Chapter 8 : The Mankind

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

2B, 3F dan 9S bersembunyi di balik batu besar, menghindari tembakan yang datang. Sosok misterius yang diyakini sebagai manusia itu terus menyerang mereka saat berada di jarak pandangnya.

“Tidak ada gunanya kalau hanya berdiam diri saja. Aku akan mencoba bicara dengannya.” 9S mengintip dari balik batu untuk memeriksa keadaan.

“9S, hati-hati,” ujar 2B cemas.

“Jangan khawatir. Pod, mode bertahan, mode dinding pelindung!” perintah 9S pada Pod 153.

9S keluar dari persembunyiannya. Seketika peluru beterbangan ke arahnya. Dia refleks menutupi tubuh dengan tangan saat ada peluru melesat ke arahnya. Perisai energi yang Pod 153 buat berhasil menangkis serangan tersebut.

“Hentikan serangan, kami mohon,” pinta 9S, “kami datang dengan damai.”

“Damai? Omong kosong! Kalian para mesin hanya ingin bumi kami. Bahkan membuat bentuk yang serupa dengan kami agar mudah menghancurkan kami!” jawab sosok itu yang disertai tembakan yang terus menerus.

“Itu tidak benar! Kami di pihak kalian. Kami adalah YoRHa, pasukan yang dibuat untuk mengambil alih bumi dari para mesin,” ujar 9S meyakinkan.

“Apa buktinya?”

“Buktinya adalah kami menyerang mesin-mesin yang ada disini, dan lagi, jika kami sesuai dengan apa yang kau katakan, kami sudah menyerangmu seperti kami meyerang para mesin, tapi nyatanya tidak kan?” desingan peluru mulai jarang terdengar, kata-kata 9S mulai memengaruhinya.

“Jadi, bisakah kau memercayai kami?” tanya 9S.

Tembakan mulai berhenti. Sosok itu berdiri tegap bersama empat sosok lainnya. Mereka semua membawa senjata laras panjang, berpakaian serba cokelat memakai rompi hitam dan kain hitam menutupi sebagian wajah mereka.

“Apa yang kau inginkan?” ujar sosok pria itu dengan suara berat.

“Apa kau percaya pada kami?” tanya 9S meyakinkan.

“Cepat katakan mau kalian sebelum aku berubah pikiran.” 9S memberi isyarat pada 2B dan 3F untuk muncul. Pria itu memicingkan mata, sementara empat lainnya mengambil posisi waspada.

9S memantapkan suaranya. “Kami adalah YoRHa, pasukan yang dibuat oleh manusia untuk mengambil alih Bumi dari jajahan para mesin. Kami ke sini ingin bekerja sama dengan kalian, memusnahkan para mesin dan membuat kedamaian bagi manusia.”

Kelima pria itu menuruni bukit. Menghadapi 9S, 2B dan 3F lebih dekat. Pria yang sedari tadi diajak bicara, yang berdiri paling tengah, memperhatikan mereka lebih dekat.

Pria itu menatap sinis. “Biarkan aku bicara dengan pimpinan kalian,” perintahnya.

3F maju sambil berbisik, “biar aku yang tangani. Aku sudah menghubungi Bunker.”

“Aku adalah 3F, yang pendek itu adalah 9S—

“Hei!,” protes 9S.

“—dan yang di sana adalah 2B.”

“Pod,” panggil 3F. Pod 315 yang sedari tadi melayang di sisi kiri 3F menampilkan transmisi yang telah tersambung.

Sesosok wanita terlihat tersenyum dari layar transmisi.

“Salam damai, wahai umat manusia. Aku Komandan Anemone, Komandan pasukan YoRHa. Sangat senang bertemu dengan kalian. Sangat bahagia mengetahui masih ada yang tersisa dari kalian.”

“Apa yang kalian inginkan?”

“Bukankah mereka sudah memberitahumu? Kami ingin bekerja sama. Bersama kita akan mengembalikan Bumi ini seperti sedia kala, tanpa mesin yang menebar teror.”

“Kau menjaminnya?”

“Tentu saja. Kami YoRHa diprogram untuk melindungi manusia,” jawab Komandan mantap. “Kami akan mengirim pasukan bantuan ke sana—”

“Tidak perlu,” potong pria itu cepat.

“Kenapa?”

“Aku belum percaya sepenuhnya pada kalian. Cukup mereka bertiga saja.”

“Tapi—”

“Sudahlah!” jawabnya ketus.

“Baiklah, aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik,” pungkas Komandan.

Layar transmisi berakhir.

“Ayo ikut aku,” ujar sang pria dingin.

Pria itu—yang ternyata adalah pimpinannya—berjalan paling depan. 2B, 9S dan 3F berjalan di tengah, dikepung oleh empat orang lainnya. Mengawasi.

Mereka berjalan melewati pohon-pohon yang tidak terlalu rimbun. Cukup lama mereka berjalan dalam keheningan, sampai akhirnya ada suara lagi.

“Hei pimpinan bisa berkenalan? Siapa namamu? Aku 9S seperti yang tadi dikenalkan.”

Sang pemimpin hanya melihat 9S dengan tatapan tidak suka.

“Ayolah pimpi—Woaw!!” 9S takjub dengan apa yang dia lihat dihadapnnya.

Sebuah gerbang tinggi besar menyambut mereka. Gerbang itu diapit oleh dua tebing yang menjulang. Gerbang itu terbuat dari kayu yang besar dan tebal. Dua pos penjaga bertengger di kedua sisi atas gerbang. Di dalamnya terdapat penjaga dan meriam.

“Buka gerbangnya!” perintah sang pimpinan.

Gerbang itu terbuka perlahan, menampilkan isi bagian dalamnya. Bangunan-bangunan dari kayu, orang-orang yang berlalu-lalang. Sebuah desa.

“Kak Aru!!!” Seorang gadis kira-kira berusia 10 tahun berlari menyambut Aru, sang pimpinan.

“Wow, wow, Bella, jangan sekarang. Kakak sedang ada tamu,” ujar Aru sambil melepas pelukan Bella.

“Siapa?”

“Mereka,” tunjuk Aru pada 2B, 9S dan 3F.

“Hai,” sapa 9S dengan  senyum sambil melambaikan tangannya. Bella membalas lambaian tangan 9S dengan malu-malu sambil bersembunyi di balik tubuh Aru.

“Kapten Aru!” panggil seseorang.

“Kepala desa,” jawab yang dipanggil.

“Bagaimana hasilnya?”

“Seperti yang bisa Anda lihat, kami baik-baik saja, dan kita kedatangan tamu.”

“Siapa mereka?”

“Mereka mengaku sebagai YoRHa—”

“YoRHa? Jadi mereka benar-benar ada?” kepala desa penasaran dengan rupa para Android dan mencoba untuk melihat mereka.

“Anda tahu mengenai mereka?”

“Hanya sedikit,” Kepala desa melirik Aru. “ tenang saja, kita bisa percaya pada mereka.”

Suara gemuruh mengganggu pertemuan mereka. Bukan seperti suara dari langit, melainkan berasal dari luar gerbang. Suara nyaring alarm peringatan terdengar bersahutan.

“Semuanya, bersiap untuk serangan!!” teriak seorang penjaga dari atas menara pengawas. “Musuh terlihat dari arah jam dua!”

“Berapa banyak?!” tanya Aru.

“Belum bisa dipastikan, tapi musuh datang secara bergerombol!”

Anak-anak mulai panik. Para orang dewasa mulai mengungsikan anak-anak mereka. Aru naik ke atas menara pengawas, memastikan jumlah musuh dengan mata kepalanya sendiri. Aru melihat melalui teropong, dilihatnya musuh yang begitu banyak.

“Haruskah kami memanggil bantuan?” tanya 9S yang tadi ikut naik.

Rahang Aru mengatup lebih keras. Tangannya menggenggam lebih kuat teropong yang dipegangnya agar tidak jatuh. Dia melihat 9S sekilas, lalu menunduk, berpikir apa yang akan dilakukannya selanjutnya. 9S yang melihat itu sebagai tanda setuju tanpa basa-basi langsung menghubungi Bunker.

“Satu pasukan berisikan 30 model B sedang dipersiapkan, 9S,” ujar Operator 21O.

“Berapa lama akan sampai?” tanya 9S.

“Perkiraan paling cepat kurang lebih satu jam.”

“Apa tidak bisa dipercepat?”

“Maaf, 9S.  Aku harap kalian bisa bertahan sampai bantuan tiba.”
Sambungan berakhir.

Satu jam adalah waktu yang cukup lama. Banyak hal yang dapat terjadi di medan tempur dalam waktu tersebut.
Aru mempersiapkan semua orang yang dapat berperang di garis depan. Semua orang memegang senjata api masing-masing. Ketegangan tergambar di wajah mereka. Para Pod membuat perisai energi sebesar yang mereka bisa. 2B, 3F dan 9S juga bersiap di garis depan.
Suara bising terdengar kembali. Laser berwarna merah datang menyambut mereka.

Serangan pertama.

Para mesin mulai terlihat mendekat. Meriam di atas menara penjaga mulai ditembakan. Para Android berlari ke depan untuk menyerang dari jarak dekat sembari menghindar tembakan yang ada.

Ledakan terdengar dari berbagai arah, terlihat 2B, 3F dan 9S menghabisi para mesin dengan pedang-pedang mereka. Serangan para Android tidak membuat para mesin itu berkurang. 2B, 3F dan 9S semakin kewalahan dengan jumlah para mesin yang tidak ada habisnya.

Para penduduk menembak dengan berbagai senjata api. Mereka terus dipukul mundur, para mesin terlalu banyak, mereka kalah jumlah. Dimana bantuan saat dibutuhkan?

“Pod, bisa kau sebutkan status pasukan bantuan?” tanya 9S.

Pod 153 berusaha menghubungi pasukan bantuan.

“Jawaban : Pasukan bantuan sedang dalam perjalanan. Perkiraan waktu sampai: 10 menit.”

9S melihat sekeliling, keadaannya sangat kacau. Prajurit yang terluka, mesin-mesin yang terus menyerang, suara ledakan dimana-mana. Setidaknya mereka harus bertahan selama 10 menit.

10 menit.

Sebuah benda hitam terbang ke arah mereka. Sebuah tembakan menghancurkan para mesin. Benda itu semakin jelas, sebuah pesawat. Pesawat itu melesat dan menerjunkan 30 orang berpakaian hitam. Pasukan YoRHa.

Akhirnya bantuan tiba.

30 Android YoRHa model B menyerang para mesin dengan brutal. Para Pod pendamping mereka tak kalah mematikan, laser merah memotong tubuh para mesin hingga berkeping-keping.

Para mesin yang menyerang sudah berkurang sangat drastis. Belum sempat mereka beristirahat, suara gemuruh dan getaran kembali muncul. Pohon-pohon dalam hutan tumbang satu per satu, mengakibatkan hewan-hewan berlarian menyelamatkan diri. Sesosok tinggi besar menjulang muncul dari balik pepohonan.

Mesin Goliath dengan ukuran 50 m datang mendekati mereka. Semua orang bersiap. Mata mesin Goliath itu berubah merah dan menembakkan laser yang juga merah sehingga menghancurkan gerbang dan sebagian desa. Teriakan dan tangisan terdengar di seluruh desa. Sebagian prajurit juga terluka.

2B, 3F, 9S dan 25 Android YoRHa yang tersisa melawan mesin Goliath itu dan mesin ukuran kecil yang tersisa. Ledakan kembali terdengar.
Mesin Goliath itu mendekat ke arah gerbang desa yang telah hancur. Para Android mulai menyerang mesin itu. Mereka menaiki tubuh mesin itu sampa dia kewalahan. Mesin itu diserang secara membabi buta sampai akhirnya—

“Duarr!!!”

Kepala mesin itu meledak dan akhirnya tumbang.
2B, 3F dan 9S bergegas kembali ke desa untuk membantu para penduduk. Rumah-rumah yang hancur, penduduk yang tertimpa reruntuhan, bau amis darah.

Mereka melihat Aru sedang duduk memeluk seseorang.

“Kapten...,” panggil 9S.

“Kalian bohong!!” teriak Aru.

“Kapten—”

“Kalian bilang akan melindungi kami! Tapi nyatanya malah begini!”

“Kami berusaha...” bela 3F.

Aru terlihat memeluk lebih erat orang itu. “Bella...,” lirihnya. Matanya berkaca-kaca. Aru terus memeluk Bella yang diam tak bernyawa.

“Kalian bisa pergi sekarang!!” teriak Aru lagi.

“Kami hanya ingin membantu,” jawab 9S dengan nada bergetar.

“Kalian sudah cukup membantu!”

Kepala desa terlihat mendekati mereka.

“Kalian sudah melakukan yang terbaik,” kata kepala desa mencoba menghibur.

“Maaf.” Ketiganya tertunduk.

“Kepala desa, kami ingin bertanya, apa ada desa yang lain?”

“Tunggu sebentar.” Kepala desa pergi meninggalkan mereka ke suatu tempat.

“Apa rencana kalian selanjutnya?” Suara seseorang membuyarkan keheningan di  antara mereka.

“Kapten 9B,” ujar 2B. Pasukan bantuan terlihat di belakang 9B. Mereka mengalami kerusakan ringan sampai berat. Semuanya lengkap, tidak ada yang tewas.

“Sepertinya, kami akan mencari desa yang lain,” jawab 3F.

Kepala desa muncul dengan membawa sesuatu.

“Ini, ambillah,” ujar kepala desa sambil menyerahkan sesuatu. 3F menerima benda terebut. Kemudian membukanya.

“Sebuah peta?” tanya 9S penuh rasa ingin tahu.

-oOo-

Author's Note

Selamat tahun baru! ?Maaf baru update hehe.
Semoga di tahun ini semua harapan dan cita-cita kita semua yang baik terkabul semua. Aamiin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro