Chapter 33

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Reader's POV


Aku memandang mama dan ibu dengan tatapan kosong. Ada Enkidu di sampingku sedangkan Gilgamesh duduk di samping mamanya.

Sedaritadi ibu terus menerus memarahiku, berkata kalau aku bukanlah darah dagingnya dan dia menyesal telah melahirkanku juga tentang aku adalah perempuan terburuk di dunia.

Enkidu tidak mengatakan sepatah katapun semenjak daritadi begitu juga dengan Gilgamesh. Mama tidak memarahiku, dia hanya memintaku untuk bertanggung jawab --yaitu menikahi Gilgamesh.

-----

Aku tak bisa tidur sedaritadi. Aku terus menangis hingga mataku terasa sangat perih. Gilgamesh yang berbaring di sampingku tidak mengatakan apapun.

Apa yang sudah ku lakukan? Aku tidak ingin melakukan hal keji seperti ini! Ini yang pertama kalinya untukku dan aku harus melakukan itu dengan orang yang tidak ku sukai bahkan dengan orang yang hampir ku benci.

"Jangan menangis terus, nanti matamu bisa buta," pinta Gilgamesh.

"Diam! Ini semua *hiks* gara-gara lu tau!"

"Iya iya gua salah."


Hatiku dipenuhi oleh amarah, kekesalan, penyesalan, rasa jijik, dan kesedihan. Padahal aku dan Enkidu baru saja bisa sedekat ini tapi semua malah hancur hanya dalam satu malam. Semuanya gara-gara Gilgamesh!

Duk! Duk! Duk! Duk! Duk!

Aku mendengar suara langkah kaki. Terkejut, aku segera membangkitkan diri --begitu juga dengan Gilgamesh, dan terkejut bukan main ketika pintu terbuka lalu Enkidu berdiri mematung disana.

Hatiku sakit dan takut. Sakit karena aku telah mengkhianati Enkidu dan takut karena aku tidak ingin Enkidu membenciku atau meninggalkanku.

Tak lama, mama dan ibu muncul menyusul Enkidu. Ibu menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu dengan penuh amarah ibu menghampiriku kemudian menamparku.

Air mataku berhenti mengalir karena aku sudah tak tahu apa yang ku rasakan sekarang. Semuanya campur aduk. Kupingku berdengung, aku tak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh ibu.

Mama menghampiri Gilgamesh dan merapikan pakaiannya. Enkidu jatuh terduduk di lantai, dia tidak mengatakan apapun dan hanya menunduk melihat lantai.

Berakhir sudah. Hubunganku dengan Enkidu pasti akan berakhir.

----

"HEI APA KAU DENGAR PERKATAAN IBUMU, ANAK KURANG AJAR?! SUSAH-SUSAH IBU DAN AYAH MEMBESARKANMU TAPI KAU-- DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!"


Beneran, aku tidak begitu mendengarkan perkataan ibu. Kedua kupingku berdengung sedaritadi dan kepalaku juga sangat pusing karena tadi aku menangis terlalu banyak.

"Besan, sudah sudah! Jangan emosi lagi, yang penting sekarang (Y/n)nya mau tanggung jawab sudah cukup bagiku dan Gilgamesh," ucap mama.

"Ninsuna, maafkan anakku yang kurang ajar dan tidak berakhlak ini!"

"Tidak masalah! Lagipula (Y/n) masih kecil, dia masih harus banyak belajar."


Aku tak berani melihat Enkidu. Entah mengapa aku bisa merasakan aura yang tidak enak yang berasal darinya. Aku bahkan tidak mengerti mengapa mereka bertiga bisa sampai berada disini.

Apakah ini semua adalah rencana Gilgamesh dan Shamhat? Apakah mereka benar-benar ingin menghancurkan hubunganku dan Enkidu?


"Ayo, tinggalkan mereka sendiri. Mungkin mereka ingin berbicara sebentar. Lagipula, Enkidu adalah suami pertama (Y/n). Untuk menikahi Gilgamesh, Enkidu harus memberi izin kepada (Y/n). Ayo, berikan mereka waktu," mama mengajak ibu untuk keluar dari ruang keluarga ini.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, entah mengapa tubuhku merinding. Tatapanku tetap kosong tentu saja tapi suhu tubuhku mendingin.

"Enkidu," panggil Gilgamesh.

"Cukup, jangan bicara. Kalian sudah melakukan hal itu dan (Y/n) juga harus bertanggung jawab. Kalian menikahlah," ucap Enkidu dengan nada yang pelan dan datar namun menusuk.

Sisi Enkidu yang seperti inilah yang membuatku sangat takut. Sama seperti waktu itu, waktu dimana kami pertama kali bertemu, dia juga seperti ini walau tak sedingin hari ini.

"Enkidu ... Maaf ...," sambung Gilgamesh, "tapi itu bukan salahku!"

Mendengar hal itu, hatiku mendadak menjadi sangat sangat panas. Aku beranjak dari tempatku lalu menampar Gilgamesh dengan keras. Tak hanya itu, aku mengcengkram kerah baju Gilgamesh dan menonjoknya berkali-kali hingga dia berdarah.

Enkidu menarik tanganku, berusaha menghentikanku. Gilgamesh hanya diam disana dan tak melakukan apa-apa.


"BUKAN SALAHMU? KAU BILANG INI BUKAN SALAHMU?! KALAU BUKAN SALAHMU JADI SALAH SIAPA? SALAHKU? HEI COWO BRENGSEK, SEJAK AWAL SIAPA YANG MENGUNDANGMU KE RUMAH INI? SEJAK AWAL SIAPA YANG INGIN MENGHANCURKAN HUBUNGANKU DENGAN ENKIDU?! JIKA INI BUKAN SALAHMU TERUS KENAPA KEMARIN KAU MENGIKAT TANGANKU DAN MELAKUKAN HAL TIDAK SENONOH ITU KEPADAKU?!" tangisanku kembali pecah.

"Hentikan (Y/n)! Kamu sudah memperk*sa Gilgamesh dan kamu harus tanggung jawab! Jangan pukuli Gilgamesh! Kamu seharusnya sadari kesalahanmu sendiri!"

Aku menghempaskan Gilgamesh ke sofa tadi dan menghempaskan tangan Enkidu yang menyentuhku. Aku menjauh dari mereka berdua. Hidup di dunia ini benar-benar membuatku sangat sial! Aku terduduk di lantai dan memeluk diriku sendiri.

Mendengar teriakan dan tangisanku, mama dan ibu kembali menghampiri kami. Mereka terkejut tentu saja dan ibu segera menghampiriku lalu kembali memarahiku.

Tak tahan dengan omelan ibu, aku berlari ke kamar dan mengambil hpku lalu menunjukkan chat histori ke ibu. Sejak awal, Gilgameshlah yang sengaja mendekatiku. Tak hanya chat histori, aku juga menunjukkan video dan rekaman kejadian waktu itu.

Mereka terdiam. Aku tidak bisa menahan tangisku dan kembali ke kamar. Aku terduduk di lantai lalu bersandar di samping ranjang sambil memeluk bantalku.

Suara pintu kamar terbuka, Enkidu menghampiriku disusul dengan ibu dan mama. Aku tak ingin melihat mereka, hatiku benar-benar terasa sangat sakit. Rasa marah dan sedih bercampir dan aku tak bisa melakukan apa-apa kecuali menangis.

Ah, menangis adalah caraku menunjukkan amarah. Jika aku tidak bisa meluapkan amarahku, aku akan menangis untuk menenangkan diriku. Aku tak tahu apakah manusia yang lainnya seperti ini atau tidak.

Enkidu dan ibu menghampiriku lalu duduk di lantai mengikutiku.

"(Y/n) ..., jangan menangis lagi," ucap Enkidu lembut lalu menyentuh kepalaku.

"Jangan sentuh aku!"

Aku menepis tangan Enkidu. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa muak dengan mereka semua. Bukannya menanyaiku terlebih dahulu malah langsung mengatakan bahwa akulah yang meperk*sa Gilgamesh.

"Menikah denganmu adalah hal terburuk untukku! Terlahir di dunia ini dan tinggal di dunia ini adalah hal terburuk untukku! Aku tak ingin melihat kalian lagi!"

"(Y-Y/n) ....?"

"(Y/n)! Kenapa kamu mengatakan hal yang seperti itu!"

"Tadi ibu juga mengatakan kalau ibu menyesal melahirkanku! Enkidu juga bukannya bertanya kepadaku dulu tapi malah langsung menilaiku? Kalian pikir aku itu cewe murahan yang bakalan main cowo sembarangan?! Kalian lebih percaya cowo pirang brengsek itu daripada aku?! Apakah kalian waras?! Disini aku korbannya tapi kenapa kalian malah menyalahkanku? Ah benar, di dunia ini cowo lebih lemah kan makanya jika cowo terluka kalian akan langsung menyalahkan cewenya?"

"Bukan ... bukan seperti itu, (Y/n) .... Maafkan aku ....," Enkidu menundukkan kepalanya.

Aku muak dengan mereka. Aku muak berada di dunia ini. Aku ingin pulang, aku benar-benar ingin pulang!

End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's Note

Yey drama :3

Btw coverny ku ganti loh, komisku ama mbak2 jago gambar. Dia buka komis dn worth banget loh. Klau trtarik ksih tau aku ya! Dia baik bat pokokny dan dia bsa gmbar apa aja trmsuk yg aneh2. Btw ini promosi tanpa berbayar ya 😂😂 ksih tau mnrut klian gmn gmbarny, klau mau fullny bsa diliat di akunku 👌 ku jadiin sampul soalny.

Jan lupa utk memberikan vote, komen, dan memfollow akun ini~ arigatou~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro