Bab 25. Finally, Welcome! Partner!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kadang, manusia melihat hanya dari satu sudut pandang, lantas menghakimi berdasarkan apa yang mereka lihat.

Padahal, mungkin saat mereka melihat dari sudut pandang yang berbeda, justru itulah kebenarannya.
.
.
.

Suara musik live jazz yang mengalun nyaman itu mengiringi malam di kafe bernuansa klasik itu.

Di meja yang sama, duduk tiga orang yang tampak berbincang santai.

Raka, Jihan dan Saga.

Ketiganya memutuskan untuk pergi bersama sepulang dari Serenity sore tadi. Akhirnya, Saga membatalkan acara futsalnya dengan Tristan karena kejadian sore tadi.

"Ini nggak apa-apa, lo nggak jadi futsal? Ntar diambekin sama temen-temen lo," ucap Raka.

"Nggak apa-apa, Mas. Lain kali bisa dijadwalin lagi."

"Jadi, kalian tuh sebenernya mau berangkat futsal atau gimana?" Tanya Jihan.

"Ya, tadi gue ketemu Saga pas dia mau berangkat futsal. Niatnya gue mau ikut dia habis balik kantor. Eh, malah Eren telepon gue dengan paniknya bilang kalo lo sama Zaki lagi ada ribut sama klien di kantor. Gue otomatis langsung balik ngajakin Saga sekalian," jelas Raka panjang lebar.

"Untung lo nggak apa-apa, Han. Gue khawatir tadi. Sebenernya gue denger pembicaraan kalian dari bawah, trus pas gue naik, si Eren sempet nahan gue ketakutan."

"Padahal gue udah berusaha banget untuk nggak meledak tadi, gue liat Zaki sampe pucet padahal selama ini tuh anak nggak pernah sampe segitunya," balas Jihan kembali mengenang kejadian tidak mengenakkan tadi.

"Kenapa Mbak Jihan nggak panggil satpam di bawah?" Kali ini Saga yang bertanya karena jujur dia tadi sangat emosi melihat sikap klien itu ke Mbak Jihan.

"Gue nggak sempet mikir ke arah sana, dan gue juga nggak mau bikin keributan yang merugikan Serenity. Tapi ya gitu tadi, deh."

Raka menyesap kopinya kemudian menoleh pada Saga.

"Tapi asli, lo tadi keren banget, Ga. Saya nggak menyangka kamu langsung ambil sikap begitu. Padahal saya tadi udah siap-siap maju tapi keduluan sama kamu."

"Nggak, Mas. Saya biasa aja, tadi juga refleks karena saya kesel sama sikap orang tadi. Nggak sopan banget di kantor orang," jawab Saga malu.

"Kok lo bisa kepikiran mengancam pake cctv, sih?"

"Anu, itu tadi juga refleks mikir gimana biar bikin orang itu berhenti. Jadi karena dia pake video ponsel, saya langsung kepikiran cctv. Padahal saya juga nggak tahu beneran ada cctv atau nggak di kantor."

Jihan mengangguk mendengar penjelasan Saga. Dia benar-benar terkejut dan tidak menyangka bahwa Saga akan melakukan hal tersebut dan menyelamatkan situasinya.

"Ada beneran kok, cctv di kantor. Ya, kalau orangnya macem-macem nanti bisa kita gunakan dengan seperlunya," jawab Raka.

Saga tersenyum kemudian meminum lemon tea-nya. Sebenernya dia sendiri cukup terkejut dengan refleksnya tadi. Sudah lama rasanya dia tidak emosional seperti tadi.

Dan yang lebih mengejutkan untuk Saga adalah melihat senyum Jihan.

Ya, Mbak Jihan yang wajahnya selalu ketus itu tadi tersenyum padanya dengan tulus, membuat Saga hanya diam menatapnya.

"Tadi si Eren sama Zaki nanya, lo itu sebenernya siapa. Soalnya mereka cuma pernah liat lo beberapa kali ke Serenity. Pas wawancara sama pas meeting kejadian Tristan beberapa waktu lalu. Mereka nggak tau kalau kamu freelance di Serenity."

"Wah, beneran nggak tau, Mbak? Saya dikira orang asing yang ikut campur, dong?"

"Ya awalnya gitu, tapi gue bilang ke mereka kalo lo bakalan jadi trainee di kantor kita."

"Hah? Gimana, Mbak?" Tanya Saga kaget mendengar penjelasan Jihan.

Jihan menatap Raka, keduanya bertukar pandang sebelum Raka akhirnya mengangguk.

"Ya, setelah masa 3 bulan kontrak lo abis minggu depan, kita memutuskan untuk merekrut lo dan menawarkan perpanjangan kontrak sebagai trainee, dan kalo lo betah dan melakukan pekerjaan dengan baik, otomatis lo bisa jadi karyawan di Serenity," jelas Jihan panjang lebar, menatap Saga dengan dua tangan bersilang di depan dadanya.

"Saya diterima jadi karyawan di Serenity, Mbak? Karyawan tetap?" Tanya Saga masih tidak percaya.

"Iya, itu juga kalau kamu mau dan bersedia," jawab Raka yang terkekeh kecil melihat keterkejutan di wajah Saga.

"Mau, Mas! Saya mau, Mbak!"

Saga tersenyum lebar saking senangnya, membuat Raka dan Jihan yang melihatnya ikut tersenyum.

"Tapi kamu masih akan trainee dulu ya, sama seperti Salsa," jelas Raka.

"Salsa juga, Mas?"

"Iya, tapi kamu sama dia beda ya. Kalau Salsa nanti setelah trainee langsung jadi karyawan tetap dan masuk kantor. Tapi karena kamu mahasiswa, kami memberi opsi mudah yaitu kamu nggak perlu ngantor kecuali ya kalau kamu pas cuti libur kampus, baru bisa ngantor."

"Oh, gitu, Mas ... nggak apa-apa, saya nerima persyaratannya. Saya sudah sangat bersyukur diterima di Serenity. Sekali lagi, makasih banyak, Mas, Mbak."

"Sama-sama."

"Oh, iya, karena lo masih dalam pengawasan. Semua pekerjaan nanti, lo kudu kasih laporan sama gue," tambah Jihan, namun kali ini dia mengatakannya dengan tenang, tidak ketus seperti biasa.

"Nah, langsung di bawah otoritas Jihan ya, Ga. Siap-siap diomelin," canda Mas Raka yang kemudian mendapat geplakan dari Mbak Jihan.

"Kapan gue ngomel?"

"Tiap hari, ya! Apa namanya kalo bukan ngomel?"

"Lo ngeselin sih, ya!"

Saga tersenyum melihat keakuran kedua seniornya itu. Rasanya dia menjadi lebih dekat.

Setelah keributan dan canda tawanya, kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang.

"Han, sorry banget nih. Tapi gue nggak bisa anter lo balik. Ini, Mama baru kirim pesan kalo beliau mau datang ke rumah gue sekarang. Lo balik sendiri nggak apa-apa, 'kan?" Ucap Raka menyesal menatap Jihan.

"Nggak apa-apa, kok. Lo balik aja duluan, salan sama Tante."

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, gue bisa naik taksi nanti."

"Oh, kalau Mbak Jihan mau, bisa bareng sama saya," tawar Saga kemudian.

"Nah! Iya, dari pada lo naik taksi, mendingan lo bareng Saga. Oke deh, Ga, gue nitip Jihan, ya?"

"Iya, Mas."

"Apa sih, Ka? Gue bisa pulang sendiri, jangan bikin Saga repot."

"Saya nggak repot, kok."

"Tuh, Saga aja bilang oke. Ya udah, bye semua!" Setelah mengatakan itu, Raka kemudian pergi meninggalkan keduanya.

"Ini lo nggak apa-apa anterin gue?"

"Iya, Mbak. Sebaiknya kita balik sekarang, Mbak."

Kemudian keduanya ke tempat parkir untuk mengambil motor. Sebelum membelah keramaian kota malam itu.

Setelah hari ini, rasanya Saga bisa melihat hal baru. Bahwa Mbak Jihan adalah orang yang baik, bahwa semua sikap ketus, dingin, dan galaknya hanyalah bagian dari dedikasi dan tanggung jawabnya pada pekerjaan.

Bahwa personality Mbak Jihan sebenarnya tak seburuk itu.

Mungkin Saga harus banyak belajar dari Mbak Jihan, bahwa dalam melakukan sesuatu hal harus dibarengi tanggung jawab yang benar.

Saga tersenyum melirik sosok Mbak Jihan dari kaca spionnya.

Seseorang yang marahnya saja masih cantik, dan jauh lebih cantik saat tersenyum.

Seseorang yang akan jadi panutan dan idolanya mulai sekarang.

Keduanya sampai di kos Jihan. Begitu turun dan melepas helm, Jihan berdiri di depan gerbang dengan ragu sampai akhirnya Saga ikut turun dan melepas helmnya.

Keduanya berdiri berhadapan.

Tidak seperti sebelumnya saat ada rasa takut dan intimidasi, sekaranf keduanya bisa saling berhadapan dengan nyaman.

"Karena udah malem, gue nggak bissa mempersilakan lo buat mampir," ucap Jihan pada akhirnya.

Saga tersenyum, "nggak apa-apa, Mbak." Lalu diulurkannya tangan kanannya pada Jihan.

"Terima kasih atas kesempatan yang udah Mbak Jihan kasih ke saya. Saya akan selalu berusaha untuk bekerja ssmakin baik."

Jihan menerima uluran tangan Saga, menjabatnya erat. "Sama-sama, makasih udah bantuin gue tadi."

Saga tersenyum membalas ucapan Jihan.

"Jadi, sekarang kita berteman?" Tanya Saga yang membuat Jihan terdiam namun kemudian mengangguk lalu terseenyum.

"Ya, kita berteman. Kita akan jadi rekan."

Keduanya tersenyum dengan jabatan tangan yang saling mengerat.

Ya, setelah semua masa sulit yang dihadapi di awal perjumpaan mereka, sudah saatnya mereka membuka cerita baru, 'kan?

Cerita yang akan menjadi lebih baik karena mereka akhirnya bisa berjalan beriringan tanpa adanya kesenjangan lagi.

Mungkin seniorku memang segalak Mbak Jihan, dan aku juga menyadari bahwa sebenarnya dia sebaik itu.

Bagaimana dengan seniormu? — Saga.

.
.
.

END.

With love and happiness,
Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro