• prolog •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🏐🏐🏐

"Nice receive!"

Dari bangku kayu yang kini tengah di dudukinya, kedua mata Nasha berbinar kagum melihat pertandingan yang ada di depan mata. Dadanya berdebar kencang kala bola yang terus menjadi pusat perhatiannya kini melesat cepat dan jatuh dengan keras di atas lantai lapangan karena pukulan milik seorang laki-laki dengan rambut panjang yang terikat.

Gerakan yang indah. Itulah yang tertanam di pikiran Nasha. Dia ingin melakukan gerakan semacam itu, dia ingin terbang tinggi dan bisa memukul bola sehebat itu. Tidak, untuk saat ini, dia hanya ingin memegang bola itu. Sekali saja. Pasti akan terasa hebat sekali.

"Seperti biasa, serangan yang bagus, Jo."

Nasha tidak tahu apa yang terjadi, tetapi pertandingan tiba-tiba saja berhenti ketika mereka bersorak dengan cukup keras dan berkumpul di tepi lapangan untuk mengambil minuman. Mendadak perasaan kecewa itu tidak bisa terhindarkan, dia ingin melihatnya lagi. Bagaimana mereka memukul bolanya dengan keras, menahan bola dari serangan lawan dan melompat setinggi mungkin hingga bola melambung tinggi dengan cepat. Dia ingin melihatnya lagi, dia ingin memperhatikannya lagi, dia ingin tahu bagaimana mereka bisa melakukannya.

"Soal tawaran dari sekolah itu, kamu benar-benar menolaknya?"

Nasha cemberut pada laki-laki yang kini berjongkok di depannya dengan senyuman lebar, manis dan hangat, tetapi saat ini perasaannya sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu tahu sendiri terlalu berisiko untuk aku menerima tawaran itu. Lagi pula seseorang memberiku pilihan yang salah satu pilihannya sangat sulit untuk aku tolak. Bagaimana mungkin aku memilih meninggalkan gadis secantik ini untuk terjun ke dunia yang kita tahu cukup merepotkan."

Nasha menepis tangan laki-laki itu yang mengacak rambutnya dengan gemas. Tatapannya tetap hangat dan penuh kasih sayang.

"Aku ingin melihatnya," ucap Nasha akhirnya dengan nada merajuk.

Laki-laki itu mengernyit dan tersenyum. "Melihat apa?"

Dia menunjuk salah satu bola yang ada di lapangan. "Melihat Ayah terbang dan memukul bola itu."

Untuk sesaat laki-laki itu terdiam lalu senyuman di bibirnya semakin lebar bahkan giginya sampai terlihat.

"Yakin hanya ingin melihatnya saja? Kamu tidak ingin melakukannya juga? Terbang dan memukul bola itu?"

Lagi-lagi jantung Nasha berdetak cepat. Matanya berbinar dan tanpa mau melewatkan kesempatan dia mengangguk cepat berkali-kali. Seperti mendapatkan hadiah ketika dia berulang tahun atau mendapat juara di kelas, perasaan bahagia itu membuncah ketika bola yang begitu diam idam-idamkan sudah berada dalam dekapan tangannya.

Perasaan ini.

"Bagaimana rasanya?"

Nasha tersenyum lebar. Rasanya begitu hebat, lebih hebat dari pada mendapat coklat dari teman kelasnya yang sedang berulang tahun.

Laki-laki itu menggedong Nasha dan membawanya berlari ke lapangan hingga berhenti tepat di depan sebuah jaring yang baginya terlalu tinggi. Namun, tubuh mungilnya di angkat setinggi mungkin hingga Nasha bisa melewati jaring itu. Rasanya luar biasa, perutnya dipenuhi gelitik rasa senang. Lalu, tanpa aba-aba dia melempar bola itu hingga jatuh ke atas lantai lapangan. Memang tidak sekuat pukulan sang Ayah, tetapi Nasha tetap merasa senang. Dia ingin melakukannya lagi dan lagi. Tidak hanya melempar, tetapi juga terbang sendiri dan memukul bola itu dengan kekuatannya sendiri.

"Aku ingin melakukannya lagi. Ajari aku cara memukul bolanya, " ucap gadis kecil itu menatap sang Ayah.

Laki-laki itu tersenyum. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca, "Tentu saja."

🏐🏐🏐

• main character •

────୨ৎ────

Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktu membaca cerita ini
( ๑ ˃̵ᴗ˂̵)و ♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro