Bagian 22 : Fakta yang Mengejutkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jihyo terusik dari tidurnya mendengar suara dari dalam kamar mandi. Dengan kesadaran yang sepenuhnya belum terkumpul, Jihyo meraih ponsel di atas nakas. "Masih pukul enam pagi. Kelas akan mulai jam delapan nanti karena kami harus melakukan kunjungan ke Kosel Bank," kata Jihyo yang kembali menaruh ponsel. Bukannya membuka mata, ia ingin kembali memejamkan mata karena tidurnya memang cukup kurang.

Hanya saja, ketika ia menarik selimut, sebuah suara yang menjadi alasan Jihyo terbangun kembali terdengar. Suara seseorang yang tengah mual dari balik kamar mandi. Lekas, Jihyo membuka mata dan ia tidak melihat kehadiran sang suami di sampingnya. "Apa dia sakit?"

Pertanyaan yang tak bisa Jihyo jawab, tetapi ia bergegas menuju kamar mandi. Ia bisa melihat Jungkook yang memuntahkan cairan lewat mulut diwasfatel dengan kedua tangan memegangi pinggiran, sebagai penopang tubuhnya.

"Senior, apa yang terjadi? Apa Senior sakit?" tanya Jihyo yang mendekat. Walau Jungkook memberikan gelengan setelah terkejut akan kehadiran istrinya, Jihyo tidak percaya dan langsung menempelkan punggung tangan kedahi Jungkook.

"Tidak demam. Sepertinya Senior masuk angin ...." Jihyo termangu saat Jungkook kembali mual—mengeluarkan cairan-cairan putih. Sedih rasanya melihat suaminya seperti ini. Dengan pelan, Jihyo memijiti bagian leher, berharap merasa sedikit lega. "Senior sakit. Lebih baik izin dulu untuk hari ini. Aku yang akan berbicara dengan Sohyun. Kerjanya libur dulu."

Namun, Jungkook yang dari dulu keras pada diri dan begitu suka kerja, langsung menggelengkan kepala seraya menghapus liur disekitar mulut. "Aku baik-baik saja. Hanya masuk angin. Ini tidak masalah. Percaya padaku," ucap Jungkook yang mulai memberikan atensi pada sang istri. Ia yang sedikit mulai merasa membaik, memegangi kedua pundak istrinya dengan tatapan lembut. Jihyo semakin khawatir dibuatnya.

"Baiklah. Akan berakhir sia-sia membujuk libur untuk pria workaholic satu ini," kata Jihyo yang berkacak pinggang. Jungkook tersenyum di tengah kondisinya yang tak baik-baik saja, lantas menuntun kepalanya untuk bersandar di bagian selangka Jihyo yang membuat sang empu menghela napas. "Ya sudah, ayo berbaring dulu. Masih ada beberapa jam sebelum ke kantor. Aku akan menyiapkan sup ayam dan teh jahe biar Senior merasa baik."

Akan tetapi, Jungkook menggelengkan kepala—sedikit menggelikan bagi Jihyo. Terlebih, helaan napas Jungkook yang begitu terasa, tetapi tak ingin Jihyo hentikan momen manis ini—rasanya menyenangkan melihat sisi suaminya bagai bayi besar.

"Biarkan begini dulu. Aroma tubuhmu ternyata sangat menenangkan. Apa kau ganti parfum, Sayang?" tanya Jungkook yang tersenyum. Bagi Jihyo, suara suaminya saat ini begitu seksi—mengingatkan ia pada putaran kegiatan panas mereka. Ya, rasanya Jihyo ingin memukul kepalanya yang malah berpikiran kotor dalam kondisi yang tak memungkinkan adanya siaran ulang secara nyata.

Jihyo sedikit berbatuk, berusaha menjaga wibawa dirinya. "Parfumku masih sama. Aku tidak pernah menggantinya saat berada di Sekolah Menengah Atas," kata Jihyo yang merasakan anggukan dalam kegiatan yang dilakukan Jungkook—masih bersandar dengan manja.

"Aku kira berbeda. Entah kenapa, mualku hilang sekejap hanya karena berdekatan denganmu, hanya menghirup aroma tubuhmu yang begitu memabukkan. Seandainya bisa, aku ingin membawamu ke kantor dan terus memelukmu, Sayang."

Oke, Jihyo dibuat kehabisan kata-kata. Suaminya mendadak pintar mengolah kata yang berhasil menciptkan rona merah dipipi Jihyo. "Sudah, jangan merayu. Jelas itu tidak bisa. Kau mau dikenal sebagai suami yang begitu posesif dan manja dengan istri?'

"Kenapa tidak? Kau'kan istriku! Yang aneh itu kalau aku meminta hal tersebut pada wanita yang lain," ucap Jungkook sembari terkekeh.

Jihyo mendengus sebal. "Aku akan memastikan jika burung yang kau pelihara akan kusembeli jika kau melakukannya dengan wanita lain!" Jihyo berujar dengan nada tak suka. Ia perlahan menyingkirkan tubuh Jungkook karena suasana hatinya mendadak buruk, tetapi Jungkook malah mempersempit jarak dengan memeluk Jihyo—begitu erat.

"Lepas, Senior!"

"Aku hanya bercanda, Sayang. Aku tidak bisa memikirkan wanita siapapun itu selain dirimu. Aku bersumpah demi Tuhan. Kau bisa tanya pada teman-temanku soal jejak asmara yang kulakukan yang nyatanya nol besar! Saking aku tidak membiarkan satupun gadis waktu itu mencoba peluang kepadaku. Aku bahkan dicap sebagai bajingan suci."

Ya, Jihyo pernah mendengar itu. Akan tetapi, ia kesal saja dengan kalimat Jungkook barusan. Ingin sekali ia merajuk—menurutnya pun tidak masalah, namun Jungkook yang tiba-tiba mual sekali lagi, membuat Jihyo mengurungkan niat. Ia tidak bisa.

Nyaanya, mereka menghabiskan waktu cukup lama di dalam kamar mandi karena perkara Jungkook yang kembali mengalami mual. Beruntung, tidak berselang lama sehingga mereka saat ini berada di meja makan. Jungkook yang sudah rapi, menikmati sup ayam buatan istrinya dengan ditemani segelas teh jahe. Bahkan, jangan lupakan aroma tubuh Jungkook saat ini bukanlah seperti biasanya. Hal itu karena Jungkook mengenakan parfum Jihyo kala Jungkook tak bisa membawa sang empu bersamanya. Jihyo hanya bisa menggeleng heran.

"Apa tidak masalah dengan parfum wanita? Aromanya memang fresh, tetapi kita tetap bisa tahu jika parfum yang kau kenakan adalah parfum wanita," kata Jihyo yang kali ini memakan salad sayur yang siapkan sendiri. Tiba-tiba, ia menginginkan hal tersebut sebagai sarapannya.

Jungkook menggeleng dengan fokus menikmati sup ayam yang terasa nikmat ditenggorokan. Baginya, masakan istrinya begitu luar biasa. Jungkook menyukai semua yang dimasak oleh istrinya, bahkan masakan yang sebelumnya tidak terlalu ia sukai. Seketika ia pernah melupakan alergi yang ia alami waktu itu.

"Tidak masalah, Sayang. Mereka akan menganggapnya wajar karena aku sudah menikah. Kepalaku sedikit pening jika tidak memakain parfum yang beraroma tubuhmu. Solusi jitu saat kau tidak bisa menetap sementara di kantor," jelas Jungkook tanpa pikir panjang, membuat Jihyo menghela napas.

Mendadak, ia memikirkan satu hal. Ketika ia tidak merasakan mual sama sekali, kenapa suaminya malah merasakan hal demikian. "Lucu sekali! Aku yang hamil, tetapi Senior yang mengalami morning sickness." Lalu Jihyo tertawa kecil seraya menyuapi sumpit yang mengapit sayuran ke dalam mulutnya.

Jungkook yang mendengar perkataan Jihyo hanya bisa tersenyum—sedikit malu karena fakta yang baru mereka sadari. Jungkook langsung mengusap lehernya. "Tidak masalah, Sayang. Aku malah senang karena kau tidak merasakannya. Jika rasa sakit melahirkan dipindahkan kepadaku juga tidak masalah—"

"Omong kosong! Sudah, makan dan habiskan!" kata Jihyo dengan nada tidak suka, tetapi ia sedikit tersenyum. Jungkook pun bisa menyadari jika istrinya saat ini sedang salah tingkah. Menurutnya, sangat menggemaskan.

***

Kelas kali ini, Jihyo mengenakan pakaian kasual dengan rok flared skirt berwarna hitam yang dipadukan dengan sweater rajut berwarna krem. Ia tampil memukai di antara mahasiswa yang saat ini duduk di hadapan seorang dosen. Sekiranya, mereka terdapat sekitar lima orang untuk melakukan observasi terhadap Kosel Bank di mata kuliah perbankan secara langsung. Jihyo merasa sedikit beruntung karena ia mendapatkan lokasi bank negeri yang cukup populer digunakan di Korea Selatan.

Namun, mereka berlima hanya duduk dengan memegangi buku catatan—barangkali mereka akan menggunakannya. Mereka belum melakukan apapun karena dosen yang membimbing masih berbincang dengan manajer bank—cukup lama dan Jihyo sedikit bosan.

"Entahlah, aku merasa ingin pergi dari sini dan menemui suamiku yang semakin manis," kata Jihyo yang mirip bergumam. Seandainya bisa, ia pasti akan melakukannya. Hanya saja, Jihyo tidak ingin membuat namanya buruk dalam mata kuliah ini. Hei, ia sedang mengejar untuk segera selesai dengan nilai yang memuaskan.

Alhasil, tidak ada yang Jihyo bisa lakukan, tetapi tiba-tiba ia merasa sedikit mulas—sesuatu ingin keluar dari dalam tubuhnya. Jihyo butuh kamar mandi sehingga bergegas meminta izin pada dosen, kemudian mencari letak keberadaan toilet yang ternyata tidak begitu jauh dari tempatnya tadi.

Untung saja, karena Jihyo merasa harus segera melepaskannya. Akan tetapi, langkah Jihyo seketika terhenti saat secara tiba-tiba mengamati pemandangan yang membuat matanya seakan ingin keluar dari dalam sana. Jihyo bahkan dibuat kehabisan kata-kata. Berdampak cairan yang sebelumnya ingin keluar mendadak masuk kembali.

"Aku tidak menyangka! Apa yang kulihat seperti sebuah lelucon!" kata Jihyo yang masih mengamati objek yang menyita perhatiannya. Ia melihat seorang pria dan wanita yang mirip dengan foto yang ada di buku Jungkook. Ya, wajar jika ia bisa melihatnya di bank. Hanya saja, Jihyo tidak menyangka akan kehadiran seorang gadis yang memeluk dua manusia itu. Bahkan, Jihyo mendengar gadis itu memanggil dengan sebutan ayah dan ibu.

Jihyo menggelengkan kepala. "Tidak mungkin! Bagaimana bisa Mirae adalah adik tiri Jungkook?" tanyanya tidak percaya pada diri sendiri. Saat Jihyo mencoba untuk kembali memastikan apa yang ia lihat semalam dan lihat sekarang, nyatanya tidak ada perbedaan sama sekali.

Mirae memang anak dari pasangan tersebut dan ini kali pertama Jihyo melihat kedua orangtua Mirae.

Hola guys! Aku update! Nah loh, gimana tuh?

No komen ya! See u pokoknya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro