Coping 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Retelling sebuah dongeng legenda, ditulis tanpa melakukan riset terlebih dahulu.

*

Kala itu, di Negri Medang Kamulan, hiduplah seorang sakti mandraguna bernama Ajisaka. Ia hidup berdama dua orang abdinya yang bernama Dora dan Sembada. Kedua abdinya itu, terkenal sebagai dua orang abdi yang sangat setia.

Suatu ketika, Ajisaka berniat untuk berkelana menuju tempat di mana Prabu Dewata Cengkar berdiam. Perjalanan itu dilakoni Ajisaka dengan seorang abdi saja. Sementara satu abdinya yang lain ia beri amanah untuk menjaga pusakanya. Ajisaka berpesan, bahwa tidak ada orang yang boleh mengambil pusaka itu, kecuali dirinya seorang.

Perjalanan Ajisaka pun dimulai. Dari situ pula lah, petaka juga akan dimulai. Di tengah perjalanan, Ajisaka meminta abdi yang menemaninya untuk mengambil pusaka yang ia tinggal di kediamannya. Sang abdi pun menuruti perintah Ajisaka. Berangkatlah sang abdi itu untuk mengambil kembali pusaka milik Ajisaka.

Malang, Ajisaka lupa akan pesan yang tempo hari dibuatnya sendiri.

Ketika dua abdi Ajisaka itu bertemu, keduanya teguh pada pendirian masing-masing; menjaga pusaka dan mengambil pusaka. Kedua abdi Ajisaka yang terkenal sakti dan setia itu pun pada akhirnya saling beradu kekuatan. Kedua abdi yang sama-sama sakti tersebut pun akhirnya gugur mempertahankan amanah Ajisaka yang mereka terima.

Ajisaka yang tak kunjung menerima kabar dari abdinya pun kembali ke kediamannya. Betapa pilu hatinya mengetahui bahwa kedua abdi kepercayaannya telah tiada. Pada akhirnya, sebagai bentuk penghormatan, Ajisaka pun membuat sebuah aksara untuk mengenang mereka;

ha na ca ra ka

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

ma ga ba ta nga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro