1. Hikari.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hiruk pikuk yang terdegar dari pelanggan membuatku kesulitan mendengar panggilan untuk memesan makanan. Aku harus bolak-balik menyapa pelanggan baru dan menuliskan pesanan mereka. Belum lagi mengelap meja yang kotor.  Maklum, pekerja di rumah makan Airi hanya empat orang ditambah pemiliknya. Tempat padat dan bising membuat kami sangat kesulitan, apalagi pada saat jam makan siang. Terkadang berjalan saja terasa sulit.

"Selamat datang," sapaku pada pengunjung yang baru datang.

"Hikari, kau benar-benar sudah tumbuh dewasa."

"Selamat siang Paman Krugg. Perut Anda semakin membesar saja."

"Haha, perut Paman ini sepertinya sudah permanen."

"Paman silakan duduk di meja nomor 8. Pesanan seperti biasa?"

"Iya, tolong berikan saus yang banyak."

"Baik Paman."

Paman Krugg adalah seorang polisi di desa Furui. Desa yang aku tinggali sejak kecil. Sejak umurku 17 tahun, aku sudah bekerja di rumah makan kecil ini.

"Ini Paman, iga bakar dengan saus BBQ yang banyak."

"Terima kasih, Hikari duduklah bersama Paman."

Aku duduk di depan Paman Krugg. Kulihat wajahnya, dia tampak panik.

"Kau akan pulang malam bukan?" tanya Paman Krugg.

"Iya Paman."

"Kamu harus berhati-hati, Kage sepertinya akan datang malam ini."

"Paman tahu dari mana?" tanyaku dengan nada penasaran.

"Kage mengirimkan pesan di kantor polisi tadi malam."

"Apa isi pesannya?"

"Pesan itu tertulis, aku akan datang malam ini, lindungi orang yang kalian anggap paling berdosa jika kalian tidak ingin orang itu mati."

"Sepertinya orang itu sudah melakukan sesuatu yang sangat buruk. Apa Paman sudah memberitahukannya kepada penduduk?"

"Begitulah. Tim Paman sudah memberitahukannya tadi pagi."

Helaan napas yang penuh khawatir dari Paman Krugg terdengar begitu jelas.

"Apa Paman sudah mengetahui siapa orang yang akan dia bunuh?"

"Paman belum mengetahuinya, tapi menurut Paman itu adalah Shiori Heden."

"Pemimpin kepolisian? Apa dia jahat?"

"Shiori sering berlaku kasar pada bawahannya, jika bawahannya melakukan kesalahan ia akan langsung menendangnya."

Aku terdiam sejenak.

"Apa yang kau pikirkan Hikari?"

"Apa mungkin Shiori-dono?"

"Lalu menurutmu siapa?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Maksudku orang yang terlihat kejam di luar bukan berarti di dalam juga kejam begitu juga sebaliknya."

"Kau benar, tapi tidak ada petinggi lainnya yang kejam seperti Shiori."

"Paman bukankah dengan adanya Kage tugas kepolisian lebih mudah?"

"Maksudmu?"

"Kage membantu orang yang ditindas dengan membunuh orang yang menindas. Bukankah pihak polisi akan tertolong?"

"Tugas polisi memang seperti itu, tapi tidak dengan cara membunuh. Apalagi hanya langsung membunuh tanpa mencari tahu apakah orang itu salah atau benar."

"Paman tau darimana Kage hanya langsung membunuh tanpa mencari tahu bahwa orang yang akan dia bunuh bersalah atau tidak?"

"Karena dia iblis."

"Sepuluh tahun yang lalu desa ini menjadi sangat harmonis. Namun, setelah Kage pergi entah kemana, desa ini kembali ke kenyataan."

Desa Furui dikenal dengan desa yang kotor, penduduk di sini kebanyakan pemabuk dan sebagian besar wanita yang ada di desa ini bekerja sebagai pelacur. Berbagai jenis senjata dan alkohol juga dijual secara bebas.

"Apa kau mendukung Kage, Hikari?"

"Entahlah Paman, aku merasa dia melakukan hal itu hanya untuk menolong orang yang dicela."

"Tapi tidak dengan cara membunuh."

"Mungkin dia membunuh karena itu jalan satu-satunya untuk menentramkan desa ini."

"Tidak Hikari, desa akan tentram jika diri kita sendiri sadar. Mungkin beberapa kata motivasi akan cukup."

"Tapi paman, desa ini tidak akan berubah hanya dengan kata-kata yang indah. Tindakan yang diperlukan. Kage mengorbankan dirinya, menanggung dosa besar itu sendirian demi menolong desa ini."

"Apa kau berpihak padanya Hikari?"

"Hmmm, sepertinya."

"Mengapa?"

"Karena dia sudah menolongku."

"Menolong?"

"Hikari cuci piringnya!" teriak Nyonya Airi dari dalam dapur.

"Paman aku harus pergi."

"Kau harus menjawab pertanyaanku."

"Baik Paman, aku akan menjawabnya jika sempat."

Aku pergi ke dapur untuk mencuci piring.
Malam itu suasana sangat ramai, tidak seperti biasanya.

"Hei Nak, apa kalian punya alkohol?" teriak seorang pelanggan.

"Tidak pun-"

"Akan kuambil alkohol untukmu," potong Nyonya Airi yang langsung bergegas ke dapur untuk mengambil beberapa alkohol.

Aku pergi ke dapur untuk bertemu dengan Nyonya Airi.

"Apa kita akan menjual alkohol?" tanyaku.

"Iya."

"Mengapa? Dan dari mana Nyonya mendapatkannya?"

"Kau hanya pelayan tak usah peduli, bekerja dan turutilah apa kata majikan. Cepat bersihkan meja nomor 6!"

Ting ting

Suara bel pintu telah berbunyi, pertanda pelanggan baru datang. Segerombolan pria dengan penampilan acak-acakkan masuk ke rumah makan. Mereka membawa puluhan senjata untuk dijual ke pelanggan.

Aku merasa tidak tenang dan bertanya,
"Untuk apa kalian membawa senjata? Ini bukan tempat untuk perdagangan barang ilegal!"

Serentak semua orang yang ada menatapku.

"Hei bocah! Tutup mulutmu, atau kusuruh Airi untuk memecatmu," sahut seorang pelanggan paru baya sambil memegang sebotol alkohol.

"Kage akan datang malam ini, apa kalian tidak khawatir?"

"Memangnya kenapa dengan Kage? Kage hanya iblis."

"Senjata ini bisa digunakan untuk membunuhnya Hahaha," sahut seorang pria bertopi sambil memegang senapan sniper AWSM*.

"Apa kalian tidak takut padanya?"

"Kenapa harus takut hah?"

"HIKARI! CEPAT KE DAPUR!" teriak Nyonya Airi.

"Ada apa Nyonya?"

"Apa kau sudah gila? Jangan berkata yang aneh-aneh. Apa kau ingin membuat pelangganku kabur?"

"Tapi Nyo-"

"Jika kau bersikap seperti itu, akan kupecat!" potong Nyonya Airi.

"Maafkan aku Nyonya."

Tak ada yang bisa ku lakukan. Aku hanya remaja berusia 19 tahun yang membutuhkan pekerjaan untuk biaya hidup.

00.00

Teng teng teng

Suara lonceng terdengar begitu kencang, serontak membangunkan semua penduduk, pertanda bahwa seseorang penduduk telah mati.

"Ada penduduk yang mati."

"Kali ini siapa lagi yang dia bunuh?"

"Kenapa dia harus datang lagi?"

"Polisi tidak berguna."

Begitulah perkataan yang dilontarkan penduduk desa Furui.

Keesokan harinya.

Aku pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan.
Banyak pedagang yang membicarakan soal kejadian semalam.

"Berapa harga apel ini, Nyonya?" tanyaku kepada salah satu pedang.

"Harganya 5 Buronzu. Kau belanja cukup banyak hari ini."

"Iya Nyonya, bahan makananku sudah habis di rumah. Tolong berikan aku lima buah apel nyonya."

"Semuanya 25 Buronzu."

"Terima kasih, Nyonya," kataku kepada pembeli itu.

Aku kembali ke rumah, setelah sarapan aku pergi ke tempat kerja.

"Selamat pagi Paman Krugg." Aku berkata sambil melambaikan tangan.

"Pagi Hikari, kau mau pergi kerja?"

"Iya Paman, apa Paman baik-baik saja?"

"Tidak terlalu baik."

"Akibat kejadian semalam? Lalu siapa yang Kage bunuh?"

"Begitulah, Tuan Fujihara."

"Benarkah? Fuji-san orang yang sangat baik."

"Itulah mengapa Paman heran."

"Mungkin ada sisi yang selama ini kita tidak tahu."

"Mungkin begitu Hikari, kau belum menjawab pertanyaan Paman yang kemarin."

"Ah, seperti tidak sempat jika aku menjawabnya sekarang, aku harus pergi kerja. Sampai jumpa Paman."

"Baiklah, hati-hati di jalan."

***

Aku sampai di rumah makan Airu. Saat aku masuk, aku melihat seorang wanita berambut cokelat gelap menggunakan kacamata sambil membawa senapan sniper di sampingnya.

"Apa kau Hikari Aiko?" tanya wanita itu dengan nada dan tatapan yang sinis.

"Bagaimana Anda bisa mengetahui nama saya?"

"Duduklah, bicaranya santai saja."

"Baik."

"Namaku Kiarra Keiko aku seorang penembak runduk (sniper) dan seorang pembunuh bayaran, walaupun tak sehebat Kage. Aku membutuhkan rekan yang dapat mencari informasi dengan baik, apa kau mau menjadi rekanku?"

"Kenapa kau memilihku sebagai rekan?"

"Karena kau gadis yang polos jadi orang-orang tidak akan mencurigaimu."

"Aku menolak!"

"Kenapa? Kau akanku bayar."

"Upah yang kudapat dari kerja di rumah makan kecil ini sudah cukup!"

"Apa kau yakin menolaknya? Apa kau ingin informasi Aiko adalah teman Kage tersebar?"

* AWSM atau Arctic Warfare Super Magnum merupakan senapan sniper yang didesain untuk memiliki bobot seringan mungkin namun memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap cuaca yang ekstrem. Senapan ini bahkan dibekali dengan laras khusus berukuran 338 Lapua. Tingkat akurasi AWSM, diperkirakan akan tetap terjaga baik dalam kondisi cuaca seperti apapun dengan kisaran jarak tembak akurat mencapai lebih dari 1.1 kilometer.


T̶o̶ b̶e̶ c̶o̶n̶t̶i̶n̶u̶e̶


Vote:) gratis kok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro