Chapter 40

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
H/c: Hair colour
E/c: Eye colour

Reader's POV

"Wush, sudah malam banget! Untung Gilgamesh minjemin mobilnya untuk kita," sahutku kepada Enkidu.

"Benar juga. Nanti aku akan mengucapkan terima kasih kepada Gil," jawab Enkidu.

Ada supir yang menjemput kami memakai mobil Gilgamesh. Hari ini kami pulang larut malam karena membereskan peralatan cafe. Yang lainnya sudah pulang daritadi dan sebenarnya supir ini juga sudah menunggu kami lama sekali.

"Terima kasih banyak bu sudah menunggu kami sampai larut malam," ucapku.

"Tidak masalah non, sudah tugas saya!"

Kami tak berbicara lagi setelahnya. Aku sudah sangat capek dan mengantuk. Enkidu memintaku untuk bersandar di bahunya, ku putuskan untuk tidur sebentar.

Aku merasakan kehangatan Enkidu dari pelukannya dan genggaman tangannya. Untunglah, aku memiliki Enkidu sebagai suamiku.

Mataku terasa berat, sangat berat dan akhirnya aku tertidur.

- - -

"Hm ...?"

Aku membuka mataku dan melihat Enkidu juga terlelap. Aku melihat jam tanganku, jam menunjukkan pukul 1 pagi lewat 10 menit, tak terasa aku hanya terlelap selama 5 menit tapi rasa kantukku sudah agak hilang.

Aku merasakan jantungku berdetak dengan kencang ketika aku melihat Enkidu. Enkidu juga terlihat sangat capek. Belakangan ini dia membantuku dan bekerja hingga larut malam. Aku ... ingin Enkidu bersantai saja di rumah tapi dia bukanlah tipe orang yang bisa berdiam diri di rumah.

Walaupun di hari libur, dia pasti akan membongkar rumah dan membereskan rumah. Rumah yang sudah bersih semakin bersih bahkan ketika berjalan akan terdengar suara gesekan lantainya (#Thor ambil inspirasi dari emak thor sma bibi thor :"") lantainy kilat sangat njer).

"Bu?" panggilku ke supir yang mengendarai mobil ini. "Bu?" panggilku lagi.

Apakah ... jangan-jangan supir ini mengantuk?

Ada kilatan cahaya berada tepat di depan kami. Sebuah truk besar berada di depan kami dan sepertinya supirnya juga mengantuk dan tak sadar dengan keberadaan kami. Dengan panik dan cepat aku beranjak dari tempatku dan membangunkan supir yang ternyata ketiduran.

Sang supir terkejut dan menghentikan mobilnya. Tidak, ini adalah pilihan yang buruk.

"BU! SEGERA MENJAUH DARI SINI!"

Aku mencoba untuk membuka pintu mobil dan segera menarik Enkidu keluar dari mobil tidak bisa dibuka atau lebih tepatnya -- sudah tak sempat untuk di buka.

Yang ku lihat sebelum kegelapan menyelimutiku adalah ... aku melihat Enkidu memelukku, berusaha melindungiku dari sebuah truk yang melindas kami.

"(Y/n) sayang, aku akan selalu berada di sampingmu dan akan melindungimu karena aku mencintaimu! Walaupun nyawaku adalah taruhannya, aku rela memberikannya hanya untukmu!"

End of Reader's POV
.
.
.
.
Gilgamesh's POV

Hancur. Darah. Suara keramaian dari orang yang melihat juga suara khas dari ambulance dan polisi.

Sebuah kecelakaan terjadi akibat kelalaian supir truk yang melindas sebuah mobil mewah hingga hancur menewaskan supir dari mobil mewah tersebut sedangkan dua orang lainnya dalam keadaan kritis. (Y/n) dan Enkidu.

Seharusnya ... seharusnya aku sendiri yang menjemput mereka! Seharusnya jika aku tadi yang datang, mereka tidak akan mengalami hal ini! Semuanya ... salahku! Salahku!!

Aku sekarang sedang menuju rumah sakit. Ambulance yang membawa tubuh (Y/n) dan Enkidu berada tepat di depanku. Keadaan Enkidu parah, dia ditemukan sedang memeluk dan melindungi (Y/n).

Aku mendapatkan telepon dari kepolisian. Panik, ku langsung mengendarai mobilku dan datang ke tempat kejadian. Aku melihat darah bercucuran dimana-mana.

Tubuh yang supir bonyok. Mobilku juga hancur tapi aku tak mempedulikan masalah itu. Yang pemting sekarang bagiku adalah (Y/n) dan Enkidu selamat! Aku ingin mereka selamat!

Baru saja aku memperbaiki hubunganku dengan mereka. Setelah aku ke Inggris dan menenangkan diriku, mencoba untuk memperbaiki sikapku agar aku bisa akrab dengan (Y/n), Enkidu dan yang lainnya, kenapa kejadian ini malah terjadi?! Mengapa!?

Aku tidak ingin kesepian lagi! Aku ingin mendapatkan teman, keluarga dan kehangatan keluarga yang sesungguhnya! Aku tidak ingin sendirian lag!

"AARRGGHHHHH!!!!!!!" teriakku frustasi.


Aku ingin memperbaiki hubunganku dengan (Y/n), berharap suatu saat nanti dia akan menerimaku sebagai suaminya. Walau kadang aku bersikap sebagai kakaknya, asalkan dia ingin memandangku, hal itu bukanlah masalah besar bagiku.

Aku ingin bisa kembali akrab dengan Enkidu. Enkidu adalah sahabatku dan satu-satunya saudaraku. Dia sudah menemaniku sejak aku kecil. Aku tak rela jika harus kehilangan mereka berdua! Aku tak rela!

Akhirnya kami sampai di rumah sakit, dengan cepat mereka dibawa ke ruang ICU. Aku dengan cepat menelpon mama dan juga ibu. Aku meminta mereka untuk datang ke rumah sakit ini.

Mereka membawaku ke tempat resepsionis. Aku menulis data-data Enkidu dan (Y/n).

"Terserah kalian ingin melakukan apa! Berapapun biayanya akan ku bayar yang penting kalian selamatkan keluargaku! Tolong selamatkan saudara dan istriku!" ucapku kepada suster dan dokter.


Tubuhku gemetar. Aku takut, benar-benar takut. Aku mohon, siapapun tolong selamatkan mereka!

- - -

Tak lama, mama, papa, ibu, dan ayah datang. Ayah menangis dan tubuhnya juga gemetar. Aku langsung memeluk papa dan menangis di pelukannya.

Tak ada yang bertanya, tak ada yang berbicara, hanya menangis. Kami menunggu dokter dengan perasaan was-was dan takut. Takut kalau mereka tidak akan selamat.

Jika Tuhan memang benar ada, siapapun itu, tolong selamatkan mereka!

Setelah menunggu beberapa jam, bahkan sampai pagi, dokter akhirnya keluar. Kami dengan cepat menghadap dokter. Wajah lesu dokter terlihat, aku mencengkram tanganku erat.  Ada tiga dokter yang menangani mereka.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kedua pasien ... tidak dapat diselamatkan ...," ucap salah seorang dokter lesu.

"TIDAK! Anakku itu kuat! Anak-anak kami itu kuat! Tidak mungkin!" ucap ayah.

"Ada serpihan kaca yang menancap di kepala nona (Y/n) sedangkan ... kepala tuan Enkidu terlindas---"

"Cukup. Jangan dijelaskan. Bisakah kami melihat ... anak-anak kami?" ucap ibu, wajahnya sangat pucat.


Dokter mempersilahkan kami untuk melihat tubuh (Y/n) dan Enkidu. Ketika kami memasuki ruangan tersebut yang ditemani oleh dokter-dokter itu dan beberapa suster, kami terkejut. (Y/n) dan Enkidu, mereka bergandengan tangan.

"Kami sudah berusaha memisahkan tangan mereka tapi tidak bisa. Sebenarnya tuan Enkidu tak lama setelah memasuki ruang ICU, keadaannya semakin melemah. Darah terus keluar dari kepala tuan Enkidu dan pada akhirnya dia tak bernapas lagi. Tak lama setelah kepergian tuan Enkidu, nona (Y/n) juga tidak bernapas lagi," jelas sang dokter.

"Sebenarnya jika dibandingkan, keadaan nona (Y/n) masih bisa diselamatkan walau kepalanya tertancap pecahan kaca. Namun, dia memilih untuk menyerah dan menyusul suaminya. Ini ... adalah kejadian yang ... langka juga menyedihkan," jelas dokter yang satunya.

Ada beberapa suster yang meneteskan air mata. Mama dan ibu juga tak tahan mendengar cerita itu, mereka juga meneteskan air mata. Ayah menangis dengan hebatnya, sedangkan papa menenangkan ayah.

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Aku mendekati mereka dan melihat ada sebuah senyuman di wajah Enkidu dan (Y/n). Air mataku kembali keluar. Ada perasaan sedih dan sakit yang ku rasakan.

Mereka saling mencintai dan cinta mereka adalah sebuah cinta yang tulus.

- - -


Dua hari kemudian, kami melaksanakan upacara pemakaman. Kakak ipar perempuanku, Kanzaki Risa juga menghadiri pemakaman ini. Teman-teman yang lainnya juga datang dan mereka tak bisa menahan tangis mereka.

Berita tentang (Y/n) dan Enkidu tersebar hingga ke manca negara. Mereka menjadi trending nomer 1 di dunia. Tak ada yang bisa memisahkan mereka bahkan maut sekalipun.

Aku tidak akan melupakan senyuman dan tawa Enkidu. Aku tidak akan pernah melupakan omelan (Y/n) dan wajah kesal (Y/n). Aku akan menjalani kehidupanku dengan baik, mulai dari sekarang. Ini adalah janjiku!

- - - -

~ 3 tahun kemudian ~


Aku berjalan menuju Nyancafe, cafe yang dibuka oleh (Y/n) dan Enkidu. Sudah 3 tahun berlalu dan aku beserta teman-teman yang lain yang mengurus cafe ini. Ketika aku masuk ke cafe ini, ingatan tentang Enkidu dan (Y/n) muncul di benakku. Aku segera menepis pikiran itu dan melihat sebuah pemandangan yang menurutku lucu.

Ada seorang pekerja baru, dia adalah seorang perempuan. Dia menarik, dia memili surai bergelombang berwarna coklat tua, dia juga memiliki manik mata berwarna senada dengan rambutnya.

Namanya adalah Hakuno, Kishinami Hakuno. Dia melihat sebuah kue yang sepertinya tak habis dimakan oleh pelanggan dengan tatapan ingin melahap kue itu. Menyadari keberadaanku, dia segera memberikan hormat.

"Tuan Gil, ini ada sisa kue ... boleh aku memakannya? Sayang kalau dibuang," tanya Hakuno.

"Jangan makan makanan sisa pelanggan. Aku akan memberikan kue untukmu nanti setelah pulang kerja. Buang saja kue itu," aku mengusap pelan kepala perempuan itu.

"Baik! Terima kasih!"


Sikapnya ini mengingatkanku dengan (Y/n) dan Enkidu. Dia adalah seorang wanita, tapi dia sangat lemah lembut. Aku ... tertarik dengan perempuan ini.


Apakah dia yang akan menemaniku untuk ke depannya?


End of Gilgamesh's POV





~ Tamat ~












Author's Note

Hai, akhirnya tamat :""""")

Ga tahan thor yawla nulisnya :"""") nangis thor yawla :"""") yawla dahal tulisanny ga bagus tp wktu nulisny thor ga kuat yawla :""""""")


Akan ada epilog jadi ditunggu aja :3 jam lupa utk memberikan vote, komen, dan memfollow akun ini jika berkenan! Arigatou~!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro