9 Februari 2022

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Heiii." Nissa meluncur ke kursi kosong di samping Yolanda. 

"Hai." Senyum Yolanda hangat mengembang, dengan matahari sore yang menyinarinya gadis itu hampir kelihatan seperti seorang malaikat.

"Buku baru lagi?" tanya Nissa, mengintip dari pundak Yolanda, yang menggeleng lalu menutup bukunya, menaruhnya di pangkuan.

"Reread,"  katanya.

Nissa mengaitkan tangan mereka di bawah meja. "Yang lain sedang di kantin."

"Hmm." Yolanda menyandarkan kepalanya di kepala Nissa yang masih berada di pundaknya. Mereka diam di sana untuk sesaat, keheningan di antara mereka terasa nyaman.

***

"Yolanda, bangun." Gadis itu lagi-lagi terjebak dalam mimpi-mimpinya, dia bahkan hampir tak bisa dibangunkan oleh Juan lagi. Matanya kosong, tidak mengenali teman-temannya. Tidak mengenali Nissa.

Beberapa hari selanjutnya, mereka berpura-pura tidak ada apa pun yang salah terjadi. Nissa membiarkan dirinya larut dalam rasa takutnya setiap malam (bagaimana jika Yolanda jatuh lagi, kali ini sendirian? Bagaimana jika dia ada di sana untuk menangkap dan menyelamatkannya?) tapi dia memaksa dirinya tersenyum dan tertawa mendampingi Yolanda setiap harinya.

"Yolanda, sadarlah." Gadis itu lagi-lagi tak bisa membedakan mimpi dan kenyataannya. Detik ini Yolanda melupakan Nissa, detik selanjutnya dia mengira Nissa sudah mati, dan detik selanjutnya lagi Yolanda tengah menjerit, mata melebar dalam kengerian saat Nissa berlutut di depannya, putus asa memegang pipinya.

Sekarang Nissa ikut-ikut memiliki mimpi-mimpi buruk. Dia tidak bisa kehilangan Yolanda. Dia tidak bisa membiarkan Yolanda kehilangan dirinya sendiri.

"Yolanda, tolong," Nissa memohon.

Nissa lelah. Nissa ketakutan. Bersama Yolanda, dia bahagia dan bebas. Yolanda membiarkannya tertawa lepas dan terbang tinggi, seperti yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. 

Dan bersama Yolanda juga pada hari-hari buruknya, Nissa merasakan rantai berat di kakinya, mengikatnya, mengiris masuk kulitnya. Dan Nissa tidak ingin melepaskannya. Nissa tidak bisa.

***

Yolanda sudah pergi selama beberapa tahun.

Cerita resminya, napasnya berhenti dalam tidurnya begitu saja suatu malam dan Yolanda pergi dengan tenang. Cerita-cerita itu membuat Yolanda terdengar seperti seorang wanita tua alih-alih gadis dengan senyum paling cerah yang Nissa pernah kenal.

Nissa, Juan, dan Ikaros tahu kebenarannya. Yolanda tenggelam dalam mimpinya sendiri, terlalu dalam untuknya mencapai permukaan lagi untuk selamanya.

Paling tidak itulah yang mereka pikirkan.

Karena sekarang, empat tahun setelah tidur abadi Yolanda, Nissa melihatnya.

Gadis yang dilihatnya bukanlah Yolanda pada bulan-bulan terakhirnya, yang terlalu takut untuk mendengar suaranya sendiri. Gadis yang dilihatnya adalah Yolanda sebagaimana yang Nissa ingat pada minggu-minggu terbahagia mereka bersama, mata penuh kehidupan. Gadis yang pertama kali membuatnya jatuh, dalam, dalam sekali.

Dan melihat senyum itu lagi, Nissa sekali lagi jatuh. Dia balas tersenyum.

__________

Buat songfic dari lirik lagu yang di-generate oleh website temanya diisi Love, Genre-nya bebas, Mood-nya bebas.

karakter-karakter dari Yolanda, Juan, Ikaros, dan sekarang Nissa kayaknya bakal ku-reuse terus-terusan soalnya mereka tuh interesting dan asyik buat ditulis, tapi di setiap cerita bakalan terjadi di dunia yang berbeda kayak semacam alternate universe gitu (?) pokoknya mereka sebenarnya orang yang sama semua -rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro