Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki

Reader's POV

"Aku pulang ...," sapaku dengan takut-takut.

Aku mengganti sepatuku dengan sandal rumah lalu berjalan masuk. Hari sudah malam, lebih tepatnya jam sembilan malam karena tadi aku dan Romani mampir ke ZoomTime untuk bermain game hingga larut malam.

Kami tak akan berhenti sampai ayah dari Romani, David, menelponnya untuk menanyakan paket yang dikirimnya sudah sampai atau belum.

Ketika Romani mengecek hpnya, rupanya Enkidu sudah menelpon lebih dari 20 kali dan dia menerima banyak sekali pesan dari Enkidu --begitu juga denganku.

Tapi, Enkidu tidak mengirimkan pesan sebanyak Romani. Dia hanya mengirimkan satu pesan yang bertuliskan 'kamu dimana?' dan panggilan terlewatkan sebanyak 4 kali.

Hm .... tipe-tipe Tsundere kah mungkin? Tapi emang kalau seperti itu termasuk Tsundere ya?

Jadi mau tak mau kami memutuskan untuk pulang. Lagipula besok aku harus ke sekolah untuk melanjutkan pendidikanku. Padahal.. aku ingin bermain lagi! Tapi kalau aku besok ke sekolah, artinya aku bisa bertemu dengannya dong!

Aku merasa aman ketika memikirkannya. Tapi, apakah Mashu adalah orang yang baik? Aku jadi sedikit gugup deh.

Aku membuka pintu kamar dan terlihat Enkidu sedang memeriksa buku yang lumayan banyak. Dia sepertinya tidak menyadari keberadaanku atau ... dia tak mengacuhkanku. Dia pasti marah!

"Aku pulang. Maaf terlambat Enkidu," aku menghampiri Enkidu lalu membungkuk untuk meminta maaf.

"Oh, masih tahu pulang? Ku kira sudah tidak tahu pulang karena kelupaan dengan rumahmu."

Tuh kan dia marah! Dia tidak mengalihkan pandangannya dari buku yang diperiksanya. Sama seperti malam sebelumnya, wajahnya tak menampilkan ekspresi apapun.

"Maaf ya Enkidu? Aku dan Romani tadi keasikan bermain game Efujio Arcade di ZoomTime. Tenang, semua gachanya Romani kok yang bayar! Aku hanya numpang main di akun Romani! Katanya dia hanya ingin melepas stres karena idol yang disukainya akan segera menikah! Maaf ya Enkidu, jangan marah ya?"

"Aku tak ada hak untuk marah kepadamu. Apa yang ingin kamu lakukan itu adalah hakmu. Aku memang suamimu tapi aku tak akan melarangmu untuk melakukan hal yang kamu suka. Kamu bebas melakukan apapun, kamu tak perlu menjelaskan apapun kepadaku."

Tuh kan dia marah! Dia cemburu ya karena aku berduaan sama Romani? Tapi kami hanya main game aja kok, beneran! Tapi percuma saja jika ku jelaskan. Jika dunia ini adalah kebalikan dari duniaku, maka di dunia ini laki-laki lebih cerewet daripada perempuan dong?

Emak-emak versi cowo anjir! Belum punya anak sih karena mungkin Enkidu mengidap lolicon akut karena menikahi seorang gadis SMA jadi ga boleh naena dulu sampai hamil sama istrinya. Tapi aura emak-emak versi cowonya kerasa anjir! Ntar uda jadi bapak matilah aku!

"Um, sudah semalam ini pasti Enkidu sudah makan kan? Tadi Romani membelikan aku ramen di kedai ramen di pinggiran jalan, enak loh ramennya! Sesekali kesana yuk?"

"....."

Enkidu tidak meresponku, tetap mengerjakan pekerjaannya. Hubungan suami istri ini benar-benar buruk. Bukan suamiku sih tapi nyesek banget dah kalau setiap hari dicuekin dan dijutekin terus sama dia!

"Aku mandi dulu ya? Nanti kalau sudah selesai kerjaannya langsung istirahat aja Enkidu agar besok bisa lebih semangat!"

Aku meninggalkan Enkidu yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku ingin membersihkan tubuhku yang sudah lengket dan bau ini dengan air panas. Ku putuskan untuk mencuci rambut lalu berendam sebentar. Sudah malam sih memang tapi enak tauk berendam di air panas!

Setelah selesai mandi dan berendam (tentu juga sudah mengenakan pakaian), ketika aku kembali ke kamar, Enkidu sepertinya sudah selesai mengerjakan pekerjaannya. Dia sekarang sedang membereskan tasnya.

Enkidu juga membereskan seragam sekolah yang sepertinya akan ku kenakan besok. Ah iya, susun roster! Besok kan aku ke sekolah, jadi aku harus susun roster!

Karena aku tidak tahu menahu dengan pelajaran besok, ku putuskan untuk menanyakannya kepada Enkidu. Tapi, tak ku sangka Enkidu sudah membereskannya untukku. Katanya, untuk ke depannya aku harus menyusunnya sendiri, hari ini adalah sebuah pengecualian.

Tubuhku sudah benar-benar capek karena bermain game bersama Romani tadi jadi ku putuskan untuk beristirahat. Enkidu juga sudah berbaring di ranjang dan bersiap untuk tidur.

Aku mematikan lampu, berbaring di ranjang empuk ini, menyelimuti diri dan langsung tertidur.

----

"Hum ...? Enkidu?"

Aku meraba sampingku dan tak menemukan Enkidu disana. Keadaan sekitar gelap dan aku memang tidak bisa melihat terlalu jelas tapi ketika aku meraba sisi ranjangku disana kosong.

Aku yakin hari masih gelap karena tidak ada sinar mentari di jendela. Ku putuskan untuk membuka lampu dan mencari keberadaan Enkidu.

Dengan pelan aku menuruni anak tangga satu per satu. Di dapur, aku melihat sosok yang ku cari sedang duduk di meja makan. Enkidu sedang duduk disana dan terlihat seperti mengejakan sesuatu.

Setelah ku lihat dengan teliti, ternyata Enkidu sedang makan. Terlihat banyak kotak makanan berisi lauk yang masih banyak di meja makan.

Enkidu memasak semua ini? Tapi, tidak mungkin kan Enkidu memasak semuanya dengan secepat kilat? Tunggu, jangan-jangan dia tadi memasak berbagai lauk ini untukku tapi aku malah sudah makan dengan Romani? Dan jangan-jangan dia belum makan karena kemarin sewaktu aku makan dia hanya minta disisakan sedikit untuknya?

Goblog! Kok tadi gua ga liat dapur dulu sih?! Kalau gini kan aku bisa makan dulu ini lauknya baru ke atas agar Enkidu kaga sedih! Pantas saja waktu aku mengajaknya makan ramen dia tidak menjawabku! Duh kesannya gua jadi kaya antagonis nih!

Perasaan bersalah muncul di hatiku tapi karena tak tahu apa yang harus ku lakukan, aku hanya diam-diam kembali ke kamar dan tidur kembali. Aku mungkin harus membuat sesuatu untuk meminta maaf kepadanya?

---

Enkidu memberitahukan kepadaku sekolah mana yang harus ku tuju. Dia memberikan alamatnya kepadaku. Katanya dia tidak mengantarku ke sekolah karena dia harus berangkat kerja lebih cepat daripadaku. Katanya nanti akan ada bus sekolah yang menjemputku. Tapi, ada hal aneh yang diingatkan oleh Enkidu kepadaku.

'Jika kamu melihatku atau bertemu denganku di sekolah atau apapun, berpura-puralah untuk tidak mengenalku. Jangan tanya alasannya, ini demi kebaikanmu,' katanya.

Demi kebaikanku? Mungkin dia ingin menjaga reputasiku sebagai murid SMA? Aku mengerti kalau soal ini.

Aku menaiki bus sekolah yang datang menjemputku. Di dalamnya, sudah ada beberapa murid lainnya. Mereka melihatku dengan tatapan yang ... aneh. Mungkin karena mereka tahu kalau aku mendadak 'lupa ingatan'?

"(Y/n)!!! Sini!!!! Ayo sini!!!"

Seorang gadis cantik berambut pirang yang dikepang melambaikan tangannya kepadaku. Aku melihat kebelakang, tidak ada orang. Lalu aku menunjuk diriku sendiri untuk memastikan. Gadis itu mengangguk dan tersenyum dengan gembira.

Aku mendatanginya lalu ketika sampai di tempatnya duduk, dia berdiri dan langsung memelukku. Pelukannya hangat dan dia seperti kakak perempuanku. Tapi yang membuatku risih adalah 'boing' di dadanya.

"(Y/n) aku sudah dengar kalau kamu mendadak lupa ingatan dari Mashu! Astaga, aku ga nyangka loh sahabatku bisa tiba-tiba lupa ingatan!" ucapnya khawatir.

"I-iya ... ahahahahaha."

"Ah, kalau begitu, aku perkenalkan diri lagi ya? Namaku Jeanne D'Arc, panggil saja Jeanne! Tapi kamu biasanya manggil aku Janu sih karena katamu namaku kepanjangan, hehehe! Nah nanti di sekolah kita ada teman lagi, namanya Mashu sama Cu Chulain!"

Mashu? Dia berteman denganku? Baguslah!!!!!

Sesampainya di sekolah, Jeanne mengantarkanku ke ruang kelas. Disana sudah ada banyak murid yang lain --teman sekelasku. Mereka semua melihat ke arahku. Kemudian, seorang gadis berambut pink berkacamata mendatangiku disusul oleh seorang pria berambut biru panjang yang diikat satu.

"(Y/n)! Akhirnya lu datang juga! Kami khawatir banget tauk sama lu karena Mashu bilang lu tuh lupa ingatan!" kata si cowo.

"Benar, kata Dokter Roman kamu mengalami lupa ingatan karena stress. Kami sangat khawatir," sambung si cewe.

Yang berkacamata ini mungkin adalah Mashu, terus yang cowo mungkin adalah Cu.

Sesuai dengan dugaanku, Jeanne memperkenalkan mereka kepadaku. Yang cowo ini Cu dan yang cewe Mashu. Untunglah, rupanya Mashu adalah seorang yang ramah dan baik!

Bel sekolah berbunyi, sudah waktunya untuk memulai pelajaran. Aku duduk di diantara Jeanne dan Cu. Lalu Mashu duduk di depanku. Sungguh sebuah tempat duduk yang nyaman.

Kami duduk di barisan paling belakang. Jeanne duduk di bangku samping jendela luar. Hum, enaknya!

Pintu kelas terbuka dan ketua kelas meminta semua murid kelas untuk berdiri. Sebenarnya aku penasaran dengan sang guru, apakah dia perempuan atau laki-laki? Apakah dia cantik atau ganteng?

"Beri hormat!"

"Selamat pagi pak!"

"Selamat pagi, silahkan duduk!"

Eh tunggu, kok sepertinya kenal sih sama suara ini? Kok pernah denger suaranya? Setelah duduk, aku baru bisa melihat dengan jelas wajah sang guru.

Wajah cantik, surai hijau yang diikat satu, manik mata berwarna biru kehijauan, dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah suamiku, Enkidu.

ENKIDU ADALAH GURUKU????????????

Aku membelakakkan mataku. Tatapanku dan tatapan Enkidu bertemu tapi dengan cepat dia memutus kontak mata kami.

"Baiklah, buka buku halaman 72! Hari ini kita akan membuat sebuah percakapan dalam Bahasa Inggris!"

Ini bukan mimpi kan? ENKIDU BENAR-BENAR GURUKU???????? TIDAK MUNGKIN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

End Of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note

Yosh double update sblum tidur. Smoga critanya ga membosankan walau temanya drama 😂😂😂

Jngan lupa utk memberikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini! Trima kasih~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro