Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gelap.

Sesak.

Dingin.

Tak berujung.

Aku seperti jatuh ke tempat tak berujung. Aku tak mau membuka mataku karena aku takut. Tempat ini sangat gelap juga sangat dingin.

Tubuhku kaku, tak bisa digerakkan. Mati rasa semua. Tak peduli seberapa banyak aku mencoba untuk berteriak suaraku tak bisa keluar.

Apakah ini adalah akhir dari kehidupanku?


Terus terjatuh di tempat yang tak ada ujungnya. Aku memeluk diriku erat, berusaha menenangkan diriku sendiri.


Aku memberanikan diri untuk membuka mataku, untuk yang pertama kalinya aku dapat melihat sebuah cahaya. Kecil memang namun cahaya itu sangat terang. Perlahan, aku mendekati cahaya itu.

Ada sebuah lubang kecil disana dan aku berusaha mengintip keluar. Ada sesosok wanita berdiri disana. Aku tak begitu bisa melihat wajahnya dengan jelas namun aku tahu dia adalah seorang wanita.

Dan aku mengenal wanita tersebut.



"Mama?"




Keadaan sekitar berubah menjadi terang dan sekarang aku dapat melihat dengan jelas wajah dari wanita tersebut. Dia adalah ibuku, orang yang melahirkanku. Mamaku, yang selalu ku rindukan ketika berada di dunia itu.

Sekarang, saat ini, dia sedang berada di hadapanku.

Air mata keluar dari matanya dan dia menggenggam tanganku dengan sangat erat.

"(Y/n)! (Y/n) kamu sudah sadar? Syukurlah! Syukurlah kamu sudah sadar (Y/n) syukurlah!! Dokter! Suster! Siapapun! Tolong periksa anakku! Anakku sudah sadar! Dia sudah sadar!!!"


Mama terus berteriak meminta pertolongan dokter. Aku bahkan tak tahu aku sedang berada dimana dan apa yang terjadi.

Namun, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sangat sakit. Aku berteriak dan menangis kesakitan.


"(Y/n)? (Y/n) kamu kenapa?! Dokter tolong!!"




Ingatan-ingatan tentang pria bersurai hijau kembali ke ingatanku. Ada rasa perih yang muncul di hatiku, rasa perih dan sakit yang melebihi rasa sakit di kepalaku.

"Maaa!!! Mamaa!!!!" panggilku.

"(Y/n)! (Y/n) mama disini! Mama disini!"

"Sakit maa!! Sakit!!!" aku menggenggam dadaku dan menarik pakaian yang ku gunakan dengan erat.

Rasanya sangat sakit. Enkidu, aku tak akan bisa bertemu lagi dengan Enkidu. Baru saja aku memulai semuanya, baru saja aku dapat membahagiakan Enkidu namun semua itu harus berakhir. Semua itu sudah selesai!

Aku terus menangis, tak tahan dengan rasa sakit di hatiku.



- - - -

Seminggu telah berlalu semenjak aku koma di rumah sakit. Tiga bulan yang lalu, aku tertabrak oleh mobil ketika berjalan pulang dari sekolah ke rumah.

Rupanya, hal itulah yang menyebabkan kenapa aku bisa berpindah ke dunia pararel. Sebuah dunia dimana perempuan lebih dihormati daripada laki-laki, sebuah dunia dimana aku dapat bertemu dengan cinta pertamaku, Enkidu.

Terdapat perbedaan sangat besar antara duniaku dan dunia itu. Aku sudah tinggal disana selama tiga tahun bahkan hampir empat tahun sedangkan selama aku berada di dunia itu, aku koma selama tiga bulan di duniaku yang asli.

Aku sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit namun dengan syarat aku tak boleh terlalu capek. Aku juga sudah mulai melanjutkan sekolah walau terlambat dua bulan tapi aku bisa mengejar ketertinggalanku. Untung saja waktu itu sedang ujian semester dan hari itu adalah hari terakhir ujian. Tuhan sungguh berbaik hati kepadaku.

Aku sekarang sedang berjalan ke perpustakaan desa. Walaupun desa namun desaku tak kecil-kecil amat tau! Desaku ini termasuk sebuah desa yang lumayan besar.

Di depanku, ada sebuah gedung yang besar. Seperti sebuah mansion di film-film barat. Di depan gerbang, ada sebuah papan bertuliskan 'perpustakaan desa'.

Aku ingin meminjam sebuah buku disini karena ya tadi, ingin mengejar ketertinggalanku. Aku memberanikan diri untuk melewati gerbang dan memasuki perpustakaan ini.

Pintunya terbuka dan ... ketika aku masuk, suasana disini sangat sepi. Sangat sepi dan sunyi. Jika boleh jujur, aku sedikit takut.


"Ada aroma kopi," batinku. Berarti ada orang dong.

Di samping pintu masuk, ada sebuah meja panjang dan laptop yang terbuka juga ada beberapa kertas-kertas dan buku. Sepertinya ini adalah tempat kerja orang yang menjaga perpustakaan ini? Mungkin penjaga ini yang tadi membuat kopi??


Aku berjalan masuk dan berjalan ke arah lemari yang dipenuhi oleh buku-buku pelajaran. Tempat ini sangat luas, sungguh. Aku harap aku tidak akan tersesat nantinya.


"Oh, ada pengunjung? Selamat datang!"



Suara familiar yang tenang dan lembut, sebuah suara yang selama ini ku rindukan.

Refleks, aku membalikkan tubuhku dan melihat seseorang bersurai panjang berwarna hijau, memakai yukata dan ada jaket tradisional Jepang yang menyelimuti bahunya. Dia memegang sebuah mug.

Senyumannya lembut dan hangat, maniknya berwarnw hijau --senada dengan rambutnya. Enkidu, dia sedang berdiri di hadapanku sekarang. Dia benar-benar Enkidu!

"Nona? Ada apa? Apakah ada yang bisa saya bantu?" ucapnya sambil berjalan mendekatiku.

Dengan gugup, aku menjawabnya, "um, aku ingin meminjam buku sejarah! Sejarah Mesir!"

"Sejarah Mesir? Kalau begitu, mari saya antarkan."


Aku mengekori pria ini. Tidak, aku tidak tahu apakah dia benar-benar seorang pria atau tidak tapi, dia mirip Enkidu! Suaranya, senyumannya, cara berjalan, semua!

Apakah ini artinya, aku memiliki kesempatan untuk bersatu kembali dengan Enkidu?!


Tidak akan ku sia-siakan kesempatan ini! Aku akan membuat Enkidu di dunia ini jatuh cinta kepadaku!

Selamanya, aku akan berada disisimu dan aku tidak akan meninggalkanmu lagi, Enkidu!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro