino Justine?

"Selamat pagi. Sudah siap buat pergi ke kantor?" tanya Saka to the point.

Demi apapun sebenarnya Audrey begitu kesal dengan Saka karena kemarin, laki-laki itu tidak menemuinya sesuai janji mereka untuk mencari cincin pertunangan mereka.

Tapi rasa kesal dan niat untuk ngambeknya harus ia urungkan dan berganti menjadi sebuah pertanyaan saat beberapa menit lalu, Xaxa menghubunginya untuk menanyakan keberadaan Saka.

"Selamat pagi juga. Kamu darimana aja?" Audrey menitah Saka untuk duduk di kursi yang berada di teras rumah.

Saka terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia tersenyum dan menjawab pertanyaan Audrey dengan enteng, "nggak kemana-mana."

"Mama kamu beberapa menit lalu nelpon aku. Nanya kamu di mana, semalam kamu nggak pulang. Terus kemarin juga kita mau beli cincin 'kan? Tapi kamu nggak datang," decak Audrey.

Saka mengusap-usap keningnya sambil lagi-lagi terkekeh kecil.

"Ah iya, kemarin pas aku mau nemuin kamu, tiba-tiba Alisa datang ke ruangan aku, bilang kalau ada meeting dengan Wijaya Tour Travel. Setelah meeting selesai, aku harus keluar kota. Ada urusan di kantor cabang," dusta Saka.

Saka tidak bisa menceritakan apa yang ia alami sebelum datang ke sini. Karena ia juga tidak mengerti kenapa saat membuka matanya, dirinya berada di sebuah kamar yang begitu asing untuknya. Dan Saka tidak bisa mengingat apapun selain itu.

"Kenapa kamu nggak ngabarin aku atau orangtua kamu? Mereka khawatir, Saka."

"Batere hapeku habis, dan aku bener-bener malas buat charger, toh aku langsung bolak-balik, nggak bermalam di sana." Saka mengeluarkan ponselnya yang mati total dari dalam saku jasnya, menunjukannya pada Audrey.

"Oh ini si laki-laki pengingkar janji kesayanganmu, Tisha."

Leon kini sudah merentangkan kedua tangannya di kusen pintu, melirik Saka seolah memberikan sinyal-sinyal permusuhan.

"Leon," lerai Audrey.

"Kau benar-benar mencintainya, Tisha? Bahkan dia tidak menepati janjinya padamu saja, kau masih membelanya?"

"Kau tidak tahu alasan dia tidak menepati janjinya. Diamlah."

Audrey menurunkan tangan Leon yang menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam rumah.

Seperginya Audrey, hanya tatapan penuh permusuhan yang terpancar dari kedua bola mata Saka dan Leon. Beruntung tak lama Audrey sudah kembali dengan tas kantornya, gadis itu segera mengajak Saka pergi sekarang.

"Lebih baik kau habiskan sarapanmu lebih dulu, Leon, baru berbicara banyak," decak Audrey sebelum ia masuk ke dalam mobil Saka.

"Ayo jalanin mobilnya, Baby Dino," ujar Audrey setelah ia sudah masuk ke dalam mobil namun Saka tak kunjung menghidupkan mesin mobilnya.

"Aku laper, Udey," gumam Saka seraya memegangi perutnya.

"Kamu nggak mau minta aku sarapan dulu di dalam?"

Audrey menghela napasnya saat kekasih sekaligus boss-nya itu memasang wajah memelas sekarang, ditambah dengan kedua tangannya yang terus memegang perutnya.

Tapi Audrey tidak bisa mengajak Saka masuk ke dalam rumahnya jika tidak ingin Saka dihujani banyak pertanyaan oleh Louis dan Dita. Kalau sudah begitu, mereka pasti akan telat sampai di kantor.

"Makanan di dalam udah habis," dusta Audrey pada akhirnya.

"Makanan punya Leon belum habis kan? Biar aku aja yang habisin."

Saka sudah bersiap membuka pintu mobilnya lagi kalau saja Audrey tidak menahannya.

"Apa?" tanya Saka.

"Mau taruh di mana harga diri kamu makan makanan sisa Leon? Mau diledek terus-terusan tiap ketemu sama Leon?"

Saka terdiam. Baiklah harga dirinya di mata Leon begitu penting, jika itu benar-benar terjadi, rusak sudah harga dirinya di depan Leon.

"Tapi aku lapar, Udey."

"Kita makan bubur ayam yang di dekat apartemen aku aja atau ... nanti aku temenin kamu sarapan di kantin kantor, gimana?" Audrey masih terus berusaha menggagalkan niat Saka untuk masuk ke dalam rumahnya.

Bukan masalah makanannya. Makanan di dalam masih begitu banyak, tapi ini permasalahan Saka bertemu kedua orangtuanya.

"Yaudah, kita makan di kantin kantor aja."

Akhirnya Saka mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah Audrey. Laki-laki itu mulai menstaterkan mobilnya, membuat Audrey tersenyum tipis dan menghela napas lega.

Perlahan mobil Saka mulai meninggalkan pekarangan rumah Audrey dan membelah jalanan kota Jakarta yang tidak pernah sepi menuju kantornya, Karisma Enterprise.


---
Bytheway ... next part aku private yah😋

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax


Serang, 8 Januari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro