🍁 13 | Sunkist and You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

So tired ... a long journey wait to fulfill with a bunch of my dreams.

"Tinggal di mana?"

Revan segera meletakkan kaleng kopi bervarian latte di meja yang disediakan oleh pihak manajemen minimarket, berseberangan dengan Jovan yang terlihat cuek. "Di Garden Land, Bang." Jawabnya sesingkat mungkin.

"Anak tunggal?"

Revan mengangguk sebagai jawaban. Sebungkus kemasan potato chips yang masih terisi setengah terbengkalai di atas meja bundar yang mereka tempati. Padahal, jelas-jelas mereka tahu Revan menolak perjodohan tersebut tetapi kenapa rasanya dia menjalani serangkaian tes untuk menjadi pacar Vanilla?

"Ngambil jurusan apa di sekolah?" tanya Jovan lagi.

"IPA, Bang."

Setelah itu, hanya keheningan meliputi mereka berdua sampai jam sepuluh tepat.

"Gue udah pernah bilang bukan kalau Revan sementara tidur di rumah gue dulu?" Vanilla meletakkan ponsel tersebut menyangga pada headboard kasur sedangkan dirinya telungkup dengan sebuah boneka beruang besar menjadi gulingnya.

"Udah, keknya. Kenapa emangnya? Lo bukan disuruh langsung nikah besok, kan?"

Vanilla yang sedang membenamkan wajahnya di bulu halus beruang putih itu mendongak dan melihat layar ponsel yang dibagi tiga dengan tatapan marah, "Sinting lo. Mama ngga mungkin kali langsung nikahin gue ke anak orang yang baru gue kenal semalam."

"Kali aja." Balas Alessandra yang tengah duduk di meja belajar, kepalanya masih setia menunduk dengan tangan yang tidak bisa diam memeluk pulpen menari di atas kertas. Sekali melihat, Vanilla tahu, anak itu sedang mengebut meringkas Sejarah yang akan dikumpul besok jam pelajaran pertama.

Sedangkan kembarannya seperti home tour di rumah seluas lapangan golf. Vanilla bukannya tidak memperhatikan, dia melihat Cassandra yang keluar dari kamarnya yang kongsi dengan Alessandra, menuruni rumah dengan lift, ke arah dapur. Lalu sekarang sedang berada di halaman belakang rumahnya.

"Lo pada pernah denger kata sunkist, ngga?'" Vanilla bertanya dengan jawaban retoris.

"Emangnya kenapa dengan buah oranye yang lebih besar dari jeruk itu?" tanya Cassandra yang sepertinya duduk di gazebo bukan di teras belakang, dengan hot chocolate di tangan.

Dasar holkay.

Vanilla dulunya sering ke rumah kembar Andra untuk sekedar membuang waktu. Dan duduk di gazebo saat malam hari adalah tempat terfavorit bagi bungsu Huang itu.

"Si Revan ternyata nggak suka dengan sunkist." Vanilla berucap dengan santai. Alessandra langsung mengangkat kepalanya membuat terlihat jelas kalau anak itu berantakan hanya karena berkutat dengan satu mata pelajaran. Padahal, kalau membahas tentang boyband terakhir debut yang merupakan anak asuh di Korea Selatan sana dia paling semangat.
Anak asuhnya Mister Soo Man kalau tidak salah.

Karena sekarang saja anak itu tengah memutar lagu We Go Up dari grup yang beranggotakan tujuh orang. Mungkin karena itu Cassandra memilih mengungsi diri ke gazebo.

"We go up, uh uh uh, go up
We go up, uh uh uh, go up
We go up, uh, we go up
We go up, we go up."

Vanilla memutar matanya jengah dengan kelakukan adik kembar sahabatnya. Tapi, satu sisi dia bisa melihat binar kebahagiaan anak itu ketika menceritakan tentang personel group. Seperti kemarin, Alessandra menceritakan tentang cowo yang katanya jago nge-rap sekaligus penyanyi lagu tersebut dnegan bertubi-tubi. Lalu, katanya juga dia menyukai semangka.

Atau seperti seminggu yang lalu, anak itu menceritakan tentang leader dari grup yang beranggotakan lima orang asuhan agensi yang sama dengan penyanyi 'Butter'.

"Serius, Van. Itu yang namanya Choi Ubin ternyata ganteng-ganteng polos. Lihat, nih. Mukanya ganteng, kan? Tapi, satu sisi polos tahu. Mata kalau dia tersenyum itu matanya ikut ngilang lagi. Makin manis lihatnya. Trus, katanya dia itu suka baca buku, loh, Van. Karena dia, gue jadi ikutan baca buku tahu, gak. Kemarin gue habisin buku karangan Adam Silvera, judulnya They Both Die at the End."

"Van, Van, lo lihat dulu. Ini orang mirip Revan nggak sih? Mirip, kan ya? Tapi, yang ini lebih ganteng daripada Revan sendiri."

Serah, Vanilla pusing mengingatnya.
Tolong, jangan marahin Vanilla kalau salah namanya. Dia tidak tertarik untuk mengetahui pacar halunya Alessandra. Vanilla kembali menyeruput susu pisangnya ketika merasa tidak akan ada yang bicara. Cassandra lebih suka menatap langit dan membiarkan baterai ponselnya mengikis sia-sia.

"Lo tahu nggak sih, Van? Kalau botol susu pisang di tangan lo itu dari Negeri Ginseng?"

Vanilla berdengung, kembali melepaskan sedotan. Tanpa menekan kemasan, karena dia tahu akan muncrat dan berakhir minumannya mengotori lantai kamar, dia melihat ke label kemasan. Lalu mengangguk menyetujui.

"Itu, tuh, minuman yang paling sering ada di drakor. Apalagi saat mereka nge-live, selalu ada minuman itu." celoteh Alessandra dengan semangat.

"Karena, pacar halunya juga, kulkas di rumah penuh dengan susu pisang. Bayangin, Van, belinya bukan satu, atau sepuluh. Ini belinya sekarton! Untung saja Daddy punya banyak duit atau nggak gimana bayarnya." timpal Cassandra yang mengundang tawa Vanilla dan gerutuan protes dari Alessandra. Memang Kembar Andra ini memiliki perbedaan.

Cassandra lebih berpikir dewasa dan tidak menghamburkan duit secara berlebihan. Berbeda dengan Alessandra yang semuanya diborong, membeli sekarton susu pisang impor bukanlah satu-satunya hal mengejutkan dilakukan oleh anak gadis itu.

Vanilla pernah mendengar anak itu rela tidak mendapatkan uang jajan selama tiga bulan asalkan dia bisa pergi ke Negeri Ginseng bertemu dengan pacar halunya saat mengadakan event fansign. Itu menyebabkan Cassandra mengomel dan menyindir selama seminggu karena begitu banyak album yang dibeli oleh kembarannya di rumah.

Tetapi, kepala keluarga Olivia yang sekaligus menjadi single parent itu memang memanjakan kedua permata kecilnya. Sehingga, uang jajan Alessandra tetap jalan sekaligus dia pergi menemui pacar halunya. Bahkan, orang tua tunggal itu memastikan anaknya tidur di hotel dengan fasilitas yang bagus selama seminggu.

Vanilla meneguk ludahnya kasar, memangnya apa yang tidak bisa dilakukan oleh pewaris Via Airlines.

"Gue serius Vanie. Lo belum lihat isi kulkas sekarang, ya? Satu rak penuh dengan susu pisang. Mana masih ada yang disimpan di food storage room lagi."

Vanilla kembali ketawa mengakak, membayangkan isi kulkas empat pintu itu sungguh penuh dengan susu pisang kepunyaan Alessandra. Teman baiknya satu ini sungguh memiliki tingkah ajaib. Walaupun terkadang dia kurang suka dengan sisi fangirl temannya satu itu, tapi dia perlu mengakui kalau Alessandra adalah sahabatnya yang paling dia rindukan.

To Be Continue

Kenalan dulu, yuk

16. Jovan Danish Huang
Anak pertama sekaligus tertua keluarga Huang yang diam-diam sebenarnya dia sayang sama dua adiknya apalagi adik perempuannya, Vanilla. Bisa dibilang dia itu diam-diam melindungi adiknya.

Visualisasi : Jeong Yunho ATEEZ


Hello, aku balik lagi. Keknya besok aku bakalan double up, untuk mengejar ketinggalan.

Stay healthy

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro