Chapter 31

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

PERINGATAN! AKAN ADA ADENGAN 18-20+ DGN GILGAMESH! BGI PENGGEMAR GILGAMESH SILAHKAN MERAPAT DN JIKA YG TIDAK SUKA SILAHKN DI SKIP! 

BIJAKLAH DLAM MEMBACA, JIKA MSIH DIBAWAH UMUR 18 MENDING DI SKIP AJA! TERIMA KASIH!

AKAN ADA KATA-KATA ATAU KALIMAT YANG AGAK VULGAR JADI BENERAN DEH BAGI YANG GA SUKA SILAHKAN DI SKIP!

Reader's POV

"Ngapain datang lagi?"

"Nemenin lu? Btw gua ada bawa makanan nih."



Gilgamesh menyodorkan kantong plastik yang berisikan makanan. Aku mengambilnya kemudian membukanya. Ah, dia membeli takoyaki.

Aku melihatny bingung, menunggunya untuk memberikan penjelasan. Dia tersenyum singkat lalu meninggalkanku di dapur dengan kebingungan.

Maksudnya ini mau balas budi gitu?


Aku memberikan chat kepada Enkidu namun dia tidak membalasnya. Aku mengerti, dia pasti sangat sangat sibuk karena sahabat dan saudaranya bukannya bekerja malah berehat-rehat disini.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, seharusnya si pirang ini masih berada di festival. Owalah, ni pirang emang kaga ada akhlak!

Setelah menghabiskan takoyaki (yang agak hambar rasanya) yang dibeli oleh Gilgamesh, aku naik ke kamar. Aku merindukan Enkidu, sungguh. Baru beberapa hari aku tidak mendengar suaranya tapi aku sudah merindukannya. Kami tidak videocall atau teleponan karena Enkidu tidak mempunyai waktu untuk itu, membalas chat saja lamanya minta ampun.

Ketika aku membuka kamar, tak sengaja aku melihat Gilgamesh yang sedang memakai pakaiannya. Tatapan kami bertemu dan aku langsung berteriak (anehnya Gilgamesh juga).

"CEWE MESUM!"

"GUA KAGA SENGAJA! GUA KAGA SENGAJA!!!!! MAAAAPPPP!!!!!!!"

"TUNGGU DI LUAR! NTAR KALO UDA SELESE GUA PANGGILIN!" Gilgamesh membanting pintu kamar .

Astaga, mataku tercemar. Kalau Enkidu mah gapapa, pemandangan surgawi tapi kalau cowo lain, aku beneran merasa bersalah anjir ama Enkidu.

"Cepat masuk!" sahut Gilgamesh dibalik pintu.



Aku cepat-cepat masuk, ih gila Gilgamesh kaya nganggep rumah ini kaya rumahnya sendiri njer. Ya gapapa sih tapi jangan di kamarku dan Enkidu juga dong!!


"Makasi takoyakinya," pintaku.

"Enak ga takoyakinya?"

"Enak kok walau rada hambar."

"Itu buatanku."

"Maaf?"

"Itu buatanku. Tadi aku meminta Emiya mengajariku."





EHHH? TADI TAKOYAKINYA BUATAN GILGAMESH???????? ASTAGA ITU BENERAN BUATAN GIL????????? GIMANA YA NASIB RUMAH ORANG YANG BERNAMA EMIYA ITU?? APAKAH RUMAHNYA MASIH SEHAT ATAU UDA ANCUR JADI DEBU?



"Kok tatapanmu begitu sih?" tanya si pirang, merungut.

"Kaget aja gitu, katamu ga bisa masak eh tapi malah pinter buat takoyakinya. Lain kali coba deh bermain rasa, pasti nanti bakalan enak takoyakinya."



Aku memberikan senyuman untuknya kemudian berjalan ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Setelah ini mungkin aku akan bermain hp sebentar lalu tidur. Besok aku harus bangun pagi karena aku ada janji dengan teman-temanku untuk mabar game 5vs5. Push rank lah sambil live streaming.

Setelah selesai, aku keluar dan memikirkan apa hero yang akan ku gunakan besok dan strategi apa yang harus ku gunakan.

"Mage bagus kali ya, tapi agar cepet assassin atau marksman juga bagus. Kalau mage harus yang damagenya kuat sama bisa solo. Kalau marksman enak sih, ada yang ngetank-in gua. Besok liat aja deh komposisinya."


"Hei, jangan melamun terus! Ayo tidur!"

"Iya iya!"



Seperti kemarin, aku berbaring di samping Gilgamesh. Kalau semisal Enkidu tiba-tiba pulang terus kami kepergok aku dan Enkidu pasti bakalan berantam besar-besaran. Cih!!!


Aku tersadar dari lamunanku ketika menyadari kalau Gilgamesh menindihku.


"Gil? Apa yang kau lakukan?"


Tidak menjawab pertanyaanku, Gilgamesh menggenggam kedua tanganku dengan erat lalu mengikatnya. Benar, mengikatnya di atas kepalaku. Aku berusaha untuk melepaskan diri tentu saja.

"Gil, aku ga mau main-main!"

"Aku juga tidak sedang bermain."

Gilgamesh mengambil sesuatu dari rak. Benda itu terlihat seperti pil lalu dia menaruhnya di bibirnya.

Si pirang kurang ajar ini mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu memaksaku untuk menelan pil ini dari bibirnya. Dia mendorong pil ini dengan lidahnya --artinya lidahnya sekarang berada di mulutku.


"Heempp!!!!"




Terus berusaha untuk melepaskan diri namun tak berhasil. Kaki memang tidak diikat namun cengkraman Gilgamesh sangat erat.


"Kau akan sedikit lebih 'tenang' dengan bantuan obat ini," sahut Gilgamesh.

Benar aja, lama kelamaan tubuhku menjadi memanas. Perasaanku menjadi tidak enak, b-bagaimana ini? Tubuhku panas!

Melihat reaksi tubuhku yang seperti ini, Gilgamesh menyeringai kemudian menempelkan bibirnya ke bibirku. Dia memasukan kembali lidahnya ke mulutku dan lidah kami beradu, sesekali dia akan menggigit bibirku lembut.

"Hentikan! Aku adik iparmu Gilgamesh!" pekikku ketika Gilgamesh melepaskan ciumannya.

"Enkidu bukanlah saudara kandungku."

Gilgamesh membuka pakaianku dan menciumi serta menjilati tubuhku. Leher, dada maupun perut tak lepas dari ciumannya. Dia menggenggam payudaraku dan meremasnya serta memainkan putingku sedangkan di bagian satunya, Gilgamesh menghisap dan mengigit payudaraku.


Engga mau! Lepasin! Bagaimana jika Enkidu melihat ini? Aku ga mau Enkidu kecewa! Aku ga mau!!!! Aku cuman mau Enkidu yang menyentuhku!!

Sudah beberapa kali aku meminta Gilgamesh untuk berhenti namun dia tak memperdulikannya dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

Kini tangannya berada di bagian kemaluanku, mengusapnya pelan sebelum Gilgamesh memasukkan salah satu jemarinya ke dalamku.


"Tadi lu bilang ga mau, tapi kenapa yang disini sudah basah? Badan lu ternyata bisa lebih jujur dari lu ya," sahut Gilgamesh.


Terdengar suara yang vulgar keluar dari bawah sana. Aku menahan suaraku agar tidak keluar dan Gilgamesh, sesekali dia akan mengeluarkan suara yang manis.

"Di dalammu sangat panas, (Y/n)."

"D-diam ...---!"

"Hei, masukan ini ke dalam mulutmu."



Gilgamesh melepaskan celananya lalu mendekatkan 'benda' miliknya ke wajahku.



GA MUNGKIN!!!!!!! AKU GA LIAT!!!!!!


"Hei jangan malah buang muka begitu dong!"

Gilgamesh memaksaku untuk melihatnya lalu dia memasukan 'benda'nya ke mulutku dengan paksa.

"Gunakan mulutmu dengan benar, (Y/n)."



Gilgamesh menggerakkan tubuhnya. Jantungku berdetak dengan sangat kencang, ini kali pertama aku melakukan hal semacam ini. Gilgamesh kembali mengeluarkan suaranya yang manis.

Air mataku keluar, aku juga merasa takut. Aku ingin melawannya tapi tubuhku tidak berdaya.

Tak lama, aku merasakan ada sesuatu yang hangat di mulutku. Sedetik kemudian aku baru menyadarinya. Wajah Gilgamesh merah tapi dia tidak memberikan ekspresi apa-apa kecuali tersenyum.

Aku memuntahkan cairan yang ada di mulutku dan terbatuk-batuk. Menangis, itulah yang bisa ku lakukan sekarang.


Gilgamesh menyentuh tubuh bawahku lalu tanpa aba-aba dia memasukkan 'benda'nya ke dalam tubuhku. Aku berteriak juga berusaha melepaskan diri.

Aku merasa jijik kepada diriku sendiri. Kemudian aku mengingat kalau dulu 'aku' pernah membayar orang untuk mempek*rsa Enkidu, apakah ini balasannya sekarang? Tapi, mengapa aku?

Gilgamesh terus menerus mengeluarkan suaranya sambil mempercepat gerakannya. Sesekali dia akan mencium bibiku atau menggigit daun telingaku.

Tubuh kami bergerak dengan kencang sehingga aku dapat mendengar suara decitan ranjang. Wajah Gilgamesh sangat merah, seperti tomat masak sedangkan aku, aku tak tahu lagi wajahku bentuknya seperti apa sekarang.

"Aku ah-- tidak bisa menahannya lagi ... (Y/n) ..."

"T-tidak! Menjauh dariku!! Lepaskan aku!!!"



Sesuatu yang panas tiba-tiba seperti mengalir di tubuhku. Tidak, aku tidak mau! Tidak mau!! Tidak!!! ENKIDU TOLONG AKU!!!!!!

End of Reader's POV

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro