Chapter 17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Enkidu's POV


Apa ... yang barusan ku lakukan?

Aku melihat wajah (Y/n) yang terlihat merah seperti tomat masak dan nafasnya masih terengah-engah.


Jantungku berdetak dengan sangat kencang ketika aku menyadari hal yang ku lakukan dengan (Y/n). Walaupun kami suami istri tapi melakukan hal 'itu' adalah hal yang ...


Aku melihat jemariku dan terkejut ketika melihat ada darah disana. (Y/n) ...?

"(Y/n), kamu gapapa?" tanyaku.

"G-gapapa kok ... H-hanya saja ... sedikit sakit ... dan perih ..."


Eh?????



(Y/n) sudah sering bermain dengan pria lain bahkan dia bermain di depan mata kepalaku sendiri. Ku kira dia sudah tidak virgin karena sudah tidur dengan pria sewaannya tapi mengapa ada ... darah?

Apa jangan-jangan selama ini (Y/n) masih virgin dan aku menghilangkan keperawanannya dengan jemariku? Astaga Enkidu, kamu sudah membuat sebuah kesalahan besar!!

"Aku ingin mandi," ucap (Y/n).

"Aku akan membantumu!"



Aku menggendong (Y/n) lalu membawanya ke kamar mandi. Dia tidak memakai sehelai benangpun sekarang jadi aku bisa melihat lekuk tubuhnya dengan jelas. Pipiku memanas apalagi mengingat apa yang barusan kami lakukan.

Walau aku tidak berada 'di dalam' tubuhnya tapi ...

Ugh, seharusnya aku tidak boleh membiarkan insting liarku menguasaiku!!!


"Enkidu, airnya terlalu panas," sahut (Y/n) yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ah, m-maaf!"

Aku mengatur kembali suhu airnya lalu membiarkan (Y/n) menikmati kehangatan airnya.

Dug! Dug! Dug! Dug! Dug!

Jantungku terus berdetak dengan kencang. Ugh, aku harap hubunganku dengan (Y/n) tidak akan memburuk karena kejadian malam ini!

Selama ini ... aku sudah salah menilai (Y/n). Dia tetap menjaga kehormatannya walau sudah bermain dengan banyak pria cantik. Seharusnya waktu itu aku percaya dengan ucapannya dan ... kejadian itu tak akan pernah terjadi.


End of Enkidu's POV
.
.
.
Reader's POV

Mampod.

Kalau emak tau pasti emak bakalan ngebunuh gua dah.

Film laknat, kalau gada adengan itu pasti aku bakalan masih perawan sekarang. Tapi ... apakah penyamaranku akan terbongkar?


"Tidurlah, kamu pasti capek," Enkidu mengusap kepalaku lembut.

Aku menutup mataku karena aku memang sudah sangat lelah. Aku membiarkan kegelapan menguasaiku dan kehangatan dari pelukan Enkidu menyelimutiku.

- - -


"Hei kau!"

"Aku?"

"Siapa lagi kalau bukan lu?"



Aku sedang berada di kegelapan dan disinilah aku, berdiri berhadapan dengan seseorang yang mirip denganku atau dengan kata lain, 'aku' yang asli.

Kami mirip hanya berbeda di bentuk tubuh. Dia memiliki dada yang agak tepod sedangkan aku berisi serta sorot mata yang lebih tajam dariku.

"Kamu adalah 'aku' yang asli kan?" tanyaku.

"Yup!"

"Kenapa tiba-tiba kita bisa bertukar tempat?"

"Karena aku yang memintanya!"

"Ya kenapa bujank! Alasannya apa?"

"Karena ... aku bosan dengan kehidupanku?"


Seriously? Punya suami baik kok bosan? Sahabat-sahabatnya juga baik-baik kok! Orangtua dan mertua juga perhatian yah walau kakak ipar si pirang bangsad itu galak sih ...

Sorot matanya kini berubah, dari yang tajam dan penuh amarah berubah menjadi tatapan yang sedih dan kesepian. Sebenarnya dia kenapa?

"Ada yang bisa ku bantu?"

"Yah, entahlah. Kehidupan kita sekarang membaik, semua berkatmu. Kalau semisal waktu itu aku tidak terus meminta agar jiwaku tidak tertukar ... mungkin hari ini aku dan Enkidu juga akan bertengkar."

"Eh iya, kenapa sih hubungan kalian ga baik?"

'Aku' pada awalnya terlihat enggan untuk menceritakannya. Dia mengalihkan pandangannya lalu memeluk dirinya sendiri.

"Apakah Enkidu pernah cerita kalau ... dia pernah berpacaran?"

"Tidak pernah tapi ibu mertuamu ada mengatakannya kepadaku."

"Pokoknya, ada kejadian tidak mengenakkan antara aku, Enkidu, dan mantannya! Lalu sejak saat itu kami terus bertengkar dan ... aku melakukan hal yang sangat buruk kepada Enkidu."

"Hal yang buruk? Kdrt maksudmu?"

"Lebih buruk, aku membayar dan menyuruh beberapa orang gay untuk menculik dan melakukan hal 'itu' ke Enkidu secara paksa dan bergilir. Aku melihat ketika orang-orang yang ku bayar melakukan hal 'itu' kepada Enkidu. Enkidu ..."


Hah? Gimana? 'Aku' membayar orang untuk melakukan 'itu' kepada Enkidu ... maksudnya diperk*rsa? Anjir ni cewe sadis!

"Dan lu cuman ngeliatin? Enkidu tau ga?"

"Ya tau dong! Aku masih ingat Enkidu nangis dan memohon kepadaku untuk berhenti waktu itu. Semenjak saat itu, ketika aku menyentuh Enkidu, Enkidu selalu ketakutan dan dia akan menghindar dariku."

"Tega lu sama suami sendiri!"

"Kalau waktu itu dia percaya kepadaku aku tidak akan melakukan hal itu!"



Aku agak bingung jujur sama permasalahan mereka. Aku tidak tahu menahu tentang permasalahan mereka tapi secara ga langsung aku ikut terlibat dalam permasalahan mereka.

"Lain kali, di waktu yang tepat, aku akan menceritakannya. Kenapa aku sangat membenci Enkidu, bukan hanya karena dia adalah anak pungut dari keluarga Uruk tapi juga ... ada hal lain. Jangan percaya kepadanya, dia itu pandai berpura-pura!"

"Boong! Enkidu baik tauk!"

"Lu akan segera liat sifatnya gimana ntar! Uda ya, aku pergi dulu. Lain kali aku datang lagi. Oh, aku akan selalu bersamamu aku dari dunia lain! Aku berada di dalam tubuhmu jadi jika kamu memerlukan bantuan, panggil saja aku dan aku akan keluar menggantikanmu!"

'Aku' melambaikan tangannya kepadaku lalu kekosongan ini musnah seketika.

- - -

"Hah!"


Nafasku terengah-engah. Enkidu di sampingku, tidur dengan nyenyak disana. Ku putuskan untuk minum segelas air, untung ada air di sebelahku.

Hp Enkidu berbunyi, ada pesan dari seseorang yang bernama 'Shamhat'. Siapa dia? Teman Enkidu? Teman kerja? Tapi kayanya ga ada deh guru yang namanya Shamhat.

Ku putuskan untuk tidak berpikir tentang hal yang ga penting seperti ini lalu kembali tidur. Perkataan 'aku' terngiang-ngiang di kepalaku.

Sebuah mimpi yang terasa sangat nyata. 'Aku' juga berada di dalam tubuhku, dia akan keluar jika aku memanggilnya? Kok jadi parno sih aku?

"(Y/n)?"


Enkidu memegang tanganku. Terkejut, aku langsung melihatnya. Enkidu melihatku dengan wajah yang masih mengantuk.

"Mimpi buruk?" tanyanya.

"Sepertinya iya, hahahaha," jawabku canggung.

"Jangan percaya kepadanya, dia itu pandai berpura-pura!"

"Perlu sesuatu?"

"Aku cuman mau tidur, hahaha!"

Aku kembali berbaring. Aku menghadap dinding, tak berani menghadap Enkidu. Dadaku terasa sesak, mungkin karena perkataan 'aku'. Lupakan, lupakan untuk sejenak!

End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's Note

Allo~ sumimasen critany di chapter kali ini ga menarik desu

Perut thor sakit bat :"") hri in ga kerja ane, ga tahan ama sakit perutny :"")

Jngan lupa utk memberikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini! Terima kasih~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro