Kelokak, Empap, dan Karah.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lila memeluk lututnya erat. Sorot matanya terpendar ke sana dan ke mari. Memperhatikan sesuatu yang selalu membuatnya gemetar tiap malam.

Teriakan dan tangisan saudaranya terdengar jelas di kepala Lila. Membuat si gadis kecil langsung berdiri, dan kembali memperhatikan sekitarnya.

Hutan itu ... Hutan ini adalah mimpi buruknya.

Suasana gelap yang mencekam ditambah dengan suara burung hantu itu membuat bulu kuduknya merinding. Lila bahkan menutupi tubuhnya karena sensasi dingin yang amat menusuk kulit itu.

Kakinya melangkah, membiarkan dirinya memijak semak belukar serta akar-akar timbul dari pohon besar yang saling terhubung satu sama lain.

Bruak!

Suara keras itu mengalihkan atensinya, rasanya seperti ada sesuatu yang telah terhempas dan jatuh di dekatnya.

Takut-takut Lila kembali melangkah ketika mendapati sebuah gubuk yang begitu reyot dari penampilannya. Buku jarinya memegang dinding kayu tipis itu, akan tetapi pegangannya tak kuat.

Malah tangannya bergetar karena saking rapuhnya pegangan yang ia pegang. Suara gesekan dan benda terseret itu mengganggu lagi pendengarannya, membuat Lila menyembulkan kepalanya dan mendapati apa yang sedang terjadi di belakang bangunan rapuh itu.

Di sana ia melihat sesosok makhluk mengerikan, sedang mengempapkan badan seseorang yang ia kenal. Saudara lelakinya. Tubuhnya terpelanting, menghantam tanah.

Suara tulang patah terdengar, membuat Lila menangis dalam diam. Gadis itu terjatuh menatap nanar karena suara lirih yang ia dengar semakin pelan.

Lalu dihadapkan kembali pada sosok makhluk berkaki dua yang penuh bulu itu dan tampak seperti kepunyaan kuda berjalan ke arahnya. Akan tetapi Lila rasa ia hanya lewat.

Karena dari matanya yang merah menyala sepertinya makhluk seram setengah kuda manusia itu tidak melihatnya. Tetapi, Lila masih dapat mendengar kehausan darinya.

Kehausan untuk membunuh, karena Lila lagi-lagi mendengar geramannya yang menyeramkan. Seperti apa yang pernah terjadi padanya sebelum ini.

Seperti apa yang akan selalu terjadi padanya.

Makhluk itu mengambil karah yang menancap tegak dan dalam dengan mudah, seolah itu hanyalah sebuah tusuk gigi yang menancap pada sepotong buah.

Lila tak dapat berkutik, karena ia baru menyadari juga bahwa ternyata sosok di depannya jauh berkali-kali lebih tinggi darinya. Hingga membuat dirinya harus menengadah ketika Lila ingin melihat wajahnya.

Tampangnya bak monster itu, memiliki dua pasang taring di atas dan bawah dengan ukuran sebesar pisang ambon yang pernah Lila makan. Hidungnya terlihat seperti moncong babi yang tak pernah dicuci, layaknya Icha peliharaan Bibinya Lila.

Di tengah pengamatan pada makhluk seram itu tanah di sekitarnya bergetar, diikuti dengan hentakan yang berima karena si soson terlihat menari dengan karah dalam genggamannya.

"Li-lila dikutuk, ya?" tanya si gadis sendiri, tangisnya itu terus mengucur tanpa henti. Seakan ada sesuatu yang akan datang padanya sebentar lagi.

Diikuti dengan sepasang bola mata merah itu berhadapan dengannya, gadis kecil yang kembali merengek dan menyeret tubuhnya ke belakang tanpa bisa mengalihkan pandangannya.

Sosok itu melangkah berat, hingga kakinya berpijak di antara tubuh Lila yang kecil bak sebuah kacang di antara sepasang sumpit yang saling bersebelahan.

Lila menangis, ia teriak ketakutan. Tetapi hutah itu adalah kutukan untuknya. Mimpi buruk baginya.

Tanpa bisa berbuat apa-apa Lila memejamkan matanya ketika karah panjang dan besar itu tepat mengarah padanya. Menusuknya begitu dalam hingga menancap pada tanah yang telah menjadi sandarannya.

Darah kental keluar tak karuan, diikuti dengan batuk sang gadis yang masih dapat bernapas. Menghadapi ajal yang begitu berat untuknya, tanpa bisa berharap surga ada baginya jika akhir hidupnya saja seperti siksa neraka.

Tangan panjang si sosok yang berkuku tajam itu terulur, meraih tubuh si gadis yang masih tertusuk. Memegang kepalanya seolah kepala mainan yang dapat dilepas dengan mudah.

Lalu sosok itu melakukannya. Dengan tatapan bengis yang haus darah, geramannya bergetar begitu hebat. Menghasilkan suara dahsyat yang dapat didengar samar oleh Lila.

Ia kelokak begitu saja kepala sang gadis hingga terpisah dari tubuhnya, lalu masuk ke dalam mulutnya. Menjadi santapan yang akan kembali terulang seperti siklus musim di lain waktu.

Membiarkan kutukan hutan yang begitu misterius ini terus berjalan, tanpa ada siapa pun yang bisa mematahkan kutukannya.

Hingga Lila yang lain pun akan datang, dan mengalami hal yang sama. Kengerian tentang mimpi buruk di hutan bersama sosok yang tak dapat dikenal.

Membiarkan si sosok mendapatkan kekuatannya, tanpa bisa untuk mati atau untuk menghadapi kebusukan diri itu sendiri.

Dia akan tetap abadi untuk menyiksa Lila yang lain di lain hari.

Terempap dari tempatnya tinggal hingga mendarat di antah berantah, lalu tertusuk karah dan terkelokaknya kepala dari tubuhnya sendiri.

***

706 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro