MPBF - 61

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ya gaes di part sebelumnya gak jadi tamat dan aku revisi separuh. Udah dibaca ulang kan?

Kalau di kalian jadi berantakan atau tetep gak ada yang berubah, coba logout dulu yah:)

***

"Ada apa dengan Bernard?" - Audrey Latisha Alexander

***

Annecy, 09.16 PM

Masih berada di negara yang sama--Prancis, tetapi di kota yang berbeda. Audrey dan Bernard nampak tengah menikmati beberapa makanan sambil memandangi sebuah danau kecil yang terletak di sebelah kanan tempat yang mereka duduki.

"Sebenarnya pagi tadi Leon ingin membawamu ke mana?"

Pertanyaan itu sudah Bernard lontarkan beberapa kali--sejak mereka di jalan menuju kemari, namun Audrey sempat enggan membahasnya dan berjanji akan menjelaskannya nanti saat mereka sudah tidak berada di kota Paris.

"Kau benar-benar penasaran?" tanya Audrey menatap Bernard lekat.

"Aku sedang membawa seorang gadis, aku harus tahu permasalahanmu agar aku tidak dituduh menculikmu," kekeh Bernard.

"Leon akan membawaku ke bandara," jawab Audrey pada akhirnya.

Setelah menyedot minuman sodanya, Bernard kembali menatap Audrey. "Ada apa? Kau ingin kembali ke Indonesia?"

"Iya. Tapi aku tidak mau. Terlebih aku harus kembali bersama Saka."

Bernard nampak menganggukan kepalanya. Bukankah sebuah pertanyaan yang kemarin ia lontarkan belum terjawab oleh Audrey?

"Laki-laki yang kemarin malam itu Saka, right? Dia siapa?" tanya Bernard.

Audrey menatap Bernard penuh selidik. Tetapi belum sempat ia menjawab, Bernard sudah kembali berbicara.

"Calon tunanganmu?"

Audrey menggelengkan kepala. "Mantan calon tunanganku."

"Mantan? Ada apa?"

Kali ini rasa penasaran Bernard benar-benar memuncak. Ia ingin benar-benar tahu permasalahan yang terjadi antara Audrey dan Saka.

"Bagaimana bisa aku membiarkan kekasihku tidur bersama gadis lain saat akan bertunangan denganku?"

Di tempatnya, Bernard nampak membolakan matanya tak percaya. Mulutnya sedikit menganga.

"Kau serius? Saka adalah laki-laki yang seperti itu?"

Audrey nampak mengaduk-aduk minumnya dengan sedotan. Bergumam tak jelas. Padahal Audrey yakin sebagian laki-laki yang berada di negara ini pernah tidur bersama gadis tanpa memiliki status resmi. Bukankah di negara seperti ini terlalu bebas? Tapi mengapa Bernard terlalu terkejut?

"Aku mengetahuinya dari berita online. Aku tidak terlalu yakin, sih. Pagi tadi Saka juga berbicara jika itu hanyalah berita bohong, tapi ntahlah ... aku belum percaya penuh. Belum ada bukti jika itu memang sebuah berita bohong," jelas Audrey.

Kemudian Bernard terdiam untuk beberapa saat. Laki-laki itu seolah sedang mengingat sesuatu.

"Saka ... Saka adalah seorang penerus perusahaan Karisma Enterprise?" tanya Bernard.

Kini giliran Audrey yang menatap Bernard sambil membolakan mata tak percaya.

"Iya. Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Audrey.

"Sewaktu aku tinggal di Jakarta, aku banyak membaca majalah ataupun menonton berita yang membahas tentang perusahaan itu," jelas Bernard.

Audrey nampak menganggukan kepalanya. Benar apa kata Bernard, perusahaan Karisma Enterprise memang perusahaan yang cukup diperhitungkan keberadaannya di Indonesia.

"Bukankah perusahaan itu memiliki cabang di Paris?" tanya Bernard memastikan saat keduanya saling diam sejak beberapa menit lalu.

Audrey yang tengah mengunyah makanannya baru menjawab setelah ia menelan habis makanan di mulutnya.

"Iya. Dan Daddyku salah satu investornya. Sejak dulu."

"Daddymu mengenal orangtua Saka, Drey?"

"Iya. Daddyku adalah teman Papanya Saka sejak dulu. Begitu juga dengan Mommyku yang ternyata sahabat Mamanya Saka sejak SMA. Terkadang aku berpikir ... dunia begitu sempit, bukan?"

Untuk beberapa saat tidak ada sahutan dari Bernard, hanya sebuah kekehan dari mulutnya yang terdengar.

"Jadi ... biarku tebak ... kalian akan bertunangan karena sebuah perjodohan?"

Terdengar sebuah kekehan yang melengking dari mulutnya. Seolah Bernard kini sedang mengejek Audrey habis-habisan.

Audrey mendecak sebal. Salah. Pertunangan itu bukan hasil dari perjodohan 'kan? Walau awalnya mereka memang akan dijodohkan tapi sebenarnya dirinya dan Saka justru sudah menjalin hubungan lebih dulu 'kan?

"Tidak," decak Audrey.

"Aku tidak yakin." Bernard masih terkekeh.

"Aku mengenal Saka karena aku melamar sebagai sekretarisnya. Bukan dikenalkan oleh kedua orangtuaku," ujar Audrey.

Bernard menghentikan kekehannya. Ia merubah posisi duduknya menjadi lebih nyaman. Seolah-olah cerita yang akan Audrey ucapkan sangat begitu menarik dan harus didengarkan dengan seksama.

"Cerita yang menarik. Lanjutkan," pinta Bernard.

Kemudian Audrey mulai menceritakan semuanya. Mulai dari dirinya yang melamar sebagai sekretaris Saka hingga pertemuannya dengan kedua orangtuanya saat ia ikut bersama Saka yang katanya saat itu akan dijodohkan.

Tapi tenang saja ... Audrey tidak menceritakan jika Saka pernah menciumnya beberapa kali. Itu rahasia negara.

"Tetap saja bisa dibilang kalian menjalin hubungan dan akan bertunangan karena sebuah perjodohan 'kan?" Kini Bernard kembali terkekeh sambil menggelengkan kepalanya setelah Audrey menyelesaikan ceritanya.

"Itu berbeda. Karena sebelum aku dan Saka tahu jika kita berdua akan dijodohkan. Kita sudah menjalin hubungan lebih dulu, Bernard. Aku mencintainya, begitu pula dengannya." Audrey terlihat menekan kata demi kata yang diucapkannya.

Bernard terdiam. Ia menatap kedua manik mata Audrey lekat. Dan Bernard bisa merasakan jika saat ini--dengan status mantan calon tunangan Saka, tetapi Audrey masih menyimpan banyak cinta untuk laki-laki itu.

"Kau masih mencintai Saka?" tanya Bernard.

"Jangan tanyakan itu." Audrey bersikap tak acuh.

Gadis itu kini justru terlihat kembali menikmati french fries yang berada di atas meja. Mengabaikan Bernard yang masih terus memandangnya.

"Kau masih mencintainya 'kan?"

"Kenapa kau terus mempertanyakan itu? Kalau pun aku mengatakan ya, memangnya kenapa? Dan kalau pun aku mengatakan tidak, apa pedulimu?" tanya Audrey menatap Bernard lekat.

Tak ada sahutan dari Bernard. Laki-laki itu terlihat melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10 malam.

Masih belum menjawab pertanyaan Audrey, Bernard justru terlihat bangkit dan berjalan meninggalkan Audrey.

"Hei! Kau mau ke mana?" Audrey sempat menyedot kembali minumannya sebelum ia ikut bangkit dan berlari kecil untuk menyusul langkah Bernard.

"Sekarang sudah sangat malam. Kita harus kembali ke Paris, aku akan mengantarmu selamat sampai rumah," ujar Bernard setelah mereka sudah sampai di mobilnya.

Bernard sudah masuk dan duduk di balik stir, menanti Audrey yang juga tak kunjung masuk.

"Hei Audrey, masuklah!" teriaknya.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Audrey masuk dan duduk dengan manis di samping kursi kemudi.

"Aku tidak ingin kembali ke rumah. Bukankah kau mengatakan malam ini kita akan bermalam di kota ini?" tanya Audrey setelah Bernard mulai menstaterkan mobilnya.

Bernard menatap Audrey dengan sebuah senyuman tipis.

"Aku lupa jika besok pagi aku memiliki janji dengan temanku. Aku sudah begitu lama tidak bertemu dengannya," jawab Bernard.

"Jadi begitu? Baiklah." Audrey menghela napasnya.

Mobil Bernard mulai melaju, meninggalkan kota Annecy dan kembali ke Paris.

Sekarang ia hanya bisa pasrah diantar oleh Bernard menuju rumah. Kembali bertemu Leon dan Saka yang mungkin mereka akan kembali memaksanya kembali ke Indonesia.

---
Eh itu aku mau cari roleplayer buat Saka, ada yang mau? Kalau mau bisa chat langsung ke idline aku; ashintys

Siapa cepat dia dapat! Setelah aku terima, kamu cuma bikin akun line aja, karena akun instagram sudah ada. Aku cari yang rajin on yah, walau gak setiap saat tapi seenggaknya setiap hari muncul--kecuali ada kegiatan di real life😁

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 4 Februari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro