Bagian 18 : Liar Pt. 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jungkook dibuat terpaku mendengar Jihyo mengatakan hal tersebut. Kenapa tiba-tiba istrinya begitu liar? Sungguh, kedua mata Jungkook rasanya ingin mengeluarkan diri dari tempatnya.

"Jihyo, apa yang kau katakan? Sudah, ayo—"

Jungkook tidak bisa melanjutkan perkataannya saat bibirnya langsung di lahap oleh bibir tebal Jihyo. Semula, hanya menempel tetapi Jihyo perlahan memainkannya terlebih dahulu seraya meraba-raba dada Jungkook yang posisinya masih sama—berjongkok ke arahnya. Jungkook belum membalas. Ia seperti disentrum, merasa dirinya begitu bodoh hingga Jihyo melepaskan pagutan yang hanya ia lakukan.

Jihyo berani bertaruh, suaminya pasti sudah tegang sejak tadi, hanya saja Jungkook ditutupi rasa gengsi dan merasa dirinya seperti mimpi. Jihyo mengambil kesimpulan sendiri dan ingin meluruskan beberapa hal dengan membuat wajah mereka semakin dekat. Tatapan sayu Jihyo begitu lekat mengamati wajah sang suami yang cukup bingung tetapi sedikit terengah.

"Ji ...."

"Senior, aku menginginkan Senior malam ini," kata Jihyo. Jungkook bisa merasakan hembusan napas hangat Jihyo yang menerpa wajahnya—semakin membuat Jungkook teransang. Bahkan, Jihyo kembali menggelengkan kepala. "Tidak, aku milikmu bukan malam ini saja. Malam-malam selanjutnya pun, aku akan selalu menjadi milik Senior."

Jihyo berkata lagi. Jungkook pun rasanya ingin menangis setelah mendengar pernyataan Jihyo yang seakan merelakan dirinya untuk dicumbu seumur hidup. Jungkook tersenyum tipis. "Apa kau serius?"

"Yes, Daddy! I'm seriously!" ucap Jihyo dengan nada yang dibuat imut, wajahnya pun ikut menyemarakkan. Kali ini, pertahanan Jungkook benar-benar hancur. Ketika sudah mendapatkan lampu hijau, jelas ia tidak akan melewatkan begitu saja.

Alhasil, Jungkook dengan gerakan pelan—tidak ingin terburu-buru agar Jihyo nyaman, mencumbu bibir tebal yang kadang hanya memanggil namanya membuat bagian bawahanya sesak. Jungkook memperbaiki posisi, disusul Jihyo dengan kedua bibir yang terus melumat dengan gairah yang membakar. Ia ikut bergabung ke atas sofa, tetapi sofa yang cukup kecil—hanya muat seorang saja, membuat Jihyo harus berada di bawah Jungkook.

Jihyo tidak masalah dengan posisi itu. Ia tetap menikmatinya, membiarkan kedua lengannya terus mengalun ke leher Jungkook dengan bibir yang terus mencumbu. Namun, beberapa detik, mereka melepaskan diri untuk memasok begitu banyak oksigen, lalu kembali melakukannya.

Nyatanya, tangan Jungkook tak ingin ia biarkan menganggur. Sebelah tangannya sudah meraba ke bawah—langsung pada dalamannya kala Jihyo mengenakan gaun piyama satin berwarna ungu hingga lutut. Jungkook meraba dan mengelus dengan pelan, membuat Jihyo mendesah kenikmatan. Ia tidak bisa membohongi diri kenikmatan dengan aksi sederhana yang dilakukan Jungkook. Belum lagi, ketika Jungkook menusuk-nusuk bagian keintimanannya yang masih berbalut kain.

"Senior—"

"Sebut namaku, Ji. Jungkook atau Jung. Ini perintah!" kata Jungkook yang menusuk cukup dalam menggunakan telunjuknya. Jihyo mengerang dan tak menyadari kala Jungkook telah melepaskan dalaman bagian bawahnya. Dengan gerakan spontan, Jungkook membiarkan jari telunjuknya untuk keluar masuk, hingga memasukkan tiga jari sekaligus. "Shit! Dia mencengkeram begitu kuat jariku, Jihyo!"

Jungkook berkata seraya mengumpat. Menurutnya terlalu nikmat, padahal mereka belum berada di bagian inti. Ia bisa melihat sang istri yang mengerang kenikmatan di bawahnya. Pemandangan yang begitu manis saat keduanya tidak lagi menyatukan bibir. Jungkook ingin menyapa seluruh tubuh Jihyo—meninggalkkan jejak cinta disetiap incinya.

Saat sebelah tangan berada di bawah, terus bermain hingga Jihyo mendapatkan klimaks, Jungkook tidak ingin membiarkan sebelah tangannya tak melakukan apapun. Ia menarik ke bawah bagian atas piyama Jihyo—menyembulkan dua belahan yang perlahan membesar, padat dan bulat. Langsung saja, ia meremas dan memainkan kedua bukit Jihyo yang menyapa untuk dibela.

"Jung ..," ucap Jihyo yang dibarengi dengan desahan kenikmatan. Walau Jungkook tidak lagi memainkan jemari di bagian bawahnya, Jungkook nyatanya fokus pada bagian atas. Ia mencumbu dengan menggunakan mulutnya—memainkan puncak bukit yang berwarna cokelat muda bak bayi yang menyusu, bahkan ia sedikit menggigitinya membuat Jihyo mengerang hebat.

"Jihyo, kau sangat seksi. Apakah tidak masalah melakukannya di sini?" tanya Jungkook yang terkekeh di sela kegiatannya.

Jihyo dibuat merungut kesal. "Lakukan di sini saja! Aku tak tahan, Jung. Aku sangat menginginkannya."

Saat ini, istrinya sangat liar dan Jungkook tak akan membuang waktu. Ia melepas semua pakaian yang ia miliki lalu membuangnya asal. Jungkook juga membantu Jihyo melepaskan seluruh kain yang menempel, hingga keduanya benar-benar tak berbusana. Jihyo meraskan pipinya merona kala Jungkook hanya mengamati dalam diam—tak melakukan apapun. Dengan spontan, ia menutup payudaranya, tetapi Jungkook langsung menahan.

"Aku suka melihatnya. Jangan ditutupi."

Sebelah alis Jihyo lantas terangkat. "Hanya ingin melihat saja?" 

Jungkook tersenyum sebagai balasan. Ia menghapus jarak dan kembali melumat bibir istrinya, sedikit terkekeh seraya berkata, "Kau sungguh tak sabaran, ya. Malam ini, kau sangat liar dan aku menyukainya," kata Jungkook yang membuat pipi Jihyo semakin merona, ia kehabisan kata-kata dan Jungkook tak membiarkannya berujar.

Setelah pergulatan kecil, Jungkook memperbaiki posisi istrinya, memberikan bantalan sofa di punggung. Sebelum memulai, ia mengarah pada perut istrinya yang masih terlihat rata. Jungkook mengusapnya dengan lembut lalu memberikan kecupan hangat. "Ayah dan Ibu sangat menyayangimu, Sayang. Tunggu Ayah! Ayah akan menyapamu malam ini," katanya lantas ia membuka kedua paha Jihyo sedikit lebar, hingga ia bisa melihat bagian bawah Jihyo yang hanya sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus dan tampak memerah dengan cairan klimaks yang masih keluar.

Jungkook tersenyum manis, perlahan mendekatkan tubuh mereka. Ia mengarahkan kejantanannya menuju pusat inti, secara pelan tetapi tetap terasa sakit. "Jung ... sakit ...."

"Kau bisa menggigit atau mencakarku, Sayang. Lakukan untuk melampiaskan rasa sakitnya." Akan tetapi, Jihyo tak melakukannya. Kedua tangannya malah meremas sisi seprei—sebagai pelampiasan rasa sakit. Jungkook pun menggerutu di bawah sana.

"Shit! Ini sangat sempit! Sabar sebentar sayang—"

"Tetapi, ini sakit sekali, Jung. Aku—" Jungkook langsung membungkam bibir Jihyo. Ia melumatnya dengan lembut untuk mengalihkan rasa sakit yang begitu terasa. Dalam hal ini, Jungkook berusaha menyatukan tubuh mereka, hingga kejantanannya benar-benar masuk—memenuhi bagian bawah Jihyo. Ia memilih diam, begitu pun dengan menghentikan ciuman yang ia lakukan. Ditatapnya sang istri yang menahan desahan dan rintihan secara bersamaan. Perlahan, Jungkook mengecup kening istrinya.

"Semuanya akan baik-baik, Sayang. Lihat aku dan katakan sesuatu," pinta Jungkook pada sang istri.

Jihyo yang mendengar, lantas mengalihkan amatannya. Ia mengamati Jungkook dengan lekat, menuntun jemarinya untuk mengusap pipi Jungkook dengan senyum manis. "Aku mencintaimu, Choi Jungkook," katanya dengan lembut.

Jungkook detik itu juga merasakan kedua matanya yang memanas, tetapi ia tidak bisa membuatnya terjatuh. Lagipula, ia memang tidak ingin memperlihatkan sisi yang menangis. Jihyo akan khawatir. Alhasil, ia hanya mengecup jemari yang mengusap pipinya dengan senyum yang begitu bahagia. "Aku juga mencintaimu, Sayang."

Lantas, Jungkook melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda. Ia menggerakkan dengan lembut dan tak terburu-buru. Jungkook tidak ingin membuat istri dan anak mereka tidak nyaman atau berakhir terluka. Malam ini, ia mencumbu sang istri dengan penuh kasih sayang dan cinta—benar-benar menggantikan momen mengerikan di masa lalu menjadi momen yang manis, penuh gairah dan cinta.

Jihyo maupun Jungkook mengakuinya.

***

Jihyo meraih dasi yang ia ambil di dalam lemari. Dasi biru tua polos yang ingin ia pasangkan di kerah kemeja suaminya yang sudah selesai berganti pakaian. Sementara ia yang masih mengenakan bathrobe—belum berniat untuk berganti pakaian tatkala kelasnya masih lama, sekitar pukul sebelas siang.

"Aku akan mengantarmu nanti. Aku bisa melakukannya. Jadi, jangan ke mana-mana, ya!" kata Jungkook pada Jihyo yang sudah berada di hadapannya, mulai melakukan aksi melilit kain panjang itu hingga membentuk ikatan dasi. Lalu, kedua tangan Jungkook akan berakhir di pinggang Jihyo—memegangnya dengan posesif.

"Bukankah akan repot jika kau malah pulang? Jaraknya'kan lumayan jauh," ucap Jihyo dengan sedikit malu-malu. Bohong jika ia tidak senang. Belum lagi, percintaan mereka semalam, sangatlah manis dan menyenangkan. Seandainya jika ia tidak hamil, mungkin mereka akan terus melakukannya hingga pagi. Itu bisa saja terjadi.

Dengan cekatan, Jungkook menggelengkan kepala. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku jemput nanti, ya!" kata Jungkook lagi. Kali ini, ia merengek seperti anak kecil.

Lucu sekali. Jihyo tidak tahan. Belum lagi, panggilan 'Sayang' yang mulai Jungkook sematkan, membuat perutnya seperti diterbangkan oleh kupu-kupu. "Oke! Aku akan menunggu nanti." Lalu Jihyo pun memilih melampiaskan rasa malunya dengan merapikan jas yang suaminya kenakan. Bagi Jihyo, semuanya sudah pas. "Baiklah, kau sudah rapi. Ayo, siap-siap ke kantor. Aku sudah memasak sederhana."

"Terima kasih, Sayang. Aku sangat senang dan bersemangat," ucap Jungkook yang semakin merapatkan tubuh mereka. Jihyo jadi berpikir makin jauh. Sejak mereka sudah bercinta, ketika Jungkook hanya menyentuhnya saja, ia langsung merasakan dan membayangkan sentuhan yang penuh gairah itu.

Jihyo berteriak dalam hati. Buru-buru, ia melepaskan diri dan mendorong Jungkook. "Ayo kita ke meja makan, Jung. Ini sudah pagi!"

"Kenapa terburu-buru, Sayang? Apa kau merasa tegang?"

Pertanyaan yang membuat Jihyo ingin menguburkan diri karena kenyataannya memang benar, tetapi mana mau ia berterus terang soal ini, apalagi saat Jungkook memiliki pekerjaan penting hari ini. Sekuat tenaga, Jihyo menggelengkan kepala.

"Tidak! Aku tidak tegang!"

"Serius?"

"Choi Jungkook!"

Hola! Selamat malam! Aku update!

Gimana'kah part ini? Entalah, Jihyo memang liar sekali, hahaha.

Aku no komen, intinya, see di bab selanjutnya, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro