Batin_Empat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari kedua menjadi penganti baru dilewati Yuda dan Tiwi di rumah saja, tepatnya lebih banyak berdua di dalam kamar. Mereka masih menikmati masa cuti. Lusa baru masuk kerja.

"Sayang, bulan madu, yuk."

Yuda mendekati Tiwi yang sedang mencatat salam tempel yang masuk ke gentong uang saat resepsi. Ia mengusap wajahnya di rambut lurus sebahu istrinya. Aroma sampo yang harum membuatnya kembali berg*airah.

"Ke mana?" tanya Tiwi dengan mata masih fokus pada buku dan bolpoin.

"Ke Jogja gimana?" Yuda memberikan pilihan kota.

"Bosen, ah. Ke Lombok gitu, kek," cetus Tiwi tidak tertarik.

"Waduh, cuti kita tinggal dua hari lagi, Dik," kata Yuda yang bekerja sebagai manager toko di salah satu retail ternama. Ia diberi izin cuti menikah hanya empat hari saja. Tiwi lebih banyak, satu minggu.

"Ya, nggak harus sekarang, kan, Mas."

"Namanya bulan madu itu habis nikah langsung berangkat, Dik. Entar kalau ditunda adanya malah apa itu istilahnya, bayimun?"

"Hah? Bayimun?" Tiwi mengerutkan kening. Ia asing dengan istilah satu itu. "Istilah apa itu, Mas?"

Yuda menggaruk kepala. Ia kebingungan juga dengan kata yang baru disebutkannya tadi.

"Yang kayak Noni pas belum lahiran kemarin, tuh. Dia ke Bandung sama suaminya itu."

Tiwi mencoba mengingat perjalanan sahabat yang kini jadi saudaranya tersebut. Ia lalu menepuk kening.

"Babymoon, Sayang. Mana ada bayimun," ujar Tiwi seraya terbahak.

"Ah! Bener itu, Babymoon. Entar kamu keburu hamil nggak jadi bulan madu. Jogja aja ya, Dik."

Tiwi menatap wajah suaminya.

"Babymoon lebih seru. Bisa sambil maternity photoshoot."

Pikiran Tiwi sudah berkelana ke Pulau Lombok. Ia akan memakai dress panjang tanpa lengan dengan perut yang membuncit. Rambutnya terurai ditiup oleh angin pantai. Sungguh, hal tersebut terlihat sexy di matanya.

"Babymoon aja, ya," pinta Tiwi sekali lagi.

Yuda menggelengkan kepala dengan ekspresi manja. Ia tidak bisa terus-terusan berada di dalam kamar. Dirinya pun memiliki rasa sungkan terhadap keluarga mertuanya jika sering berada di dalam kamar. Yuda masih ingin terus berduaan bersama Tiwi. Bulan madu adalah salah satu cara agar tidak ada yang mengganggu aktivitasnya bersama sang istri.

"Berangkat besok, pulang lusa. Gimana?"

"Ke Jogja cuma semalam mana seru, Mas. Rugi diongkos itu namanya."

"Ya udahlah ke Batu aja."

Yuda mendapatkan ide bagus. Di tetangga kota itu, terdapat banyak hotel dan tempat wisata yang menarik.

"Nggak kurang jauh?" ejek Tiwi.

"Aduh, Sayang. Jogja nggak mau, Batu juga nggak mau." Yuda mulai cemberut.

Tiwi tersenyum gemas melihat ekspresi sang suami. Ia lalu memutar tubuh menghadap laki-laki dengan rambut terpangkas rapi tersebut. Perempuan itu lalu memeluk suaminya yang tengah merajuk.

"Iya, iya. Boleh, deh, ke Batu aja."

Yuda membeliak senang. Ia lalu menghujani sang istri dengan kecupan.

"Berangkat kapan?" tanya Yuda dengan mata berbinar.

"Emmm, nanti sore gimana? Biar nginepnya dua malam. Rugi ke Batu cuma semalam, Mas."

"Ide bagus!" Yuda menjentikkan jemarinya. "Sayang istriku banyak-banyak."

Tiwi menanggapi mimik gemas Yuda dengan mencubit kedua pipi laki-laki di hadapannya itu. "Gemesin banget suami aku."

"Sakit ...." Yuda memajukan bibir bawah. Laki-laki berusia 31 tahun itu berlagak seperti anak kecil yang ingin menangis.

"Adududu tayang," ucap Tiwi seraya merengkuh kepala Yuda ke dalam dekapannya. Namun, tidak lama kemudian, ia dibuat tersentak oleh aksi tiba-tiba suaminya. "Mas! Kaget, nih."

Yuda mengangkat tubuh Tiwi, lalu membawanya ke ranjang. "Pemanasan sebelum di hotel, Dik."

"Hah! Tadi habis subuh udah, Mas." Tiwi mengerjap tidak percaya. Ia mulai panik.

"Sekarang udah siang." Yuda sudah tidak sabar lagi.

"Kamu salah makan, ya, Mas?" tanya Tiwi curiga.

"Aku habis makan gule kambing dikasih Ibu tadi," jawab Yuda dengan napas yang memburu. Ia sebenarnya tidak tahu itu mitos atau fakta jika makanan tersebut kabarnya bisa meningkatkan stamina dan vitalitas pria.

Tiwi semakin dibuat keheranan. Bisa-bisanya sang suami meminta jatah sesering itu. Sebatas pengetahuannya membaca di internet, sehari sekali itu sudah termasuk sering. Normalnya berhubungan itu malah seminggu empat atau tiga kali. Lha, ini, sehari malah dua kali. Ampun!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro