EPILOG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah hampir seminggu nahan biar lama pisah sama Audrey dan Saka, akhirnya aku mutusin publish epilognya hari ini (bohong, padahal karena males ngetik) karena mau gak mau ya cerita ini harus berakhir dengan ... feliz😂

***

"Estou feliz. Realmente." - Audrey Latisha Alexander.

***

Audrey mengerjap-ngerjapkan matanya saat ia sudah merasa sangat cukup dengan tidurnya.

Kemudian matanya terlihat membola saat menyadari jika saat ini dirinya tidak berada di dalam kamarnya. Astaga di mana ini? Kenapa kamar ini begitu asing?

Sekali lagi, Audrey nampak mengucek-ngucek kedua matanya, berharap ini semua efek matanya yang masih begitu lengket, tetapi nyatanya tetap saja, ruang kamar ini tetap begitu asing baginya.

Audrey mulai turun dari atas ranjang, berjalan mendekati kaca-kaca kecil yang berada di sisi kanan dan kiri tempat tidur.

Ohmygod ... ini bukan daratan? Demi apapun ... sekarang Audrey tengah berada di udara? Di dalam pesawat?

"Leon ... astaga! Leon!"

Audrey berlari tergopoh-gopoh keluar dari ruang kamar yang berada di dalam pesawat, mencari Leon yang ternyata tengah asyik berbincang dengan Saka di kursi penumpang.

"Hai Tisha ... kau sudah bangun?" tanya Leon yang menyadari kehadiran Audrey.

Mendengar Leon menyebut nama Audrey, Saka yang duduk membelakangi posisi Audrey segera membalikan tubuhnya kemudian tersenyum manis saat mendapati gadisnya nampak begitu bingung sekarang.

"Kemarilah Udey ... kamu nggak kangen sama aku?" Saka terkekeh selagi merentangkan kedua tangannya. Berharap jika Audrey akan berhambur memeluknya.

"Astaga ... sebenarnya saat ini kita akan pergi ke mana, Leon? Dan wait ... kenapa pesawat ini begitu sepi? Kemana penumpang yang lain pergi?" Audrey tak mengacuhkan Saka. Gadis itu justru berjalan mendekati kembarannya.

Leon terkekeh, "kita akan terbang kembali ke Indonesia, Tisha. Pesawat ini bukanlah pesawat umum, ini sebuah jet. Jet pribadi yang tunanganmu sewa hanya untuk membawamu kembali ke Indonesia."

Setelah Leon mengatakan itu, dari sudut matanya, Audrey bisa melihat jika saat ini Saka sedang bertingkah menyombongkan dirinya.

Memang setelah beberapa hari mengurus permasalahan mengenai ketiga gadis--dalang pembuat berita bohong itu yang akhirnya berakhir dengan ketiganya yang ditahan, Saka pun memutuskan untuk menjemput Audrey kembali ke Indonesia secara paksa.

Pukul 9 malam waktu Paris, Saka yang baru sampai di Paris langsung meminta Leon membopong tubuh Audrey yang sudah terlelap ke dalam mobil dan pergi menuju bandara di mana jet pribadi yang Saka sewa berada di sana. Dan di sinilah mereka sekarang. Sudah berada di perjalanan menuju Indonesia.

"Kamu udah gila?" decak Audrey seraya menatap Saka dengan tajam.

"Aku gila karena kamu, Drey," kekeh Saka.

Saka berusaha tak acuh pada ocehan Audrey. Kini ia terlihat menatap jam di pergelangan tangannya.

"5 jam lagi kita sampai di Jakarta," ujar Saka memberitahu.

"Baguslah ... aku sudah begitu lelah. Tisha sudah bangun dari tidurnya, kalau begitu kini giliranku yang akan menempati kamar itu. Aku permisi." Leon bangkit dari duduknya, menepuk-nepuk pundak Saka sebelum kakinya melenggang pergi menuju kamar yang sebelumnya Audrey tempati.

Kini hanya ada Audrey dan Saka yang saling diam. Hati Audrey masih merasa begitu jengkel dengan Saka yang seenaknya menculiknya begitu saja.

Sedangkan Saka terus menatap Audrey, sesekali bibirnya nampak menyunggingkan senyum. Hatinya sangat bahagia sekarang, bisa melihat dan berada bersama Audrey sedekat ini, lagi.

"Gimana tidurnya? Tetap nyenyak walau berada di udara 'kan?" tanya Saka.

Tak ada tanggapan apapun dari Audrey. Gadis itu justru bergerak menuju toilet, mengabaikan Saka yang kini menatapnya sambil menggelengkan kepala frustasi.

***

Jakarta, 06.58 PM

Audrey tersenyum tipis menatap pantulan dirinya pada cermin besar di hadapannya.

Astaga ... demi apapun, Audrey masih tidak percaya jika statusnya saat ini sudah resmi menjadi istri sah seorang Saka Aldino Justine setelah mereka melakukan ijab kabul pagi tadi.

Kemudian ingatannya kembali menerawang ke kejadian kemarin malam begitu pesawat jet yang mereka naiki berhasil landing di Bandara Soekarno-Hatta.

"Mommy, Daddy ...."

Audrey segera berhambur memeluk kedua orangtuanya bergantian saat ia keluar dari bandara dan langsung disambut oleh kedua orangtuanya yang berada di parkiran bandara.

"Apa kabar, Princess? Apakah Leon di sana sering mengusilimu?" tanya Louis begitu ia dan Audrey saling melepas pelukannya.

Audrey nampak menggelengkan kepalanya sambil terkekeh kecil, kemudian Louis meminta Audrey, Leon ikut masuk ke dalam mobil bersama Dita. Sedangkan Louis nampak berbincang pada Saka sebelum Saka akhirnya berpamitan dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh supir keluarganya.

"Dad, apa yang kau bicarakan padanya? Mengapa Daddy nampak tidak begitu marah padanya? Dia sudah menyakiti hatiku dan sekarang dia seenaknya membawaku kemari," protes Audrey setelah Louis masuk dan duduk di balik kemudi.

Tidak ada sahutan apapun dari Louis selain sebuah senyuman yang bisa Audrey lihat melalui kaca spion di dalam mobil.

"Kamu terlalu capek, Drey, makanya ngomongnya ngelantur," sahut Dita.

Audrey nampak mendesah frustasi. Astaga ... ngelantur di bagian mana? Audrey benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang sudah Saka lakukan sampai keadaannya seperti ini?

"Mom----" Belum melanjutkan ucapannya, Louis sudah memotong lebih dulu.

"Sudahlah, Drey. Istirahatlah. Begitu sampai rumah, Daddy akan membangunkanmu, tidurlah. Besok ada sesuatu untukmu," ujar Louis.

Sepersekian detiknya, Leon dan Audrey saling tatap penuh kebingungan. Leon hanya menggidikan bahunya saat Audrey melihatnya seolah meminta penjelasan padanya.

...

"Bangun, Drey ...." Gumaman seraya goyahan-goyahan kecil pada tidurnya berhasil mengusik ketenangan tidur Audrey.

Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Mendapati Mommynya sedang duduk di tepi ranjangnya.

"Bangun, kamu harus mandi," ujar Dita.

Astaga ... nyawa Audrey saja belum terkumpul sepenuhnya dan Mommynya sudah langsung menyuruhnya untuk mandi? Jahat sekali!

"Astaga, Mom, ini baru jam 5, Audrey masih ngantuk. Bangunin jam 7."

Setelah melihat jam di ponselnya yang ternyata masih menunjukan pukul 5 pagi bahkan kurang 10 menit, Audrey kembali merebahkan tubuhnya. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut berwarna cream miliknya.

"No, Sayang! Nanti yang mau makeupin kamu keburu datang. Buruan mandi, kan nggak enak kalau kita kesiangan, nikahnya bisa batal." Dita nampak berusaha menarik selimut yang menutupi tubuh Audrey.

"What, Mom? Nikah? Siapa yang mau nikah? Leon? Mommy? Mommy kan udah ada Daddy?"

"Ih ngaco kamu! Kamu dong yang mau nikah, sama Saka, makanya buruan mandi."

Tidak mendapat respon apapun dari Audrey, Dita menarik tubuh Audrey untuk segera turun dari atas kasur menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

"Mom! Kenapa bisa Audrey nikah sama Saka? No, Mom! Saka cowok brengsek! Audrey benci sama Saka," decak Audrey.

Berusaha tak acuh pada decakan Audrey, Dita masih bersusah payah mendorong tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak ada perlawanan lagi dari Audrey. Gadis itu pasrah masuk ke dalam dengan Dita yang terus menunggu di dalam kamar. Khawatir jika Audrey akan kabur.

...

"Sekarang kalian resmi menjadi sepasang suami-istri," ucapan seorang penghulu di depan sana berhasil membuyarkan semua lamunan Audrey.

Demi apa? Di sampingnya, Saka terlihat menyodorkan tangannya. Menanti Audrey untuk mencium punggung tangannya.

Gila! Ini sulit dipercaya! Tunangan batal dan langsung menikah? Kedua orangtuanya sudah tidak waras karena menikahinya dengan laki-laki brengsek seperti Saka?

Tetapi saat ini tidak banyak yang bisa Audrey lakukan selain melakukan itu--mencium punggung tangan Saka layaknya pasangan suami istri yang sangat menantikan sebuah pernikahan.

Kemudian semuanya berjalan begitu saja, sampai akhirnya Xaxa datang. Membawa Audrey keluar dari masjid dan masuk ke dalam sebuah mobil sedan berwarna silver yang di dalamnya pun sudah ada Dita--Mommy Audrey.

"Tante, Mom, kita mau ke mana?" tanya Audrey setelah Xaxa sudah mulai mengendarai mobilnya.

"Ke hotel. Pesta pernikahan kalian bakal digelar malam nanti, di ballroom hotel. Jadi lebih baik sekarang kita langsung ke hotel. Kamu harus istirahat biar malam nanti keliatan fresh, apalagi semalam baru sampai dari Paris 'kan?" ujar Xaxa panjang lebar.

Audrey hanya melirik Mommynya dan mendapat respon sebuah anggukan kepala sebagai isyarat sudahlah ikuti saja, ini demi kebaikanmu.

Pasrah. Akhirnya Audrey hanya diam hingga mobil yang Xaxa kendarai berhenti di depan pintu masuk hotel. Mereka bertiga keluar dengan memberikan kunci mobil pada seorang satpam untuk meminta tolong parkirkan mobil.

"Audrey kamu udah siap?"

Sebuah pantulan sosok Dita di cermin--kini sudah berada di samping Audrey, akhirnya menyadarkan Audrey dari semua ingatan yang terjadi beberapa jam lalu.

"Saka udah nunggu kamu. Tamu-tamu juga udah mulai pada datang. Kamu udah siap kan?" Dita mengaitkan tangannya pada lengan Audrey.

Setelah Audrey berusaha mengatur napasnya seraya menganggukan kepala, keduanya mulai berjalan keluar kamar, menuju ballroom hotel.

Begitu masuk ke dalam ballroom, semua mata para tamu undangan menatap Audrey dengan takjub, persetan dengan Saka yang juga menatapnya lekat dari atas pelaminan.

Saka begitu takjub dengan gaun pernikahan yang ia sewa dari salah satu butik ternama di Jakarta--dengan ukuran mengandalkan tubuh Mommy Audrey yang nyatanya memang memiliki postur tubuh yang sama dengan putrinya.

Iya benar, Saka hanya menyewa gaun pernikahan cantik itu, karena jika harus membuat, itu akan memakan waktu lama dan ya ... Saka tidak ingin Audrey keburu jatuh ke dalam dekapan Bernard si Beruang itu.

"Kamu begitu cantik," desis Saka setelah Audrey berdiri di sampingnya.

Tak ada tanggapan apapun selain gerak-gerik Audrey yang tengah tersipu malu. Beruntung saat ini wajah cantiknya tengah dipoles oleh makeup yang cukup tebal, sehingga blushing yang ia hasilkan saat ini tidak terlalu kentara.

"Aku masih nggak percaya bisa nikah sama kamu. Sebenarnya apa yang kamu lakuin ke orangtua aku sampe mereka setuju nikahin aku sama laki-laki yang udah tidur sama perempuan lain semacam kamu?" cicit Audrey selagi tangannya masih terus bersalaman dengan para tamu undangan yang mengucapkan selamat pada keduanya.

"Udah aku bilang, berita itu bukan berita sungguhan, Audrey. Mereka sudah tahu, besok pagi aku bakal ngajak kamu buat nemuin dalang pembuat berita itu, okay?" bisik Saka tepat di telinga Audrey.

"Main nyosor aja kamu! Masih di atas pelaminan." Decakan seorang gadis membuat Saka langsung menjauhi kepalanya dari kepala Audrey.

Keduanya nampak terlihat kikuk mendapati Aqila bersama ... Angelo di hadapan mereka.

"Gila sih aku nggak rela kamu loncatin aku, sedih amat," decak Aqila seraya memukul pelan pundak Saka.

Saka dan Audrey hanya terkekeh kecil sebelum beberapa detik berikutnya Saka sudah melirik ke arah Angelo dan menuntut penjelasan pada Aqila.

"Oh ... aku balikan sama Angelo," kekeh Aqila.

"Selamat yah," ujar Angelo. Baru tangannya akan bersalaman dengan Audrey, Saka sudah menepisnya lebih dulu.

"Jangan sentuh tangan istri gue," geram Saka.

"Ih kamu apaan sih! Angelo cuma mau kasih selamat ke Audrey, lebay banget." Kini Aqila yang berdecak. Memukul tangan Saka dengan gemas.

"Lagian kenapa Kak Aqila mau balikan sama dia? Lupa udah disakitin?" tanya Saka.

"Nggak usah bahas masa lalu, Bro," sahut Angelo.

"Tau nih. Angelo mau berubah, Sak. Dia butuh bantuan aku buat berubah. Selagi aku bisa bantu dia buat berubah jadi orang yang lebih baik, why not?" ujar Aqila yang mendapatkan respon anggukan kepala dari Angelo.

"Nggak harus dengan balikan, Kak," tambah Saka.

"Tau ah ... berisik yah, udah ah aku mau makan dulu, laper. Sekali lagi selamat yah sepupu aku yang paling ganteng. Selamat juga buat Audrey, sabar-sabar ngehadapin suami yang modelnya kayak Saka," kekeh Aqila.

Tangannya terulur mencubit kedua pipi Saka sebelum beralih memeluk tubuh Audrey.

Setelahnya Aqila dan Angelo nampak turun dari atas pelaminan dan berjalan ke tempat banyak makanan tersedia. Sepertinya Aqila sudah benar-benar lapar.

"Kak Aqila balikan sama Angelo. Leon, kita cariin yang baru," gumam Saka.

"Heran sama Kak Aqila, udah disakitin tetap aja balik lagi," tambahnya.

Audrey melirik ke arah Saka kemudian tersenyum tipis. "Namanya juga cinta. Kayak aku, udah kamu sakitin tetap mau berstatus jadi istri kamu."

"Aku nggak pernah nyakitin kamu. Selama ini apa yang aku lakuin itu ada alasannya, nanti kamu bakal tahu. Lagian berita itu palsu, pembohongan publik."

"Saka ... Om sama Tante minta maaf buat kelakuan Aluna yah. Tante benar-benar nggak percaya kalau Aluna bisa sampai ngelakuin hal kayak gitu."

Lagi-lagi kemunculan seseorang di hadapan mereka berhasil membuat mereka terkejut. Reta dan Alfa sudah berada di hadapan Saka dan Audrey sekarang.

"Tan, Om, harusnya Saka yang minta maaf karena udah ngehukum Aluna sampai dia ada di penjara sekarang. Sebenarnya Saka jadi ngerasa nggak enak sama kalian," ujar Saka.

"Nggak. Nggak apa-apa, Sak. Biarin anak itu jera, kita setuju sama keputusan kamu buat ngehukum Aluna," sahut Alfa.

"Anak itu terlalu dimanja," tambahnya.

Sampai akhirnya Saka hanya bisa tersenyum kikuk mendengarkan semua keluhan Alfa dan Reta.

Audrey yang masih tidak mengerti apapun sejak tadi hanya menyimak dan bertanya setelah keduanya pergi.

"Mereka siapa?"

"Orangtua Aluna. Om Alfa dan Tante Reta. Tante Reta juga sahabat Mommy kamu," sahut Saka menjelaskan.

"Iya aku tahu, keliatan dari kekehan mereka," gumam Audrey.

Matanya menatap ke tempat di mana Reta, Dita dan Xaxa tengah berbincang. Dengan sebuah kekehan yang sesekali menghiasi obrolan mereka.

"Terus apa yang Aluna lakuin? Kamu ngehukum Aluna? Aluna masuk penjara? Apa maksudnya?"

"Nanti kamu bakal tahu, Sayang. Tenang," gumam Saka.

Tangan Saka terulur untuk merengkuh tubuh Audrey, merapatkan tubuh satu sama lain, kemudian berfoto saat seorang fotographer memberikan isyarat untuk memfoto mereka.

Tidak ada perlawanan apapun yang Audrey berikan, karena nyatanya gadis itu benar-benar bahagia dengan statusnya sekarang. Status sebagai istri Saka Aldino Justine.

Meski Audrey masih malu mengakuinya di hadapan Saka--masih berusaha tidak terima, tetapi tidak dengan hatinya. Audrey benar-benar bahagia sekarang.

Estou feliz. Realmente.

END

Yeah kelar! Gimana puas gak? Audrey nikah sama Saka kan? Harusnya sih puas yah wkwk😂

Oh iya sisi positif--mungkin, yang mau aku tunjukin di sini itu; gak selamanya kejahatan harus di balas kejahatan, right? Bisa aja kejahatan yang kamu bikin justru balik ke kamu lagi.

Contohnya Saka, di cerita ini tujuan si Saka pengen balas dendam sama Adriana yang udah nyakitin hatinya dengan memanfaatkan banyak perempuan lain (Aluna, Meisya) tanpa Saka tau dia juga udah nyipatin sakit hati ke kedua gadis itu yang akhirnya mutusin buat balas dendam juga ke Saka. Tapi di sini Saka beruntung, ada undang-undang yang bisa melaporkan apa yang ketiga gadis itu lakuin--pembalasan dendam, ke Saka. Gitu😂

Kalo aku bikin ekstra part mau? Yang mau coba angkat kaki!😂

Mais uma vez, obrigado por todos vocês que já leram esta história da infância. Alcançou 500 mil leituras. Sem você esta história não é nada hehehe 😂

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 17 Februari 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro