Bab 2. Teman Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.

Saga baru akan keluar ruangan ketika seseorang menabraknya tepat di depan pintu, membuat sedikit kegaduhan karena si penabrak jatuh.

"Duh, sakit!"

"Maaf, maaf. Kamu nggak apa-apa?" Saga mengulurkan tangannya untuk membantu pemuda mungil yang menabraknya.

"Kalau keluar liat-liat dong! Jadi jatuh 'kan gue," sungut si pemuda mungil itu berdiri lalu menepuk-nepuk bagian celananya bekas terjatuh.

"Lah? Bukannya yang jalan harus liat-liat, ya? Saya hanya keluar dari ruangan loh," gumam Saga kebingungan karena mendapat semprot kekesalan pemuda mungil di hadapannya itu.

"Tau ah! Permisi, gue buru-buru! Udah telat ini gue wawancaranya!" pemuda mungil itu kemudian mendorong Saga sedikit minggir, mengambil napas panjang sebelum memasuki ruangan.

Freelancer juga? Galak bener - batin Saga, yang kemudian berjalan keluar sambil melihat sekeliling.

Kantor yang berada di lantai dua ini ternyata lebih luas daripada lantai pertama. Di bagi menjadi tiga ruangan. Ada ruangan berdinding kaca yang di tempati oleh Raka tadi, lalu di sebelahnya ada ruangan lain yang entah di fungsikan untuk apa, tetapi beberapa karyawan keluar masuk ruangan itu, lalu ada petak ruangan yang paling luas di sini yang sepertinya di fungsikan untuk menerima pelayanan klien karena ada beberapa meja dengan komputer lengkap yang ditata berjejer rapi.

Tempat ini sebenarnya cukup dekat dengan tempat kos nya, hanya sekitar 20 menit mengendarai angkot dan mungkin bisa lebih cepat jika naik motor. Meski sudah lama tinggal di daerah ini tapi Saga tidak pernah tahu ada kantor seperti ini.

Berjalan menuju tangga tak sengaja manik hitamnya menangkap sosok mbak Jihan yang sedang bicara dengan klien. Raut wajah angkuhnya tidak lagi terlihat justru perempuan itu terlihat beberapa kali tersenyum saat bicara.

Rupanya beda sikap ya - batin Saga.

Ia kemudian turun ke lantai satu. Setelah mengangguk sopan pada resepsionis yang ada di depan, Saga keluar untuk segera pulang.

Saga menuju pangkalan tempat biasanya angkutan berhenti dan menaikan penumpang. Sekarang pukul 11, masih 30 menit lagi sebelum angkutan yang di tunggunya datang. Saga terbiasa pergi kemana-mana dengan angkutan untuk menghemat biaya bensin, maklum anak kos.

Ting!

Bunyi notifikasi ponselnya membuat Saga merogoh benda pintar yang sejak tadi sempat terlupakan di dalam sakunya.

Kontaknya di tambahkan dalam sebuah grup obrolan bernama 'Serenity Paruh Waktu'. Di lihatnya anggota obrolan yang beranggotakan Raka, dirinya, dua nomor asing dan satu kontak bernama Jihan.

Selamat datang para member baru. Saya Raka seperti yang kalian tahu tadi. Saya buatkan grup supaya lebih mudah kita koordinasi kerjaan nanti. - Raka

Oh, iya. Nanti semua pekerjaan yang akan kalian kerjakan akan di bagi dari saya dan Jihan. - Raka

Baik Mas. - Tristan

Siap, Mas, terima kasih. - Salsa

Saga melihat balasan dari dua nomor yang dipastikan adalah teman sesama paruh waktunya.

Iya Mas Raka. - Saga

Oke semuanya, thanks untuk responnya. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik meski hanya sebentar. - Raka

Jihan?
Muncul dong. - Raka

Cukup lama Saga mengamati ruang obrolan itu namun sepertinya 'mbak' Jihan ini tidak menjawab. Sampai akhirnya angkutan yang ditunggunya datang dan Saga memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Sebaiknya dia ingin pergi ke tempat servis laptop, dua hari yang lalu dia menitipkan laptopnya di sana karena keyboard nya tidak berfungsi dengan baik. Semoga saja sudah selesai sebelum dia mulai bekerja besok.

Lima belas menit kemudian Saga turun di depan ruko yang bertuliskan 'Agan Service' lalu Saga pun masuk.

"Selamat siang, Mas. Saya mau ambil laptop saya yang dua hari kemarin saya bawa ke sini. Ini tanda terimanya," ucapnya lalu menyerahkan sebuah nota.

Mas-mas yang menerima notanya kemudian masuk lalu tak lama kembali dengan laptopnya.

"Jadi kerusakannya kenapa, Mas? Bisa diperbaiki, 'kan?" tanya Saga.

"Ini sempat ketumpahan air atau makanan ya, Mas?" tanya si Mas penjaga toko.

"Eh iya, Mas. Sempat ketumpahan es jeruk teman saya pas di kampus," jawab Saga yang baru ingat kejadian di kantin dua hari yang lalu.

Mas penjaga itu menganggukkan kepalanya, "Pantesan."

"Rusak parah ya, Mas?"

"Nggak sih, masih bisa saya perbaiki."

"Jadi ini udah bisa dipakai?"

"Iya udah bisa."

"Syukur deh, besok bisa dipakai kerja. Biaya berapa Mas, semuanya?"

"150 ribu aja."

Saga menyerahkan uang kepada si Mas penjaga sebelum memasukkan laptop ke dalam tasnya. Setidaknya Saga merasa lega karena servisnya tidak butuh waktu terlalu lama.

Saga berjalan menuju kosnya yang berjarak 15 menit dari tempat ini.

Begitu sampai kosan, pemuda itu merebahkan dirinya. Mengistirahatkan dirinya sejenak, memikirkan apa yang akan di kerjakan olehnya dari pekerjaan pertamanya ini. Semoga dia bisa melakukannya dengan baik.

Akhir-akhir ini kebutuhannya semakin banyak untuk kuliah, dia tidak mau membebani Ibnya dengan meminta uang tambahan. Apalagi masih ada adiknya yang masih kelas 2 SMA. Karena itu dia berinisiatif untuk bekerja paruh waktu.

Dikeluarkannya laptop dari dalam tasnya lalu mencoba menyalakannya. Sebagai mahasiswa desain grafis, beberapa program komputernya cukup mendukung untuk pekerjaannya besok. Semoga saja pekerjaannya lancar.

Baru saja dia membuka program untuk tugas kuliahnya, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya.

Lo nggak usah panggil-panggil gue deh Ka. Gue sibuk. - Jihan

Keluar lo dari ruangan dan sini temuin klien lo yang rewel-rewel ini. - Jihan

Jihan nggak boleh marah-marah gitu, hehe. - Raka

Di sapa dong anggota-anggota baru kita. Kan nggak semuanya ketemu sama lo tadi. - Raka

Saga termenung sebentar, rupanya dia beruntung bertemu dan melihat 'mbak' Jihan ini.

Ngerepotin gue ya lo tuh, Ka. - Jihan

Halo, gue Jihan. Buat yang tadi nggak ketemu, nggak usah penasaran karena kalian nggak akan ngantor dan sering ketemu sama gue. Tapi gue akan serius dengan semua kerjaan kalian. - Jihan

Galak bener. - Raka

Udah, gue mau kerja. Sini lo bantuin gue. - Jihan

Tapi gue juga kerja nih, sorry. - Raka

Maaf ya, mbak Jihan ini memang agak nge-gas karena rem nya blong melulu, hehe. Tapi orangnya baik kok, kalian harus tau itu, karena kalau saya berhalangan atau nggak ada, kalian bisa nyari mbak Jihan untuk segala pertanyaan dan bantuan yang di butuhkan, oke? - Raka

Oke Mas. - Tristan

Baik Mas, Mbak. - Salsa

Siap Mas, Mbak. - Saga

Saga menarik senyum di sudut bibirnya. Karena sepertinya pekerjaannya esok tidak mudah. Setidaknya sebuah desain tidak akan sulit di kerjakan dibandingkan sulitnya menghadapi sikap seseorang. Dan 'mbak' Jihan ini sepertinya termasuk 'sulit' untuk di hadapi.

Saga baru meletakkan ponsel di atas meja belajarnya saat notifikasi baru muncul di layarnya.

Halo, lo namanya Saga, ya? Gue Tristan. Yang kerja paruh waktu juga di Serenity.

Sebuah pesan dari nomor asing yang ternyata dari salah satu orang di ruang obrolan tadi.

Hai, Tristan. Iya gue Saga, salam kenal.

Gue save nomor kontak lo boleh, 'kan? - Tristan

Boleh.

Oke. - Tristan

Semoga kita bisa kerja sama dengan baik.

Sip. - Tristan

Saga mengernyitkan alis heran dan bingung membaca jawaban teman barunya itu. Pendek dan dingin kesannya, padahal dia yang memulai percakapan. Disentuhnya foto profil yang digunakan teman barunya itu, sedikit terkejut karena ternyata si Tristan ini adalah pemuda mungil yang menabraknya tadi siang.

Pantesan, anaknya galak juga kayak mbak Jihan - batin Saga kemudian tersenyum.

Sepertinya besok akan jadi hari menarik untuknya.

Kesibukannya sebagai mahasiswa akan ditambah oleh pekerjaan dan orang-orang baru yang lumayan menarik perhatiannya.

.
.
.

Bersambung

.
.
Riexx1323

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro