7. Bianca

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mobil milik Guntur berhenti tepat di depan gerbang rumah milik Bianca. Anneth hendak turun dari dalam mobil dan berniat pindah ke belakang. Namun, sebuah tangan kekar menahannya dengan tatapan tajamnya. "Mau kemana, Lo?" tanya Guntur. Anneth menolehkan kepalanya menatap cowok itu. "Pindah ke belakang lah bege. Gue mah gak mau deh gangguin orang bucin," jawab Anneth.

Guntur menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Biar dia aja yang di belakang," larang Guntur. Anneth menganggukan kepalanya kemudian memilih diam menuruti perintah cowok itu. Namun, selang beberapa detik sebuah ketukan di jendela refleks membuat Anneth membuka jendela mobil milik Guntur.

Bianca, Gadis itu membulatkan matanya kala mendapati Anneth yang sama mentapnya. "Ngapain Lo disini?!" bentak Bianca yang malah di balas tatapan tak peduli Anneth. "Mau di sini kek, Rumah sakit kek, kolong jembatan kek. Bukan urusan Lo," jawab Anneth santai.

Bianca menatap Guntur dengan tatapan berharapnya. Namun, pria itu tidak acuh dengan tatapan Bianca yang seakan menuruh Anneth turun dari mobilnya. "Pacar Gue baik. Dia gak masalah Gue ajak Lo. Kalo Lo mau, Lo naik di belakang." Guntur mentap datar kearah depan. Bianca mendengus kesal, Gadis itu menghentakan kakinya kemudian duduk di jok belakang.

Guntur melajukan mobilnya di pekarangan rumah Bianca. "Pulangnya Lo sama Gue. Jangan kabur!" tegas Guntur seraya mengusap lembut pipi milik Anneth yang sedari tadi fokus pada benda pintarnya. Bianca menatap kesal kearah Guntur yang dengan gampangnya berlaku lembut pada Anneth. Sedangkan pada dirinya, Guntur adalah Guntur yang ketus dan dingin. Bianca mencibir pelan.

"Sejak kapan kamu jadian sama dia?" tanya Bianca. Guntur melirik kearah kaca spion. "Bukan urusan Lo," jawab Guntur. Anneth tertawa pelan menatap Bianca yang sedari tadi wajahnya sudah memerah.

Anneth tersenyum miring. Gadis itu dengan santai menyenderkan kepalanya pada bahu milik Guntur. Bianca melotot, Guntur kaget namun, sebisa mungkin pria itu mengatur ekspresi wajahnya. Dengan santai, Guntur mengusap pipi kiri gadis itu dengan tangan kirinya. Kemudian, mengecup pelan kepala Gadis disandarannya. "Kenapa, hm?" tanya Guntur. Anneth mendongkak. "Nggak, pengen aja kaya gini. Emang gak boleh?" tanya Anneth seraya menatap polos kearah Guntur yang malah terkekeh geli. "Gapapa," jawab Guntur.

Bianca menyenderkan kepalanya ke jok mobil. Ekspetasinya ingin berdekatan dengan Guntur hancur sudah! Padahalkan dirinya yang sudah sangat lama menginginkan Guntur. Mengapa malah gadis tengil itu yang dengan gampangnya mendapatkan perhatian dari Guntur?

Mobil berhenti tepat di parkiran sekolah. Ketiganya turun. Dengan santainya, Guntur langsung menarik lengan Anneth tanpa memperdulikan Bianca yang tengah menyumpah serapah keduanya sekarang.

"Lepas ah. Apaan sih Lo?!" geram Anneth seraya menghempas lengan milik Guntur. Guntur mengerinyitkan alisnya. "Heleh tadi aja ada Bianca so soan manja-manjaan. Lo dendam sama dia atau gimana sih?" kesal Guntur. Anneth mengangkat bahunya tak peduli. "Terserah Gue dong! Ribet banget Lo kek emak-emak!" komentar Anneth.

Guntur menatap kesal kearah Anneth. "Bisa gak sih gak usah bikin orang ke geeran kaya cara Lo tadi?" Guntur membuang nafasnya kesal. Rasanya, ia ingin melempar gadis dihadapannya ini sekarang juga.

Anneth mengulum senyumnya. "Oh--Lo--kebaperan ya sama Gue?" tuding Anneth seraya menunjuk-nunjuk bahu milik Guntur. Guntur menghela nafas pendeknya. "Pede banget Lo!" Guntur memilih pergi meninggalkan cewek sinting yang masih saja tertawaa dengan keras.

Anneth memilih masuk kedalam kelasnya. Semua pasang mata tertuju padanya. Gadis itu menghentikan langkahnya kemudian menatap kaget kearah teman sekelasnya. "Apa?" tanya Anneth heran. Namun, belum mendapatkan jawaban apa-apa. Tanganya sudah ditarik oleh sahabatnya Adel menuju bangkunya.

"Lo, pacaran sama Kak Guntur?" tanya Adel menatap tajam kearah Anneth yang mengangkat kedua bahunya acuh. "Dia tunangan Gue," jawab Anneth tenang tanpa beban. Adel melotot, sedangkan Anneth sudah bersiap menutup kedua telinganya. "Gila, kenapa Lo gak pernah bilang? Pantes aja Lo kemarin bilang Kak Guntur sama Kak Bianca gak akan lama. Ternyata Lo tunangannya toh? Kok bisa sih? Lo jangan buat Gue mati penasaran dong Neth. Bukannya Lo sukanya sama Kak Rangga ya? Kok malah--"

Tidak. Soal ucapan Anneth yang bilang Bianca dan Guntur tak akan lama. Itu sebenarnya hanyalah sebuah candaan. Anneth mana tau Guntur yang akan di jodohkan dengannya.

"Heh! Gue gak suka ya sama Kak Rangga. Enak aja Lo main tuduh-tuduh Gue kaya gitu!" sergah Anneth menatap tajam kearah Adel. Adel menurunkan bahunya lesu. "Wah cogan incaran Gue berkurang deh. Ah! Kenapa sih Neth gak buat Gue aja?" kesal Adel. Anneth menaikan sebelah alisnya. "Yaudah sana, Lo bawa aja. Gue mah ikhlas ridho Lilahita'ala." kekeh Anneth seraya memasukan permen karet kedalam mulutnya.

Adel menatap kearah Anneth. "Tadi Gue liat Kak Devan sama Zara. Makin deket ya mereka? Kapan coba Gue bisa di posisinya Zara?" lirih Adel. Anneth mengulum senyumnya. "Lo tenang aja. Gue mah lebih setuju Lo sama Kak Devan daripada Si Zara dayangnya si Bianca itu." bela Anneth seraya menepuk pelan bahu milik Adel.

"Neth di cariin Kak Rangga."

TBC
Gimana? Komentarnya buat part ini?

Satu kata buat guntur?

Satu kata Buat Bianca?

Satu kata Buat Anneth?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro