MPBF - 62 (END)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat sore. Sebelum baca part ini, aku mau bilang, buat yang biasanya baca dialog doang, kali ini plis dibaca juga narasinya yah. Biar paham. Karena ini part ending, banyak narasi sebagai penjelasan. Jadi biar paham sama endingnya, silahkan dibaca narasinya😊

Jangan lupa vote sama komennya yah. Happy reading!😁

***

"Aku janji akan menjemputmu lagi. Kita akan bersama. Selamanya." - Saka Aldino Justine


***

Jakarta, 08.19 AM

"Gimana si Audrey, Sak?"

Saka yang tengah mengunyah rotinya di ruang makan beralih menatap Xaxa yang tengah menarik salah satu kursi untuk diduduki.

Semalam sekitar pukul 9 malam, Saka berhasil menginjakan kakinya di Jakarta setelah melakukan penerbangan selama kurang lebih 17 jam dari Paris.

Dan sebenarnya itu bukanlah hal mudah bagi Saka, di mana seharusnya semalam pesta pertunangannya dan Audrey berlangsung. Tapi nyatanya ... pesta itu harus dibatalkan begitu saja.

"Nggak gimana-gimana, Ma. Audrey pergi sama laki-laki lain, Beruang namanya. Saka nggak suka, Saka benci," decak Saka sebelum ia menyeruput susu coklat hangatnya.

Tangan Xaxa terulur untuk membelai rambut Saka. Putranya ini terkadang begitu nampak menggemaskan saat sedang mengoceh manja seperti ini.

"Bukannya semalam kamu bilang pulang ke Jakarta buat nyelesaiin masalahnya kan? Yaudah selesaiin dulu aja, kasih bukti ke Audrey kalau itu berita nggak bener," ujar Xaxa.

Saka menganggukan kepalanya. Sebuah senyuman tersungging lebar di bibirnya.

"Mama udah percaya sama Saka 'kan?" Kini giliran Saka yang bertanya.

"Iya. Yaudah Mama mau beberes dulu, sehabis sarapan kalau kamu mau ke kantor, pamit dulu."

"Iya, Ma. Papa udah ke kantor duluan yah?"

"Papa kamu berangkat dari jam 7, ada meeting katanya," sahut Xaxa sebelum ia benar-benar melenggang pergi meninggalkan ruang makan.

Setelah itu Saka hanya terdiam, kembali menikmati roti dan susunya. Ia harus segera menemui Rado, di kantor.

***

Semua mata karyawan yang berada dari parkiran kantor sampai lobby kantor, menatap Saka dengan lekat. Baru beberapa hari tidak melihat boss-nya itu di kantor, rasanya seperti berbulan-bulan. Tidak ada yang bisa mereka--karyawan wanita, perhatikan sebagai cuci mata jika tidak ada Saka di kantor.

Mengabaikan semua tatapan-tatapan seluruh karyawannya, Saka segera melangkah memasuki lift, menuju ruangannya di lantai 3 dan keluar setelah lift berhenti di lantainya.

Kedua manik matanya menatap meja yang biasa digunakan Audrey. Sepi. Lantai ini kini nampak begitu sepi, membuat suara sepatunya yang melangkah terdengar begitu menggema--biasanya hanya suara heels Audrey yang terdengar berisik.

"Lisa, tolong kamu suruh Rado ke ruangan saya, yah."

Belum mendapatkan sahutan dari seberang sana, Saka sudah menutup sambungan teleponnya. Meletakan kembali gagang teleponnya.

Beberapa saat kemudian sebuah ketukan pintu terdengar, membuat Saka berteriak memerintahkannya untuk masuk.

Di balik sana, laki-laki berlesung pipi nampak tersenyum lebar saat melihat Saka sedang duduk di atas meja.

"Lo udah pulang?" sapa Rado berbasa-basi selagi tangannya bergerak menepuk-nepuk pundak Saka.

"Males basa-basi gue. Jadi sebenarnya itu ulah siapa? Cewek yang sama gue itu si Adriana 'kan?" tanya Saka tothepoint.

Rado tersenyum seraya menganggukan kepalanya. "Iya, dan orang yang membayar Socialite Media untuk nerbitin berita dengan foto itu adalah ... Meisya," ujar Rado.

Di bawah, kedua tangan Saka nampak mengepal. Astaga ... kenapa Saka tidak sadar kalau itu adalah ulah kedua gadisnya.

"Mereka dendam sama lo, gue udah tanya-tanya sama mereka, dan mereka sekarang ada di rumah sewaan yang sengaja gue sewa buat nyekap mereka," kekeh Rado.

Tapi bukannya tersenyum--sama seperti Rado, Saka justru nampak mengerutkan keningnya menatap Rado bingung.

"Dendam? Dendam apaan?"

Rado terkekeh, kakinya melangkah dan membantingkan tubuhnya di atas kursi kebesaran Saka. Memutar-mutarkan kursinya dengan tubuhnya.

"Coba pikirin sebenarnya lo punya rencana apa buat Adriana," titah Rado.

Saka terdiam beberapa menit. Nampak berpikir, kemudian ia ikut tersenyum miring setelah mengingatnya.

"Gue deketin Meisya sama Aluna buat gue pamerin ke Adriana. Gue mau bikin Adriana nyesel karena lebih milih lo daripada gue," gumam Saka.

"Nah itu! Tapi setelah ada Audrey? Lo malah buang Aluna sama Meisya," kekeh Rado sambil menggelengkan kepalanya.

"Jadi, Aluna juga terlibat ke dalam masalah ini?"

"Jelas, Sak."

Sekarang Saka mengerti. Ini adalah dendam yang kemudian dibalas lagi dengan dendam karena sebuah sakit hati.

Semuanya memang bermula dari Saka. Sebagai laki-laki yang merasa tampan dan kaya raya, Saka tidak pernah bisa terima jika Adriana--mantan gebetannya, lebih memilih Rado dibandingkan dirinya. Padahal Rado jauh di bawah dirinya.

Setelah itu perkenalannya dengan Meisya dan Aluna yang memang sudah ia kenal sejak kecil yang selalu Saka anggap sebagai sahabat, berhasil membuat Saka menceritakan rasa sakit hatinya pada mereka. Kemudian salah satu di antaranya mencetuskan ide pembalasan sakit hati. Saka harus bisa membalas sakit hatinya pada Adriana.

Dengan apa? Dengan cara membuat Adriana kembali mendekati Saka, setelahnya begitu Adriana seolah merasa berharap pada Saka, kini giliran Saka yang meninggalkannya. Itu rencana awalnya.

Dan saat itu Meisya serta Aluna yang memang menyimpan cinta pada Saka, bersedia membantu Saka dengan seolah memancing kecemburuan Adriana saat melihat Saka bersama mereka, dengan harapan lambat-laun salah satu dari mereka bisa benar-benar memiliki Saka.

Tapi saat rencananya seperti akan berhasil--dengan kembali dekatnya Adriana dan Saka, justru Saka seolah langsung menolak Meisya dan Aluna mentah-mentah hanya karena seorang Audrey. Gadis yang belum lama Saka kenal.

Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Mereka sakit hati karena Saka mulai tak acuh karena Audrey. Jadi, Meisya dan Aluna tidak akan membiarkan rencana Saka untuk Adriana berjalan dengan lancar dan berhasil. Akhirnya mereka pun membongkar semua rencana Saka pada Adriana dan berakhir dengan menghancurkan hubungan Saka dan Audrey bersama-sama.

"Tapi nggak dengan bikin berita kayak gitu," decak Saka.

"Mereka sakit hati, Bro. Apapun bakal mereka lakuin demi membalas rasa sakit hatinya. Sama kayak yang apa lo lakuin demi buat balas sakit hati lo ke Adriana," jelas Rado.

Saka tertegun. Benar. Iya itu benar. Orang yang sedang dalam keadaan buruk karena sebuah pengkhianatan dan semacamnya cenderung akan berbuat sesuatu tanpa berpikir dengan matang apa konsekuensinya.

Sekarang saja Saka baru sadar dan menyesal dengan niatnya untuk membalaskan rasa sakitnya pada Adriana. Harusnya ia tidak melakukan ini.

Jika ingin membuat Adriana menyesal karena sudah menolaknya, harusnya Saka bisa menunjukannya dengan cara ia bisa tetap bahagia dan sukses tanpa gadis itu 'kan?

Bukan malah seperti ini yang justru berakhir seperti sebuah boomerang, ia menghancurkan sendiri hubungannya dengan Audrey.

Penyesalan memang selalu berada di akhir.

"Tapi gue bisa laporin mereka ke pihak yang berwajib atas pencemaran nama baik karena berita itu 'kan?" tanya Saka pada akhirnya.

Kini Saka seolah tak ingin dibuat pusing dengan aksi saling-balas-dendam, ia lebih memilih langsung mencebloskan ketiga gadis itu ke balik jeruji besi.

"Sepertinya bisa," sahut Rado.

"Anterin gue buat nemuin mereka, Do," ujar Saka.

Laki-laki itu mulai melangkah keluar dari ruangannya dengan Rado yang nampak tergopoh-gopoh karena sedikit kesulitan menyeimbangkan langkah Saka.

***

"Laki-laki brengsek ini akhirnya nemuin kita, girls!"

Di sudut ruangan, Meisya dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat bersorak ria saat sosok Saka dan Rado menemuinya.

Aluna dan Adriana yang berada sedikit jauh dari Meisya ikut menatap Saka dengan tatapan seolah ingin memangsa. Sepertinya ketiga gadis itu benar-benar dendam pada, sekarang.

"Telepon kantor polisi, Do."

Muak dengan wajah ketiga gadis itu, Saka kembali berjalan keluar setelah memerintahkan Rado untuk menghubungi pihak kepolisian.

Rado yang memiliki teman yang berprofesi sebagai polisi pun mengangguk patuh dan berjalan mengikuti Saka. Membuat ketiga gadis itu mengumpat setelah Rado dan Saka kembali meninggalkan mereka.

"Udah?" tanya Saka begitu menatap Rado baru saja memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Udah, mereka bakal segera ke sini," sahut Rado.

Rado ikut bersender pada bamper mobil--sama seperti Saka.

Kemudian terjadi keheningan untuk beberapa saat hingga akhirnya Saka merangkul tubuh Rado dan mengucapkan terimakasih.

"Do, makasih yah. Gue nggak nyangka kalau lo bakal mau bantuin gue. Padahal gue selama ini benci banget sama lo cuma karena Adriana lebih milih lo dibandingkan gue," ujar Saka.

Kedua bola matanya Saka menatap lurus tanah yang sedang ia pijak.

Rado terdengar terkekeh sebelum akhirnya ia berkata yang berhasil membuat Saka mendongakan kepalanya.

"Tadinya gue mau ngelakuin hal yang sama lagi. Merebut Audrey dari lo, tapi gue bisa lihat kalau Audrey bener-bener cinta sama lo. Nggak ada celah buat gue masuk, terlebih kalian mau tunangan 'kan waktu itu. Ya gue semakin nggak ada harapan," kekeh Rado.

"Lo ...." Saka sudah bersiap akan melayangkan pukulannya kalau ia tidak mengingat Rado sudah membantunya dan itu kan hanya rencana yang sudah tidak mungkin dapat direalisasikan.

"Pukul, Bro. Gue kangen pukulan lo, terakhir lo mukul gue pas gue berhasil jadian sama Adriana 'kan?" kekeh Rado.

Tak ada sahutan apapun dari Saka. Keduanya saling diam hingga Rado kembali berbicara.

"Karena gue nggak ada harapan buat rebut Audrey dari lo, jadi apa salahnya gue bantu masalah lo ini. Bantu Audrey kembali ke sahabat gue ini."

Rado merangkul pundak Saka. Kemudian keduanya saling terkekeh dan mengucapkan terimakasih hingga sebuah mobil polisi datang dan berhenti di dekat mobil Rado.

Kedua polisi itu dipersilahkan masuk dan keluar setelah berhasil membawa Aluna, Meisya dan Adriana.

"Kami tunggu laporan kasusnya, Pak. Kami tidak akan bisa langsung memproses mereka kalau tidak ada bukti yang membuktikan mereka bersalah dengan tuntutan yang Pak Saka berikan," ujar salah satu polisi.

Saka menganggukan kepalanya. "Saya akan segera ke kantor Anda."

Setelah terus berbincang-bincang, kedua polisi itu pun berpamitan. Mobil mereka mulai pergi menjauh. Begitu juga dengan Rado dan Saka yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil Rado.

"Sekali lagi makasih, Do. Lo sahabat gue lagi," gumam Saka.

"Sama-sama, Bro. Sahabat harus saling membantu," kekeh Rado.

Teruntuk Audrey, aku berjanji akan segera menjemputmu untuk kembali ke Indonesia. Dan kita akan bersama lagi. Selamanya.

THE END

Kalau ini udah nggak terlalu maksa kan yah? Wkwk

Masih ada epilog yang semoga nggak mengecewakan kalian nanti. Aku yakin sih kalian puas sama epilog nanti. Aku harus yakin. HAHAHA

OH IYA AKU MASIH CARI RP BUAT SAKA. CHAT KE LINE AKU YAH. SIAPA CEPAT, DIA DAPAT😁

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 6 Februari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro