Chapter 26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Reader's POV

Hari ini adalah hari Kamis, tinggal sehari lagi sampai hari Sabtu. Hari ini aku pulang malam karena ada kegiatan club sekolah. Aku bergabung di club menari dan bernyanyi, artinya besok aku juga harus pulang malam seperti ini.

Melihat jam di hpku yang menunjukkan pukul 7 malam, aku bergegas untuk segera sampai di rumah. Enkidu sudah pulang duluan tentunya dan dia tidak akan marah kalau aku pulang telat di hari Kamis dan Jumat.

"Aku pulang~" sapaku ketika sudah sampai di rumah.



Tidak ada yang menjawab, sepertinya mereka sedang meeting di ruang baca Enkidu sekaligus perpustakaan kecil di rumah ini. Oh iya, ini adalah hadiah dari orangtua 'aku' kepada Enkidu. Katanya karena Enkidu suka membaca makanya mereka mengkhususkan sebuah tempat untuk dijadikan perpustakaan kecil, salah satu dari beberapa mas kawin untuk Enkidu.

Aku pernah bertanya kepada Enkidu, mas kawin apa saja yang diberikan 'aku' dan orangtua'ku' kepadanya tetapi katanya itu rahasia, suatu saat nanti aku pasti akan mengetahuinya tapi tidak sekarang.

Sungguh membuatku penasaran.


Aku ke dapur, disana ada beberapa mangkuk yang berisikan makanan. Aku yakin makanan ini pasti Enkidu yang masak karena entah mengapa berbeda saja dari masakan yang dimasak oleh Romani atau Shamhat. Ah yeah, kemarin Shamhat memasak untuk kami.

Dia bisa memasak rupanya dan katanya dulu dia dan Enkidu belajar masak bersama. Aku tau kok dia berusaha membuatku cemburu tapi aku tidak membalas ucapannya dan pura-pura tidak dengar.

Setelah selesai makan, aku mencuci peralatan makannya lalu menuju ke kamar. Sebenarnya, aku mendengar sesuatu di kamar dan aku yakin kalau itu adalah Enkidu. Suaranya tidak terlalu jelas sih.

Jadi ku putuskan untuk membuka pintu dan menyapanya. Reaksi pertama yang ku perlihatkan adalah keterkejutan. Rasa terkejut itu kemudian berubah menjadi panas dan ada amarah di hatiku.

Terlihat disana Enkidu sedang ditindih ke ranjang dan Shamhat berada di atasnya. Enkidu setengah telanjang dan ada air mata di wajahnya.

Ketika melihatku, wajahnya menjadi pucat seketika juga terkejut. Di lain sisi, Shamhat justru terlihat senang dan bangga. Ah, rencananya untuk memisahkanku dengan Enkidu?

"(Y/n) ... tidak ... Ini tidak seperti yang kamu lihat! (Y/n)!" Enkidu mulai menangis dan berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Shamhat.

"Oh? Sudah pulang (Y/n)? Maaf, aku meminjam kamarmu sebentar. Aku ada urusan sedikit dengan Enkidu," pinta Shamhat sambil menyeringai.


Aku seberusaha mungkin tidak menunjukkan ekspresi apapun kepada mereka alias wajahku datar. Aku tidak boleh marah melainkan aku harus membuat Shamhat marah di situasi seperti ini.


"Dimana yang lainnya?" tanyaku.

"Mereka sedang membeli camilan," jawab Shamhat.

"Oh ... Aku mandi dulu ya?"



Aku meletakkan barang-barangku lalu berjalan ke arah kamar mandi. Tentu, sebelumnya aku membawa pakaian gantiku juga pakaian ganti untuk Enkidu.

Karena aku ingin membuat sesuatu nanti.


"(Y/n) ...?"

"Oh Enkidu, lihatlah! Istrimu bahkan tidak peduli lagi denganmu!"

"(Y/n)? (Y/n)!!"

Tunggulah sebentar Enkidu. Aku pasti akan menyelamatkanmu dari wanita mesum itu!

"Kalian lanjutkan saja aktivitas kalian, kalau bisa selesaikan dengan cepat ya? Takutnya nanti yang lain sudah pulang," sahutku.

"Tentu saja~! Akan kami selesaikan dengan cepat!"

Shamhat terlihat sangat bangga sedangkan Enkidu menangis sambil menutup wajahnya. Maafkan aku, tunggulah sebentar lagi!


Dengan cepat aku menyusun pakaian yang ku bawa di rak pakaian kecil di kamar mandi, lalu aku mengambil baskom yang cukup besar dan mengisinya dengan air dingin. Tak mungkin air panas, kasihan Enkidu karena dia pasti akan kena juga.



"Tidak! Lepaskan aku!!"

"Jangan menolak Enkidu! Aku tahu kau pasti mau kan? Istrimu saja--"

Gyuurr!!!


Dengan cepat aku menyiram Shamhat dan Enkidu dengan air dingin di baskom ini ketika Shamhat ingin menyentuh dada Enkidu. Ga terima dong gua, gua yang istrinya aja ga pernah pegang dada Enkidu. Kalau bersentuhan waktu pelukan pernah ya tapi kalau pegang secara langsung kaga pernah.

"Kau ... APA YANG KAU LAKUKAN!?"

Shamhat terlihat marah dan melepaskan tubuh Enkidu. Enkidu juga kena air dingin ini tapi tidak separah Shamhat. Dengan cepat aku mendorong Shamhat hingga dia jatuh dari tempat tidur lalu menggendong Enkidu yang terlihat sangat kebingungan.

Aku mengunci kamar mandi setelah berhasil masuk ke dalam dengan Enkidu. Aku membantu Enkidu melepaskan pakaiannya yang dirobek oleh Shamhat. Wanita itu kuat juga bisa merobek pakaian yang bahannya lumayan tebal.

"(Y/n) ...?"

"Maafkan aku karena menyirammu tadi. Sebenarnya tadi aku ingin menyiramnya dengan air panas tapi nanti pasti Enkidu kena jadi ... ku siram pake air dingin deh~! Jangan marah ya?"

"Kamu ... tidak marah?"

"Kenapa harus marah? Kan Shamhat yang kegatelan bukan Enkidu. Uda tau suami orang malah disikat. Andai aja tadi posisi Enkidu ga kaya tadi pasti badannya uda melepuh sekarang!"


Enkidu memelukku, ada isakan terdengar darinya. Aku tidak akan marah lagi kepada Enkidu karena aku tahu kalau Enkidu mencintaiku -- 'aku' maksudnya. Selama hatinya tidak terbuka untuk wanita lain, hal itu bukan menjadi masalah untukku.

"Terima kasih," ucap Enkidu.

"Aku bantuin mandi ya?"

Ah, ini yang pertama kalinya aku melihat tubuh Enkidu dengan jelas. Kalau tidak ku tahan, aku pasti sudah mimisan sekarang.

Kulitnya lembut bahkan lebih lembut dan halus dari kulitku. Jujur aku iri, aku dikalahkan oleh seorang laki-laki. Harga diriku sebagai cewe terjatuhkan disini.

Aku menggendong Enkidu dan mendudukannya di bathtub yang sudah ku isi dengan air hangat sebelumnya. Setelah itu, aku melepaskan pakaianku.

"K-kita akan mandi bareng?" tanya Enkidu.

"Tidak bolehkah? Atau Enkidu tidak suka?"

"T-tidak, bukan itu!"

Terlihat jelas rona merah di pipi Enkidu. Bukannya dia sudah pernah melihat tubuhku sebelumnya dan membantuku untuk mandi sebelumnya? Jadi mengapa dia malu-malu hari ini?

"Tidak masalah Enkidu, suami istri saling melihat tubuh satu sama lain itu hal yang wajar kan?"


Terkejut dengan perkataanku, Enkidu membuang wajahnya. Aku membuka shower dan membasahi tubuhku. Ah, aku ingin melihat reaksi Shamhat. Akan ada drama apa lagi yang bakalan terjadi ya kira-kira?


End of Reader's POV
.
.
.
Author's Note

Tidak akan ada adengan naena jadi aman 👌

Jngan lupa utk memberikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini jika berkenan~! Terima kasih uda mampir~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro