Chapter 32

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Gilgamesh's POV



*Sebelum Chapter 31*



Hari-hari seperti biasa, hari yang penuh dengan kebosanan. Seperti kemarin, aku diharuskan untuk menghadiri festival tahunan dan kebetulan tahun ini Keluarga Uruk menjadi penanggung jawabnya.


"Gilgamesh."

"Eh mama, kenapa?"

"Ikut mama, ada yang mau mama omongin sama kamu."





Aku mengikuti mama ke tempat yang agak sepi dan aman yaitu ruang kerjaku. Sekarang kami sedang berada di gedung kantor perusahaanku dan nanti siang setelah makan siang aku dan Enkidu baru berangkat ke gedung festival.


Seorang wanita bersurai coklat yang disanggul memberikan hormat kepadaku dan mama, dia adalah asistenku Siduri. Dia adalah wanita yang baik, kadang dia menjadi teman curhatku.

Aku mempersilahkan mama untuk masuk ke ruanganku dan duduk di sofa merah. Aku ingat waktu itu aku membelinya dari toko pembuat sofa yang berkualitas tinggi yang tak salah ada di Inggris. Ah sudahlah, bodo amat.

"Ada apa ma?"

"Coba deh tunjukkin tanda keperawananmu sama mama," wanita bersurai emas dan bermata ruby itu menatapku tajam. Walau umurnya tidak muda lagi, dia tetap cantik.

Terkejut dengan perkataan mama, aku memalingkan wajah, tak berani melihatnya.

Setiap laki-laki di dunia ini ketika lahir akan diberikan sebuah tanpa keperawanan di tubuh mereka --tepatnya di bagian bahu atau lengan. Akan ada tanda lingkaran bewarna merah disana. Untuk diriku, aku memiliki tanda itu di lenganku.

"Untuk apa?"

"Untuk apa? Ya untuk meriksa dong! Kamu tuh ya, bener-bener deh anak ga tahu diri! Kamu pikir mama ga tau kamu melakukan apa aja selama ini dibelakang mama?"

"Maksud mama?"

"Kamu ada main kan sama Shamhat? Kamu juga pernah tidur dengan wanita-wanita lain! Untung mama punya Enkidu, walau bukan anak kandung tapi dia lebih berbudi daripada kamu! Nyesel mama ngelahirin kamu!"


Entah mengapa hatiku merasa sangat panas. Salah siapa coba, dari dulu kalian tidak memperdulikan aku. Kalian sibuk dengan urusan kalian masing-masing. Aku membutuhkan seseorang yang menyayangiku, apakah itu sangat susah ku dapatkan?

"Jadi maksud mama gimana? Gil memang uda ga perawan lagi sejak dulu," dengan nada tak bersalah dan tak peduli, aku menjawab mama.

"Masih sombong kamu walau uda tahu salah! Anak ga tau diri! Kamu juga bersepakat dengan Shamhat untuk ngancurin hubungan (Y/n) dan Enkidu kan? Gil, kamu maunya apa sih? Kamu mau buat mama malu? Mau buat keluarga kita malu hah?!"


Darimana mama tahu semua ini? Apa (Y/n) yang memberitahukannya? Mungkin saja mengingat dia tidak terlalu menyukaiku. Tapi mungkin saja mama memata-mataiku. Bawahan mama kan sangat banyak apalagi mama juga bisa menyuapi siapa saja.


"Jadi sekarang Gil harus gimana? Mama mau apa? Kan Gil ga bisa balik jadi perawan lagi ma!"

Mama terdiam sesaat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak lama sesudahnya, mama memberikan senyuman yang ... licik?

"Enkidu uda nikah sama (Y/n), kita bisa memanfaatkan hal itu. Tidurlah dengan (Y/n) dan kita paksa dia untuk menikahimu!"

Terkejut dan panik. Sanking terkejutnya aku tak bisa mengatakan sepatah katapun dan menatap mama dengan tatapan penuh kebingungan dan kaget.

"Ma! Mama gila ya? (Y/n) istrinya Enkidu ma saudara dan sahabat Gil! Masa Gil nikung sahabat sendiri sih! Ga ah! Ga mau!"

"Daripada kamu mempermalukan nama keluarga kita! Lagipula Enkidu kan bukan saudara kandungmu! Dia juga pasti akan menuruti semua permintaan dan perintah mama! Masalah Enkidu, kamu diem saja biar mama yang urus!"

"Kalau (Y/n)? Gimana kalau dia ga mau nyentuh Gil?"

"Kamu tau sendiri rumor jeleknya dia gimana. Dia suka main cowo --dulu sih tapi mungkin kamu harus memberikan obat aphrodisiac ke (Y/n) deh. Minta obatnya ke Merlin, dia pasti ada. Urusan (Y/n) kamu pikirkan saja sendiri pokonnya nama keluarga kita ga boleh jelek di mata masyarakat! Bisa hancur bisnis kita gara-gara hal itu! Kamu kalau ga mau mama dan papa cepet mati buruan --eh tidak, pokoknya malam ini kalian harus tidur dan besok pagi mama akan datang ke rumah (Y/n) bersama dengan ibu kandungnya dan kita akan segera menikahkan kalian! Ini adalah sebuah perintah mutlak dari mama jadi tidak ada penolakan!"






Gila. Mama gua gila. Uda bener-bener gila! Mama rela ngorbanin Enkidu hanya untuk nama keluarga?

Setelah mengatakan hal itu, mama pergi dari ruangan ini. Katanya dia ada urusan yang harus diselesaikan. Mau tak mau, karena ini juga perintah mama, aku harus menurutinya.

Aku meminta obat aphrodisiac dan obat tidur kepada Merlin kemudian aku pergi ke cafe Emiya. Ah, hubungan kami tidak baik dan sebenarnya aku malas meminta bantuannya tapi ya sudahlah.

Sesampainya di cafe milik Emiya, aku langsung (tidak) disambut oleh sang pemilik yaitu seorang pria bersurai putih dengan warna kulit agak gelap, Emiya.

"Ada apa? Mau menghancurkan restoranku?"

"Bukan, aku ingin kau mengajariku memasak takoyaki. Nanti ku bayar!"


Penolakan demi penolakan ku terima darinya karena dia tidak ingin bangkrut saat ini. Tapi setelah ku rayu dengan uang (woiya dong) akhirnya diapun menyutujuinya.

Aku mempraktekkan cara memasak takoyaki di tempat ini lalu nantinya aku akan memasak takoyaki untuk (Y/n) di rumahku sendiri. Aku mencatat bahan-bahannya dan cara-cara memasaknya.

Setelah selesai belajar dan mencicipi masakan buatanku yang ku nilai cukup enak walau terlalu asin, aku memberikan sebuah cek untuk Emiya lalu pergi ke supermarket untuk membeli alat dan bahan-bahan untuk membuat takoyaki.

Kemudian setelah sampai di rumah, aku muli membuat takoyaki. Aku mengurangi bumbu-bumbu yang tadi ku pakai agar tidak keasinan seperti tadi dan juga tak lupa obat-obatan yang kuambil dari Merlin tadi.

Aku memcampurkan obat-obatannya ke dalam adonan ini lalu memasaknya. Pas sekali waktunya karena hari sudah menjelang malam. Aku membungkus takoyaki buatanku lalu langsung meluncur ke rumah (Y/n).

Aku tak nafsu makan, tadi siang aku hanya makan steak dan kopi di restoran langgananku dan setelahnya aku tak nafsu makan lagi.

Apakah ... Enkidu akan membenciku? Apakah (Y/n) akan semakin membenciku?


Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di benakku. Ah, aku juga membawa pakaian ganti dan peralatan mandi agar nanti aku bisa mandi di rumah (Y/n).

Sesampainya disana, aku langsung memberiman takoyaki tadi kepada (Y/n) dan meninggalkannya dengan penuh kebingungan di dapur. Ku putuskan untuk membersihkan diriku terlebih dahulu agar aku bisa cepat-cepat tidur dengan (Y/n).

Aku membuka semua pakaianku, membuka shower dan bermandikan air hangat. Aku memikirkan apa yang harus ku lakukan nanti dengan (Y/n), entah mengapa memikirkannya saja membuat pipiku memanas.

Aku melihat dua botol berisikan sabun di rak sabun. Penasaran, aku mencoba mencium aroma sabun yang ada di kedua botol itu.

"Ah, ini sabun yang digunakan oleh (Y/n)!"

Aku menganbil sabun itu sedikit lalu menggosokannya di tanganku. Benar, ini adalah aroma (Y/n). Kadang ketika berada dekat dengannya, aku dapat mencium aroma sabun ini.

Pipiku memanas, seandainya jika kemarin aku yang dijodohkan dengan (Y/n), apakah dia akan mencintaiku juga seperti dia mencintai Enkidu?

Atau dia akan jijik denganku karena mengetahui kalau tubuhku tidak lagi murni? Apakah dia akan membenciku dan meninggalkanku?

Menepis semua pikiran itu, aku menggeleng kepalaku lalu mencuci busa sabun di tanganku dan melanjutkan aktivitas mandiku. Tak lama akupun selesai membersihkan tubuhku dan keluar dari kamar mandi ini hanya menggunakan sebuah handuk kecil yang melingkari tubuh bagian bawahku.

Ketika aku berada di kamar, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan (Y/n) melihatku tanpa memakai busana. Malu? Tentu saja! Tapi, apakah aku pantas? Tubuhku kan sudah tidak murni lagi. Seharusnya, jika dilihat oleh perempuan itu sudah menjadi hal yang biasa untukku.

Setelah semuanya selesai dan setelah aku membolehkannya untuk masuk ke kamar, aku mulai melakukan perintah yang diperintahkan oleh mama. (Y/n) menangis, aku tahu dia pasti merasa jijik.

Aku ingin menangis mengingat kalau nantinya (Y/n) dan Enkidu pasti akan sangat membenciku. Maafkan aku tapi ... aku terpaksa melakukan hal ini.


Maafkan aku, Enkidu.




End of Gilgamesh's POV
.
.
.
.
Author's Note

Aye, kembali lagi dgn ane

Perdana pakai POV si Gil di ff ini :3 wkwkwk walau OOC bnget sih tp in Gil yg ku bayangkan di dunia ini, Gil yg agak feminim 😂

Smoga suka deh 😂👌 jan lupa utk memberikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini. Terima kasih~!






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro