❦ Oddity [5]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ media : © MV Blue Hour — TXT ]

"Jadi sejauh ini, yang sakit diantara kita siapa saja?" tanya Taehyun setelah mereka semua berkumpul di halaman sore ini.

"Yeonjun hyung, Kai dan Jake. Yang lain belum pernah diperiksa kan?" tanya Soobin memastikan.

Mereka kompak menggeleng. Sembilan orang itu kini tengah berpikiran untuk kabur dari rumah sakit, dan sampai mereka menemukan jalan keluarnya, mereka harus benar-benar mengendalikan diri mereka.

"Hei, Kai sama Sunoo dimana?" Heeseung menyadari ada dua dari mereka yang tak ada disini, padahal tadi mereka berangkat bersama.

Telunjuk Riki mengarah ke seberang jauh halaman, "Itu mereka disana, nggak tahu lagi ngapain tuh."

"Susul sana,"

Riki menurut dan berlari secepat kilat ke arah Kai dan Sunoo yang tengah berjongkok mengelilingi sesuatu sambil terkikik.

Pakaian putih mereka telah kotor bercorak lumpur dan tanah. Riki yang berniat menepuk punggung keduanya justru tergelincir dan terjatuh diatas lumpur.

"Eh, Riki mau——"

"Ih, kalian ngapain sih disini?!" Riki memotong perkataan Kai, menggerutu sambil berusaha membersihkan pakaiannya walau nyatanya percuma, "Cepat balik!"

Kai dan Sunoo sedikit tersentak, kemudian buru-buru berlari menuju teman-teman sekamar keduanya yang tengah berkumpul di sisi lain halaman. Sesampainya disana Kai dan Sunoo tampaknya telah kehabisan nafas.

"Kalian ngapain disana? Lihat, baju kalian sampai kotor begitu." Jay menunjuk sekujur tubuh Kai dan Sunoo.

Kai dan Sunoo memandang diri mereka sendiri sampai ujung kaki, benar-benar berlumuran lumpur dan tanah berumput.

"Maaf.." ucap Kai masih dengan senyumannya.

Kedua alis Jake bertaut sambil melihat Sunoo yang dari tadi tampak mengunyah sesuatu, "Sunoo ngapain itu?"

"Kamu nggak makan yang aneh-aneh kan?" Sunghoon tampaknya cemas, dia teringat sewaktu Kai sempat mengunyah hal aneh beberapa waktu lalu.

Teman-temannya yang lain kompak memusatkan atensi pada Sunoo, menunggunya untuk memberi jawaban yang dipinta.

"Emm, tadi kita nemu kumbang air, terus Kai hyung bilang pernah makan itu. Jadi aku coba——"

Beomgyu segera saja bangkit menghampiri Sunoo dan memasukkan jarinya ke dalam mulut Sunoo, berusaha mengeluarkan paksa serangga yang tengah dikunyah Sunoo.

"Uhuk! Hyung——uhuk!" lelaki bermata rubah itu terbatuk-batuk dan hampir memuntahkan seluruh isi perutnya.

Serangga itu akhirnya keluar, sudah tak berbentuk dan bercampur liur. Menjijikkan.

"Heh curut! Ngapain makan serangga?! Memangnya makanan dari Suster kurang enak?!" kepalan tangan Beomgyu mendarat kasar di kepala Sunoo.

"Tapi aku mau coba kayak Kai hyung, rasanya lucu.." Sunoo menatap sedih pada kumbang yang barusan keluar dari mulutnya itu.

"Pabo banget! Ngapain ngikutin Kai?! Dia sesat!"

Kai menatap Beomgyu tak suka, "Apaan, aku kan cuma——"

"Apa? Kan kamu tahu nggak boleh makan serangga lagi?!" Beomgyu kini beralih pada Kai.

"Tapi kan aku nggak makan.."

"Tapi kamu biarin Sunoo makan!" Beomgyu menyerah lalu pergi meninggalkan Kai dan Sunoo kemudian duduk di ujung, "Hihh, rasanya ingin ku sunat sampai habis."

"Eww, jijik banget." cibir Riki yang baru sampai saat melihat kunyahan serangga milik Sunoo.

Kai dan Sunoo jadi pusat perhatian, mereka hanya bisa mengerucutkan bibir sambil menggaruk-garuk jari. Namun, tak ada secuil rasa bersalah hinggap di hati keduanya. Mereka sama-sama tak berpikir itu hal yang salah.

Heeseung menghela napas, "Bersihkan dulu mulutmu, terus kalian berdua mandi lagi." kemudian menggamit tangan Sunoo dan membawanya masuk gedung rumah sakit menuju kamar.

Teman-teman sekamar Sunoo segera menyusul dan mengikuti Heeseung dan Sunoo pergi dari halaman. Kecuali Jungwon seorang, dia malah pergi memutari rumah sakit dengan raut penasarannya.

Sementara itu Kai masih dimarahi oleh empat teman sekamarnya. Wajahnya seolah-olah bisa menangis kapan saja, emosinya sudah menumpuk-numpuk.

"Yaa! Jangan nangis, kan memang salahmu!" tegur Beomgyu saat menyadari mata Kai mulai berair.

Soobin menggeleng perlahan, "Sudah-sudah, ayo ke kamar dan mandi."

Soobin meraih lengan Kai yang tengah menahan isak tangisnya, kemudian mengomando teman-temannya untuk segera kembali ke kamar.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

Apel-apel yang menggantung di pohon rindang itu tampak gemuk dan segar, Jungwon jadi ingin buru-buru mencicipi rasanya. Apakah akan manis? Atau sedikit masam? Tapi dia sedikit khawatir Suster akan memarahinya karena sembarangan mengambil buah di pohon.

"Kamu mau mencoba itu?"

Suara wanita di belakang Jungwon membuatnya tersentak dan sontak menoleh ke belakang, takut kalau keinginannya sudah ketahuan oleh Suster. Alih-alih sosok Suster, yang dijumpai Jungwon disana adalah seorang anak perempuan yang tampaknya lebih tua beberapa tahun darinya.

Jungwon ingat, perempuan ini adalah salah satu dari anak-anak perempuan yang terlambat datang ke aula saat itu.

"Iya.." Jungwon kembali menatap buah-buah apel itu, sedikit kecewa, "tapi kalau nanti Suster marah, bakal gawat."

Perempuan itu tersenyum dan mengusak kepala Jungwon gemas, "Suster nggak bakal marah. Pohon ini yang menanam aku dan teman-temanku. Jadi kamu boleh mencobanya."

Kemudian perempuan itu mengambil sebuah tongkat kayu panjang dan menggoyangkan dahan pohon itu hingga beberapa buah apel jatuh ke tanah. Mata Jungwon yang sempat meredup kini kembali berbinar.

Apel-apel itu direngkuh dan dibawa ke salah satu kran air yang berada di sisi dinding rumah sakit. Perempuan itu mencucinya, kemudian memberikan salah satunya pada Jungwon.

"Beneran boleh?"

Perempuan itu mengangguk, kemudian apel kemerahan itu dikunyah Jungwon.

"Wah, manis.." ucap Jungwon dengan mulut yang penuh.

Perempuan itu tertawa kecil, "Ini, kamu bawa buat teman-temanmu juga." kemudian menyerahkan sisa apel yang tadi jatuh.

"Makasih banyak kak..." Jungwon menatap perempuan itu, ia tak mengetahui namanya.

"Jung Eunbi, atau panggil Eunha saja juga boleh." balas perempuan itu.

Jungwon mengangguk, "Iya, makasih kak Eunha!"

Eunha tersenyum tipis kemudian meninggalkan Jungwon disana. Entah mengapa, tiba-tiba Jungwon jadi teringat dongeng putri salju yang sempat ia baca sekilas.

Ah, tidak, tidak. Mana mungkin dia bakal menyamakan Eunha dengan putri salju? Dongeng putri salju yang Jungwon baca kan berakhir dengan kematian.

Sebenarnya Jungwon tadi ingin menyusuri halaman belakang rumah sakit untuk mencari-cari celah atau jalan tikus yang sekiranya mungkin ada, tapi teralihkan saat melihat sebuah pohon apel rindang. Dan sejujurnya, Jungwon kini kesusahan membawa apel-apel itu, apalagi tubuhnya memang mungil.

Saat itulah suara ribut dari anak-anak kamar sᴠᴛ terdengar, Jungwon jadi berniat memberikan sebagian apel itu pada mereka.

Hoshi yang melihat seorang anak kecil membawa banyak apel sendirian langsung membulatkan matanya, "Ih, apel ya? Mau dong!"

Jungwon menganggukkan kepala, "Iya, ambil saja, tapi jangan semuanya."

Akhirnya Hoshi mengambil beberapa apel, mengurangi beban yang dibawa Jungwon. Sementara teman-teman sekamar Hoshi sibuk menyusuri halaman belakang rumah sakit yang sangat luas dan mirip hutan.

"Omong-omong, mau ikut nggak? Kita rencananya mau menjelajahi tiap sudut halaman, soalnya hutan itu besar banget," telunjuk Hoshi mengarah pada hutan yang dipenuhi pohon-pohon yang tingginya hampir-hampir menyamai gedung rumah sakit, "Soalnya ada beberapa tempat yang belum kita hampiri sama sekali."

Jungwon mengerutkan kening, "Ada yang belum dihampiri? Berarti ada tempat yang kita belum tahu dong."

"Iya makanya, mau ikut nggak?"

Jungwon menggeleng, "Aku mau bawa ini dulu ke kamar," tolaknya sambil menunjuk tumpukan apel di pelukannya dengan dagu.

"Hmm, yaudah deh." Hoshi bergegas menyusul teman-temannya, masih sambil mengunyah apel.

"Nanti kalau ketemu sesuatu bilang ya!" ujar Jungwon final, dan dibalas gestur tangan Hoshi yang menunjukkan kata 'Okay!'

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

"Manis banget.." celetuk Jake saat rasa apel menyebar dalam mulutnya.

Seisi kamar itu sempat tertawa saat melihat Jungwon yang mungil membawa setumpuk apel tadi. Karena apelnya masih kelebihan, Jungwon juga memberikan sisanya pada kamar seberangnya.

"Kamu dapat dari pohon yang di belakang rumah sakit ya?" Sunghoon bertanya, masih dengan mulutnya yang penuh.

Jungwon mengangguk, "Kak Eunha yang memberikannya tadi," kemudian mengecek satu-satu teman kamarnya, "Hmm? Sunoo hyung dimana?"

Riki mendengus, "Tadi dia heboh sendiri, katanya dia denger suara-suara berisik yang bilang dia bakal mati sebentar lagi. Terus dia juga bicara nggak jelas, kayak anak kecil yang belum bisa bicara.

"Dia dipanggil-panggil juga nggak ngerespon. Sekarang dia lagi dibawa Suster, diperiksa."

Perasaan kecewa merayapi lubuk Jungwon, baru saja kemarin Beomgyu memperingatinya untuk mengawasi Sunoo, tapi sekarang Sunoo benar-benar sudah sakit.

Jake mengerjap, kemudian buru-buru membuka laci nakasnya seakan baru teringat sesuatu dan mengambil secarik kertas.

Kemudian kertas itu ia angkat tinggi-tinggi, "Lihat! Jake tadi nemu ini di perpustakaan. Tapi Jake nggak tahu cara bacanya bagaimana.."

Jay menghampiri Jake yang tengah membuka lipatan kertas itu, disana tertulis tulisan yang asing menggunakan tinta.

'Իմ վարդ!'

Jay mendecak dan menggelengkan kepalanya, "Enggak pernah lihat tulisan kayak gitu, deh."

Jake memberengut kecewa, "Tapi kayaknya ini isinya rahasia penting, deh. Soalnya Jake nemunya di bawah karpet perpustakaan dekat tempat baca yang paling ujung."

"Coba lihat,"

Masing-masing mereka mengerutkan kening, tak ada yang paham tulisan itu ditulis dalam bahasa apa. Benar-benar ambigu.

"Coba kita tanya Taehyun nanti saat makan malam," usul Heeseung dan disetujui oleh teman-temannya.

Tanpa mereka sadari, Sunoo dari tadi sudah sampai di ambang pintu sendirian. Mengerucutkan bibir dan tampak kesal saat melihat kertas hasil diagnosanya.

"Hyung sejak kapan disini?" Jungwon yang pertama menyadari kehadiran Sunoo.

Tapi Sunoo tak berkutik, ia tampaknya sangat sedih dan bingung melihat diagnosanya. Jungwon menghampirinya dan membaca kertas di genggaman Sunoo. Tertulis disana skizofrenia hebefrenik atau skizofrenia disorganisasi.

"Mukanya jangan sedih gitu, dong." Jungwon menepuk-nepuk bahu Sunoo.

Sunoo melirik Jungwon sekilas, "Enggak sedih, aku bingung ini maksudnya apaan?"

Jungwon sedikit tercekat, "Ini katanya Sunoo hyung lagi sakit, nama penyakitnya ini."

Sunoo mengangguk-angguk paham, "Tapi nanti sembuh kan?"

"Iya, tapi hyung harus bisa mengendalikan diri."

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

"Tau ini bahasa apaan nggak?"

Jake dan teman-temannya segera menanyai Taehyun di meja makan tepat setelah Suster pergi dari aula. Taehyun tampak memutar otaknya, mengingat-ingat.

Kemudian ia menggeleng pelan, "Mungkin aku pernah lihat tulisannya, tapi aku nggak ingat bahasa apa, aku juga nggak bisa bacanya."

Saat Jake menunjukkan tulisan itu pada teman-teman sekamar Taehyun, mereka juga tak ada yang mengetahui bahasa apa itu. Jake jadi sedikit kecewa, padahal dia yakin tulisan itu mengandung rahasia besar.

"Wah, wah, tadi aku lihat tulisan mirip kayak gini!" seru Jeonghan yang mengintip tulisan itu dari balik punggung Jake.

"Lihatnya dimana?"

"Tadi, waktu aku sama teman-temanku menjelajah hutan di halaman belakang, aku kayaknya lihat ada pintu yang didepannya ada tulisan kayak gini."

Jungwon ingat, tadi Hoshi bilang dia dan teman-temannya berencana menjelajah hutan, karena banyak tempat yang masih belum mereka ketahui. Pintu apa yang akan ada jauh di dalam hutan?

"Tau nggak itu pintu apaan?" tanya Jungwon

Kedua tangan Jeonghan membentuk tanda silang, "Aku nggak tertarik, pintunya kelihatan tua dan jelek. Jadi aku langsung nyusul teman-temanku,"

"Yah.." Jungwon memberengut, "Besok pagi mau nggak tunjukin tempatnya?"

"Boleh, boleh."

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«




























[ Kaze's note : kalau ada yang typo atau ambigu mohon dikoreksi yak (人 •͈ᴗ•͈)
vomment juga juseyo~]

Skizofrenia hebefrenik/skizofrenia disorganisasi ; kelakuan liar atau konyol, emosi tidak sesuai, waham, halusinasi singkat. Perilaku primitif, kekanak-kanakan, tidak terstruktur. Tergolong aktif tapi tidak memiliki tujuan & tidak terstruktur. Gangguan berpikir terlihat jelas, kontak terhadap realita tergolong buruk.

GEJALA : delusi, halusinasi (lebih sering halusinasi suara), disorganized thinking (jawaban atas pertanyaan tidak terkait, kata-kata atau kalimat yang sulit dipahami), perilaku motorik tak teratur (seperti anak kecil, postur tubuh tidak tepat, kurang respons, gerakan tak berguna/berlebihan), mengabaikan kebersihan pribadi, tampak kurang emosi ( tak melakukan kontak mata, tak mengubah ekspresi wajah, atau bicara dengan nada datar ). Kemungkinan seseorang menderita ini 2-3 bulan setelah gejala. ❞

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro