0.1 - Diriku yang Bodoh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wanita selalu gampang tersakiti karena mereka selalu meninggikan ekspektasi. Ah, atau karena mereka selalu mengutamakan hati? Terlebih jika sudah muncul cinta di hati. Mereka sengaja memadamkan logika dan mengutamakan hati untuk terus memberi dengan harap akan kembali diberi.

Bajingan-bajingan di luaran sana tentu akan tertawa kesenangan. Mereka punya banyak celah untuk memangsa, memanfaatkan, lalu setelah itu meninggalkan para perempuan-perempuan lemah tanpa perasaan. 

Tersindir?
Tidak, aku tidak menyindirmu.
Aku hanya sedang bermonolog dengan diriku yang teramat bodoh ini.

Baru beberapa masa lalu hatiku dipatahkan begitu saja. Harapanku yang telah mati-matian kupertahankan pun begitu saja dihancurkan.

Bajingan! Mengapa diri ini terlalu bodoh untuk menaruh kepercayaan? Mengapa diri ini terlalu polos untuk memercayai bajingan sepertinya yang lihai bersandiwara sehingga aku berujung dipermainkan? Mengapa aku begitu mudah menyerahkan hati padanya yang mengucapkan setia pada banyak wanita?

Aku patah, payah, pasrah.
Hatiku hancur berkeping, kepalaku pun ikut pening, dan diriku memilih geming.

Dalam masa-masa senyap yang penuh siksa itu, sebuah tekad lemah perlahan-lahan tercipta. Bahwa aku tak akan lagi jatuh cinta, bahwa aku tak percaya lagi dengan cinta, bahwa cinta adalah dusta paling nikmat yang membawa seribu duka lara.

Namun, kusadari seseorang berjalan mendekat. Dia datang dengan tenang dan menawarkanku ketenangan. Dia diam, tetapi hadirnya mampu meredam kobaran kebencian yang kupikir tak bisa padam. Dia teramat putih untukku yang tengah terjebak dalam titik hitam.

Dia ...
Siapa dia?
Mengapa Dia mengirimkannya?
Padahal telah terucap dalam doaku, bahwa, Tuhan, tolong jangan kembali buka pintu hatiku jika yang datang itu bukan jodohku ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro