Chapter 5 - Menginap

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“E—eh??!”

•••

Si surai merah perlahan melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah dimana Mitsuki berada sekarang.

Seringaian tipis kini terukir pada bibir si surai merah seraya kakinya terus melangkah untuk mendekat.

Saat itu Mitsuki hanya dapat terdiam sembari duduk di tempat tidurnya. Kedua iris ungunya itu tak terlepaskan dari wajah lelaki dengan surai merah itu, Ren. 

“Kau tidak percaya kalau aku sangat merindukanmu?” Pertanyaan akhirnya kembali di lontarkan oleh Ren dengan seringaian

“....A—a—aku..” Ucap Mitsuki; terbata. Karena kini Ren sudah berada tepat di hadapannya. Tepatnya, di depan wajahnya.

“Mau aku buktikan?”

“..Eh?”

Lantas pertanyaan yang di ucapkan oleh Ren membuat semburat merah menghiasi pipi Mitsuki. Ren yang kini berada tepat di hadapannya perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Mitsuki.

Dia tahu apa yang ingin di lakukan oleh Ren saat itu.

Disaat Ren ingin mempertemukan bibirnya dengan bibir Mitsuki. Mitsuki segera meletakan tangan kanannya pada mulut Ren. Dan hal itu membuat Ren membuka kedua matanya dengan lebar; sedikit terkejut

“Aku tahu itu, Ren. Kau merindukanku, aku tahu itu. Karena aku juga merasakan hal yang sama” Mitsuki memberikan senyuman manisnya kepada Ren

Mendengar perkataan yang barusan di ucapkan oleh Mitsuki membuat Ren memejamkan kedua matanya; ia menggenggam tangan Mitsuki yang di letakan pada mulutnya itu. Lalu perlahan ia mengecup punggung tangan Mitsuki.

Hal itu membuat rona merah pada pipi Mitsuki semakin menjadi-jadi. Kecupan yang dia rasakan pada punggung tangannya begitu lembut sehingga membuat Mitsuki merasa senang akan hal itu.

Kini Ren pun mengambil tempat untuk duduk di atas kasur milik Mitsuki. Ia duduk tepat di sebelah Mitsuki. Ren perlahan meletakan kedua tangannya pada pipi Mitsuki, ia mendekatkan wajahnya sehingga membuat kening mereka saling bertemu.

Mitsuki dapat merasakan hembusan nafas Ren saat itu, jantung Mitsuki mulai berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Kening serta hidung mereka kini saling bersentuhan. Kedua mata saling menatap satu sama lain.

Kalau seperti ini terus aku.... aku bisa mati!

Wa–wajahnya sangat dekat denganku!

Batin Mitsuki di dalam hatinya sembari memandang Ren yang kini perlahan-lahan memejamkan kedua matanya. Lalu saat itu Mitsuki pun melakukan hal yang sama dengan Ren.

Di tengah-tengah keheningan, Ren pun mulai membuka mulutnya dan bertanya

“Jadi, bagaimana keadaanmu?”

Selama ada kau disisiku aku akan selalu baik-baik saja, Ren” Jawab Mitsuki dengan senyuman

Saat itu Ren agak terkejut disaat mendengar jawaban dari Mitsuki. Perlahan ia membuka kedua matanya untuk memastikan apakah yang di ucapkannya itu benar. Dilihatnya kini Mitsuki tengah memejamkan kedua matanya sambil tersenyum.

Itu benar. Aku juga akan selalu baik-baik saja kalau kau ada disisiku, Mitsuki.

Ren pun kembali memejamkan kedua matanya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah Mitsuki. Bibirnya hampir saling bersentuhan dengan bibir Mitsuki. Tetapi....

*Tok! Tok! Tok!*

Seseorang mengetuk pintu Kamar Mitsuki dengan cukup keras

“Mitsuki, Katsuragi-kun. Apakah Okachan boleh masuk?”

Mendengarkan ucapan itu lantas membuat mereka segera membuka mata mereka. Terkejut? Tentu saja. Bahkan Mitsuki hampir jantungan. Saat itu Ren langsung mengambil jarak yang agak jauh dari Mitsuki.

Tanpa di sadari, semburat merah kini terlihat pada pipi Ren. Ia malu ternyata. Sementara Mitsuki hanya bisa terdiam, jantungnya terus berdegup dengan kencang, wajahnya merah bak apel yang baru saja di petik.

Tidak ada satupun dari mereka yang memberanikan diri untuk menjawab perkataan ibu Mitsuki. Keduanya masih menahan rasa malu masing-masing.

Kemudian, Ren pun mulai berdiri dari tempat dimana ia duduk tadi. Sepertinya ia sudah dapat menenangkan dirinya. Ren segera melangkahkan kakinya menuju pintu kamar Mitsuki dan segera membukanya

“Silahkan masuk, Yozora-okachan” Ucap Ren kepada ibu Mitsuki.

Saat itu Ibunya pun segera memasuki kamar Mitsuki dan berjalan ke arah Mitsuki yang masih duduk di atas kasurnya. Mitsuki sudah mencoba untuk menenangkan dirinya namun rona merah pada pipinya masih dapat terlihat meskipun tidak semerah sebelumnya

“...A–ada apa, Okachan?” Walaupun sedikit terbata; Mitsuki memberanikan dirinya untuk bertanya kepada sang ibu

“Ah, ibu ingin memberitahukan sesuatu kepadamu, Mitsuki”

“...Apa itu, Okachan?”

“Jadi begini, ayahmu sedang ingin melakukan sesuatu di luar dan okachan mau tidak mau harus ikut dengannya karena ia meminta okachan untuk menemaninya dan kami juga akan menginap di hotel...”

“Oh, begitu. Baiklah aku mengerti.”

“Maka dari itu, Katsuragi-kun..”

“Iya?” Ren sedikit memiringkan kepalanya ke arah ibu Mitsuki

“Apa kau keberatan untuk menginap disini?”

“E–E–E–EEH??! O-okachan?! Apa yang kau katakan??!”

“Ya, tentu saja, Yozora-okachan. Aku tidak keberatan karena besok 'kan juga hari libur”

“Begitukah? Ah, syukurlah kalau kau tidak keberatan, Katsuragi-kun. Kalau begitu, aku titipkan putriku ini kepadamu, ya”

“O–O–OKACHAN??! DAN REN, APA MAKSUDNYA DENGAN PANGGILAN YOZORA-OKACHAN ITU??!” Ingin rasanya Mitsuki berdiri dari tempatnya namun sayang sekali kakinya masih ada memar sehingga membuat kakinya sakit apabila di gerakan jadi sekarang dia hanya bisa duduk di atas kasurnya saja

Ara~ Tidak perlu terkejut seperti itu juga, Mitsuki. Katsuragi-kun 'kan kekasihmu jadi salahkah Okachan apabila sesekali menitipkanmu kepada kekasihmu sendiri?” Ibunya memberikan senyuman jahil ke arah Mitsuki

“Hal itu justru patut di lakukan untuk seorang calon mertua sepertimu, Yozora-okachan. Itu tidak salah sama sekali. Karena aku akan menjaga dan merawat putrimu ini dengan sepenuh hati” Jawab Ren dengan seringaian

Ahahaha. Baiklah, Katsuragi-kun. Jaga dia baik-baik, ya. Kau juga aku izinkan untuk tidur bersama Mitsuki”

“EEEEEH????!?!”

“Aku sangat bahagia, Yozora-okachan. Terimakasih.”

“Okachan akan pulang hari Minggu, ya. Dan besok hari Sabtu jadi kalian bisa menghabiskan waktu bersama selama Okachan pergi”

“Baiklah, aku mengerti, Yozora-okachan”

“Baguslah! Mitsuki, Okachan pergi dulu ya?”

“...B–baiklah, Okachan”

Ibu Mitsuki pun segera meninggalkan mereka berdua di dalam kamar. Rupanya daritadi Ayah Mitsuki sudah bersiap untuk pergi dan setelah keluar dari kamar Mitsuki, ibunya langsung beranjak pergi bersama Ayah Mitsuki mengendarai sebuah mobil.

Sementara itu di dalam kamar Mitsuki.

Dia hanya terdiam sambil menundukan kepalanya. Melihat hal itu, Ren pun segera menghampirinya; kembali mengambil tempat duduk tepat di sebelah Mitsuki

“Hei, ada apa?” Tanya Ren sembari memegang dagu Mitsuki dan perlahan mengangkatnya

“...Ti—tidak apa-apa! Jangan khawatir!” Jawab Mitsuki yang kini mulai menatap ke arah Ren

“...Kau, ingin aku melanjutkannya?”

“E-eh? Melanjutkan—apa?”

“Bukannya ciuman kita tadi tertunda? Mau aku lanjut sekarang atau nanti malam?” Tanya Ren dengan seringaian

“R—Ren! J–jangan menggodaku!”

“Oh, ayolah, Mitsuki. Aku sangat merindukanmu...” Ren mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Mitsuki

...Ren. Aku... aku sakit, Ren. Bukankah tujuanmu datang kesini karena kau ingin menjengukku?”

Jawaban yang di berikan oleh Mitsuki membuat Ren merasa sedikit bersalah. Ia segera mengembalikan posisinya seperti semula.

“...Maafkan aku, Mitsuki. Tapi aku datang kemari juga karena aku sangat merindukanmu. Kau... kau sama sekali tidak menjawab pesanku, kau juga tidak mengangkat panggilanku. Aku... khawatir padamu. Sampai-sampai aku kehilangan ko—?!!?!” Ucapan Ren terpotong tepat disaat Mitsuki memeluknya dengan erat.

“...Mitsuki?”

“...Aku minta maaf, Ren. Karena aku tidak memberimu satupun kabar tentangku. Aku minta maaf. Aku... janji, ini tidak akan terjadi lagi. Aku mohon, maafkan aku” Cairan bening kini perlahan keluar dari mata Mitsuki sambil ia memeluk Ren dengan erat

Ren membalas pelukan dari Mitsuki. Ia juga memeluknya dengan erat. Ia tidak dapat mengatakan apa-apa sehingga ia merasa sesuatu yang basah dengan pakaiannya.

Tunggu. Apakah dia menangis?

Untuk memastikan hal itu, Ren pun melepaskan pelukannya bersama Mitsuki.

Ren membuka matanya lebih lebar dari sebelumnya; ia terkejut disaat melihat Mitsuki yang kini meneteskan air matanya.

“Mitsuki...”

“....Ren”

Mitsuki menatap kedua iris keemasan milik Ren dengan tangisan yang terus mengalir dari matanya.

“...Ren, apakah kau memaafkan—??!!”

Ren membuat perkataan Mitsuki terpotong dengan mempertemukan bibirnya dengan bibir Mitsuki

Ren memejamkan kedua matanya; mulai menikmati ciumannya bersama Mitsuki

Sedangkan Mitsuki hanya dapat terdiam dan perlahan-lahan memejamkan kedua matanya.

Ciuman mereka masih berlangsung. Keduanya saling memejamkan mata masing-masing; menikmati ciuman tersebut.

Hingga beberapa puluh detik berlalu. Ciuman itu pun di akhiri karena menipisnya pasokan oksigen di dalam paru-paru.

Ren membuka kedua matanya saat itu. Ia mengambil nafas sebelum kembali menatap ke arah Mitsuki dan mengatakan

“Aku memaafkanmu...” Ren menghapus air mata Mitsuki dengan ibu jarinya

“Aku juga memaafkanmu...” Mitsuki meletakan tangan kanannya pada pipi Ren

Kedua mata mereka saling bertemu. Senyuman terukir pada bibir masing-masing. Keheningan di antara mereka membuat mereka merasa senang karena hal seperti inilah yang sangat mereka inginkan.

Namun sayangnya saat itu—

*Prooot*

—geraman perut Mitsuki menghancurkan keheningan di antara mereka.

“...Kau, lapar ya?”

To be continue...
Thanks for read ^^
Don't forget to vomment!!

Halo! Ge speaking here!!
Uwah saya sangat terharu dengan adanya comment-comment yang kalian berikan kepada saya ><

Saya jadi semangat sekali untuk menulis OriFic ini hohoho.  Sebenarnya saya ingin melanjutkan sampai 2000+ words tapi saya takut readers sekalian nantinya merasa bosan karena kebanyakan .w.
Jadi saya potong aja sampai Mitsuki kelaparan itu /ya.

Semoga kalian puas sekali dengan chapter kali ini ya! Karena chapter-chapter sebelumnya 'kan Ren sama Mitsuki belum ketemuan semenjak kejadian di atap itu huehue. Dan sekarang mereka akhirnya ketemuan lagi dan akan menghabiskan waktu bersama di dalam rumah dan hanya berduaan?

YOLO. /5

Kira-kira apa yang akan terjadi di chapter selanjutnya? Akan update setelah 2 minggu ke depan ya! (〜^∇^)〜
Maaf kalo lama, soalnya Senin depan saya di haruskan berperang dengan lembar-lembar kertas mengerikan yang akan menentukan apakah saya naik kelas atau tidak (baca: UAS)

Oke, hanya itu pemberitahuan dari saya! Sekali lagi terimakasih yang sudah baca! Saya tunggu vomment nya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro