Chapter 27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Reader's POV

"Lu itu wanita murahan ya? Enkidu tuh uda ga suka dan ga mau lagi sama lu tapi kenapa tetep lu maksa?"

"Enkidu ga pernah suka ama lu cewe kerdil! Enkidu sukanya ama gua!"

"Ngimpi! Enkidu tuh sukanya ama gua bukan ama lu!"



Kami semua sedang berada di ruang tamu. Pas sekali ketika Shamhat keluar dari kamarku dalam keadaan basah kuyub, Romani, Merlin, dan Gilgamesh pulang dari shopping mereka.

Yah, mereka terkejut tentu saja dan setelah aku dan Enkidu selesai mandi, aku menjelaskannya kepada mereka di ruang tamu.

Enkidu duduk di sampingku, aku memeluknya agar si Shamhat ini tidak bisa menyentuh suamiku ini. Coel saja sedikit aku pastikan besok wajahmu itu pasti penuh dengan cakaranku.

"Sudah! Shamhat, aku yakin kamu tahu betul kalau Enkidu sudah menjadi suami (Y/n). Perbuatanmu barusan sangatlah tidak pantas!" omel Romani.

"Aku mencintainya dan Enkidu pasti juga masih mencintaku! Karena Enkidu takut istrinya akan menyiksanya makanya--"

"Aku mencintai (Y/n). Sudah berapa kali ku bilang kalau hubungan kita sudah selesai Shamhat? Sudah ku tegaskan, semenjak aku menikah dengan (Y/n) aku sudah berjanji untuk mencintai (Y/n) dan menjadi suami yang baik untuk (Y/n). Jika ingin berteman, dengan senang hati aku dan istriku akan menjadi temanmu tapi jika lebih dari teman, maaf tapi aku tidak bisa," jelas Enkidu dengan tegas yang membuat Shamhat mati kutu.

"Enkidu ..."



Mata Shamhat merah dan dia meninggalkan ruangan ini segera yang kemudian disusul oleh Gilgamesh. Aku meminta maaf kepada Romani dan Merlin lalu meminta mereka untuk tidur berhubung sudah pukul 8 malam.


"Tidur yuk?" ajakku, Enkidu mengangguk kepalanya sambil tersenyum untuk menjawabku.



Ranjang kami basah dan masih belum kering hingga saat ini. Tentu saja, air yang ku siram tadi lumayan banyak. Yah mau tidak mau aku dan Enkidu harus membereskan tempat ini.

"Maafkan aku Enkidu! Gara-gara aku Enkidu malah harus beres-beres!"

"Tidak tidak! Tidak masalah! Justru aku yang harus berterima kasih karena sudah menyelamatkanku dan melindungiku!"

Enkidu memegang kedua tanganku dengan erat. Dia tersenyum lebar, sebuah senyuman yang sama seperti di foto yang ditunjukkan Gilgamesh kepadaku.

Entah mengapa mataku terasa perih dan air mata keluar dari sana. Enkidu menjadi panik dan memelukku segera sambil memukul punggungku pelan.

"M-maaf, apa genggamanku sangat erat hingga membuatmu sakit?"

"Tidak ... aku hanya bahagia karena Enkidu tersenyum lebar seperti ini."


Aku memeluk Enkidu erat. Ah, setidaknya mungkin sekarang aku tidak membuat Enkidu sakit hati lagi. Aku bisa membuatnya nyaman berada di dekatku.

Setelah selesai membersihkan tempat tidur kami, kami berdua berbaring di ranjang yang masih sedikit basah ini. Ah nyamannya berbaring di ranjang yang nyaman ini~!

"Enkidu, setelah aku membuka cafe nanti jangan kerja lagi ya?" sahutku.

"Eh? Kenapa?"

"Ya ... gapapa sih. Aku mau Enkidu istirahat."

"Nanti ku pikirkan dulu. Aku masih bisa bergerak dan bekerja, aku akan membantumu agar bebanmu tidak terlalu berat. Nanti sewaktu kita sudah mempunyai anak, biaya pengeluaran akan meningkat. Selain menabung untuk pembelian tanah, kita juga harus menabung untuk masa depan anak kita nanti," jelas Enkidu serius.

"Anak? Enkidu sudah mau punya anak?"

Tersadar sendiri dengan perkataannya barusan, Enkidu menutup wajahnya dengan kedua kedua tangannya. Sepertinya dia sudah menginginkan seorang anak? Tapi aku masih sekolah, mana boleh!

"Pembuatan anaknya boleh dicicil kok," godaku.

"T-tidak, bukan itu maksudku! Maaf karena membicarakan hal yang aneh!"

"Tidak aneh kok~ wajah sih kalau Enkidu mau punya anak, umur Enkidu sudah 24 kan? Tahun depan sudah 25 sedangkan aku masih 16 tahun. Kita sudah lama menikah tapi sepertinya kita tidak pernah sedekat ini ya?"

"Benar, beberapa tahun yang lalu sangat susah bagiku untuk mendekatimu. Syukurlah sekarang keadaan itu berubah!"


Kami membicarakan beberapa hal setelahnya. Enkidu menceritakan tentang bagaimana dia bisa menjadi salah satu guru di sekolahku dan bagaimana dia yang berusaha untuk mengenalku.

Justru dengan dia yang menjadi guru di sekolahku membuat 'aku' lebih membencinya. Enkidu tidak menyerah tentu saja dan dia terus berusaha mendekati 'aku'.

Aku pernah menanyakan hal ini kepada 'aku', mengapa dia membenci Enkidu? Enkidu bukanlah seorang suami yang buruk justru dia adalah seorang suami idaman.

Pengertian, baik, lemah lembut walau kadang barbar dan perkataannya sangat menusuk jantung, pandai memasak dan dia juga pintar. Enkidu berusaha mendekatkan dirinya kepada 'aku' tapi 'aku' terus mendorongnya dan menjaga jarak dengannya.

Aku tak bisa mengerti jalan pikiran dari Kanzaki (Y/n) di dunia ini.


---


Shamhat pagi-pagi sekali sudah pergi dari tempat ini untuk bekerja bersama dengan Gilgamesh. Sepertinya hubungan mereka baik bahkan mereka terlihat seperti pasangan kekasih.

Sekarang aku sedang berada di kelas, menunggu bel sekolah berbunyi dan menunggu salah seorang guru untuk masuk mengajar kami. Pelajaran hari ini adalah kimia dan sebentar lagi waktunya ujian semester.

"Hei, nanti di festival tahunan pergi yuk?" ajak Astolfo.

"Boleh juga, ga salah yang jadi pengurusnya Keluarga Uruk kan? Wah pak Enkidu pasti sibuk nih!" sambung Cu.

"Ayo, nanti kita pergi sama-sama! Sudsh tidak sabar!" ucap Jeanne, bersemangat.

Umu! Pergi bersama teman-teman terus ngevent bareng enak nih~! Sep sep, nanti kira-kira acaranya bakalan gimana ya? Jadi penasaran deh!

End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's Note

Pake AC berasa kaya ga pake AC, panas bat dah kamar ane pdhal ACny uda full.

Btw sumimasen, chapterny pendek. Mataku sakit :'") tdi smpe merah jdi hri ini segini dlu ya 👌 bsok ku usahakan update lagi.

Jngan lupa utk memberikan vote, komen, dan jga memfollow akun ini. Arigatou~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro