Chapter 4 - Khawatir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di ruangan OSIS. Kini hanya terdapat empat orang di dalam ruangan itu.

Yaitu Arisu, Sheira, Rui dan Airi.

Arisu sebenarnya ingin sekali mengajukan permintaan kepada wali kelas 2-B untuk memindahkan mereka bertiga ke kelas paling akhir. Tetapi... dia tidak bisa. Karena Mitsuki tidak menginginkan hal seperti itu terjadinya.

Mitsuki memang benar-benar gadis yang baik hati. Dan kebaikannya itu terkadang membuat Arisu kesal. Karena Mitsuki tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada dirinya, dia lebih memikirkan tentang orang lain daripada dirinya sendiri.

Saat itu Arisu tengah duduk di bangku miliknya, dan mereka bertiga kini berdiri sambil menundukan kepala di hadapan Arisu.

“Aku sudah berbicara dengan Mitsuki. Dia memang benar-benar telah memaafkan kalian bertiga”

“Ah, syukurlah,” Ucap Airi; lega setelah mendengar perkataan dari Mitsuki

“Tetapi kalian harus tetap di hukum...”

“Eeeh?! Mengapa seperti itu?”

“Iya, itu benar! Mengapa? Bukannya kami sudah di maafkan?”

“Masalahnya sudah selesai, 'kan? Lalu, kenapa kami masih harus di hukum?”

Ketiga dari mereka menegakan kepala masing-masing; menatap ke arah Arisu

“Kalian berisik sekali, sih. Mau aku tendang?!”

Seketika mereka bertiga kembali terdiam dan menundukan kepala mereka

“Penindas menyedihkan seperti kalian memang sepantasnya di hukum. Aku tidak peduli kalau Mitsuki sudah memaafkan kalian, tetapi perilaku kalian ini tidak bisa dimaafkan bagiku sebagai Wakil Ketua Osis di sekolah ini.

Bagaimana kalau nanti perilaku kalian ini di ikuti oleh junior kita? Perlu di ingat, ya. Kalian sudah kelas 2. Dan kalian harus memberikan contoh yang baik kepada junior-junior di sekolah ini.

Aku tidak mau kalau generasi selanjutnya melakukan hal seperti ini. Dan bukan hanya generasi selanjutnya, tetapi generasi sekarang ini begitu juga. Cukup sekali ini saja kalian melakukan hal seperti itu. Kalau sampai kalian melakukannya lagi dan ketahuan olehku, aku tidak akan membiarkan kalian lagi saat itu.

Aku akan membuat kalian benar-benar menyesal kalau sampai itu terjadi lagi. Mengerti?”

Ketiga dari mereka pun menganggukan kepala masing-masing sembari mengatakan

“Ya, kami mengerti”

“Baiklah. Pertama, aku ingin kalian menutup mulut kalian tentang masalah ini. Aku tidak mau kalian menyebarkan tentang masalah ini. Dan aku juga tidak mau kalau sampai hal ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang di sekolah. Bagaimana, bisa tidak melakukannya?”

“.....Ya, kami, bisa.” Ucap mereka bertiga lagi secara bersamaan

“Dan kedua, aku ingin kalian membersihkan halaman belakang gedung sekolah selama satu minggu ke depan.”

“...Baiklah, kami mengerti, Kuriyama-san” Kini hanya Sheira yang menjawab perkataan dari Arisu

“Baguslah kalau kalian mengerti. Kalau begitu kalian boleh keluar sekarang.”

Mereka bertiga pun segera pergi meninggalkan Arisu di ruangan Osis seorang diri.

Arisu menghela nafas panjang.

“Hari yang melelahkan....” Gumam Arisu; mencoba untuk berdiri dari bangkunya.

*Traak*

Pintu ruangan Osis kembali terbuka; seseorang masuk ke dalamnya.

Orang itu tidak lain adalah Ketua Osis sendiri, Katsuragi Ren. Ia mampir kesini hanya untuk mengecek sesuatu. Ya, sesuatu yang penting baginya.

Namun disaat ia memasuki ruangan Osis ia bertemu dengan Arisu yang berada seorang diri di ruangan ini

“Ah, Kuriyama-san. Sedang mengerjakan sesuatu?”

“Oh, um, tidak, tidak. Aku hanya kesini untuk mengambil barangku yang ketinggalan”

“Begitukah? Apa barangnya sudah kau temukan?”

“Ya, baru saja ku temukan. Um, Katsuragi-kun sendiri, kesini untuk melakukan sesuatu?”

“Ya, itu benar. Aku ingin mengecek seuatu lebih tepatnya.”

“Begitu, ya. Baiklah kalau begitu aku mau pergi ke kelas terlebih dahulu, ya. Sampai jumpa.”

“Ya. Sampai jumpa.”

Tepat setelah itu Arisu pun pergi meninggalkan Ren seorang diri di dalam ruangan Osis itu.

Ren ingin mengecek suatu berkas. Berkas tentang gadis bernama Yozora Mitsuki dari kelas 2-B.

Ren hanya penasaran mengapa daritadi dirinya tidak melihat Mitsuki di dalam kelas atau di manapun.


Apakah dia tidak masuk sekolah?

Tidak. Dia bilang dia sekolah hari ini. Tidak mungkin dia berbohong, 'kan?

Tetapi kenapa dia tidak membalas pesanku ya? Dan telponku juga tidak di jawab.

Dia... kenapa ya?

Bermacam pertanyaan terlintas di dalam benak Ren. Yah. Ren memang sangat menyukai Mitsuki dan Mitsuki juga merupakan gadis pertama yang pernah ia cium.

Ya, gadis pertama. Dan itulah mengapa ia sangat menyayangi Mitsuki.

“Kelas 2-B..... 2-B...... Hmm,” Ren melihat beberapa lemari khusus tempat penyimpanan berkas siswa-siswi sekolah dan ia mencari dimana letak berkas kelas 2-B terletak. Dan akhirnya.... dapat!

Segera Ren membuka lemari berisikan berkas-berkas itu dan ia pun mencari berkas milik Mitsuki.

“Mit....suki.... Mitsuki..... Oh, Yo...Yozora, ah! Yozora Mitsuki, akhirnya dapat juga.” Ucap Ren sembari mengambil berkas milik Mitsuki dan memasukan beberapa berkas yang ia keluarkan dari lemari.

Segera setelah itu ia pun membuka berkas milik Mitsuki untuk mengetahui dimana alamat rumahnya.

Di biodata Mitsuki disitu tertulis lengkap dimana Mitsuki tinggal dan di jalan apa rumahnya terletak.

Baiklah. Ini akan menjadi menyenangkan. Aku akan mengunjunginya kalau besok dia tidak masuk sekolah lagi.

Dia pikir aku bisa bertahan hidup tanpa sama sekali tidak melihat wajahnya ataupun mendengarkan suaranya?

Tentu saja tidak! Karena Mitsuki.... Um, dia... Cinta dan Ciuman pertamaku.

•••

Ke esokan harinya. Bisa di bilang, ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Ren.

Karena kalau Mitsuki hari ini masuk sekolah, Ren mungkin akan melakukan hal yang sama seperti kejadian di atas atap gedung sekolah itu.

Tetapi kalau Mitsuki tidak masuk sekolah, maka ia akan datang ke rumahnya untuk melihat bagaimana keadaannya.

°°°Di dalam kelas°°°

Pelajaran pertama telah di mulai. Awalnya Ren terlihat sangat fokus dan pikirannya tidak teralihkan sekalipun.

Tetapi entah kenapa bayangan wajah Mitsuki seketika terlintas di pikirannya dan membuatnya sedikit kehilangan kosentrasi pada pelajaran.

Yah. Ini semua terjadi karena Ren sama sekali tidak mendapatkan satu kabar pun tentang Mitsuki.

Mengapa dia tidak masuk sekolah? Atau semacamnya.

Ren ingin menanyakan hal ini pada orang-orang di kelas 2-B. Namun sepertinya hal itu hanya akan membuat orang-orang curiga akan ‘mengapa dirinya menanyakan tentang Mitsuki’.

Karena Ren sudah berjanji tidak ingin memberitahukan siapapun tentang hubungan yang mereka jalin bersama. Jadi.... Ren akan berusaha untuk mencari tahu tentang hal ini seorang diri.

Waktu berjalan begitu cepat, bel istirahat kini sudah berbunyi. Ini adalah kesempatannya untuk melihat apakah Mitsuki masuk sekolah atau tidak pada hari ini.

Beruntung sekali jarak antara kelasnya, 2-A dekat sekali dengan kelasnya Mitsuki, 2-B. Jadi cukup berada di luar pintu kelas saja ia sudah dapat melihat siapa-siapa saja orang yang barusan keluar dari kelas 2-B.

Sudah banyak orang yang keluar dari kelas 2-B tetapi ia tidak melihat Mitsuki saat itu.

Apa jangan-jangan dia berada di kelas?

Untuk memastikan hal itu, Ren pun memutuskan untuk berjalan mendekati kelas 2-B. Perlahan-lahan ia melangkah dan kedua iris emasnya itu fokus melihat ke dalam ruang kelas 2-B.

Ia berharap kalau dirinya melihat Mitsuki saat itu namun ternyata tidak. Mitsuki tidaj berada disana.

Itu berarti, Mitsuki tidak masuk sekolah lagi hari ini. Dan itu juga berarti Ren akan mengunjungi rumahnya hari ini.

°°°Skip Time°°°

Bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa-siswi segera keluar dari kelas masing-masing untuk pulang ke rumah.

Sama halnya dengan Ren, namun kini ia sedang tidak berada di perjalanan untuk pergi ke rumahnya sendiri melainkan untuk pergi ke rumah orang yang ia sayangi.

Yaitu Yozora Mitsuki.

Jarak antara sekolah dan rumah Mitsuki itu cukup jauh jadi ia harus pergi ke stasiun kereta terlebih dahulu untuk pergi ke sana.

°°°Skip Time°°°

Akhirnya kini Ren berada tepat di hadapan rumah Mitsuki. Rumahnya cukup besar namun di desain sesederhana mungkin sehingga tidak berkesan mewah.

Tapi Mitsuki pernah bilang kalau keluarganya adalah keluarga yang sedarhana. Jadi wajar saja apabila rumahnya juga di desain seperti itu.

Tanpa membuang waktu yang lama, Ren pun segera melangkah menuju pintu rumah Mitsuki dan menekan bel rumah Mitsuki.

Lalu saat itu ada seseorang yang wajahnya begitu mirip dengan Mitsuki yang tengah membukakan pintu untuk Ren.

“Ingin bertemu dengan siapa, ya?” Tanya seorang wanita yang berada di dalam rumah Mitsuki

“Ah, aku ingin bertemu dengan Yozora Mitsuki. Apa dia ada?”

“Oh. Mitsuki. Ya, dia ada di rumah. Silahkan masuk.” Wanita itu pun membukakan pintu lebih lebar dari sebelumnya dan dia mempersilahkan Ren untuk masuk ke dalam rumah.

Ren segera melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Sesampainya ia segera melepas sepatunya lalu mengenakan sandal yang sudah di siapkan oleh wanita itu

“Ah, terimakasih”

“Tidak masalah. Um, kalau boleh tahu, namamu siapa ya?”

“Ah, maaf saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya adalah Katsuragi Ren dan saya adalah... um, err—kekasihnya... Mitsuki”

“Wah! Mitsuki ternyata hebat sekali, ya. Punya kekasih setampan dirimu, ahahaha. Oh iya, aku adalah ibunya Mitsuki. Senang bertemu denganmu, Katsuragi-kun”

“Oh, ah! Ya, senang bertemu denganmu, etto—”

“Karena kau adalah kekasihnya Mitsuki, kau bisa memanggilku dengan sebutan ‘Yozora-okachan’!”

“Eh? Ah, un. Aku mengerti, Yozora-okachan.”

“Kamarnya Mitsuki ada di lantai dua, ya.”

“Ah, baiklah, terimakasih, Yozora-okachan”

“Ya, ya, tidak masalah, Katsuragi-kun~”

Segera setelah itu Ren pun berjalan ke lantai dua untuk mendatangi Mitsuki di dalam kamarnya.

Sesampainya di hadapan pintu kamarnya Ren pun mengetuk pintunya perlahan. Ren tidak ingin mengatakan sesuatu karena ia ingin kedatangannya kesini menjadi sesuatu yang mengejutkan bagi Mitsuki.

“....Masuklah.” Ucap Mitsuki dengan nada suara yang terdengar sedang menahan rasa sakit

Ren pun segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamarnya. Senyuman kini mulai terukir pada bibir Ren; ia menatap ke arah Mitsuki. Selagi Mitsuki hanya dapat terdiam karena terkejut disaat melihat Ren berada di dalam kamarnya.

“...R–Ren, apa yang kau lakukan—”

“Menjenguk kekasihku tentunya. Kenapa?”

“A–aku 'kan tidak apa-apa! Kau tidak perlu datang kemari, Ren...”

“...Kau tidak suka aku datang kesini?”

“Ah- ti–tidak! Bukan seperti itu maksudku...”

“Aku mengkhawatirkanmu, Mitsuki. Makanya aku datang kemari.”

“E–eeh?!”

To be continue
Thanks for read ^^
Don't forget to vomment!

Halo! Ge speaking here!
Wah, terimakasih banyak ini karena views nya sudah sampai 100+ ><
Saya jadi semangat banget nulis chapter ini sampai 1500+ words, hehehe.

Dan ya, semoga puas dan suka dengan chapter kali ini ya. Jangan lupa untuk vomment ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro