Ramuan Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Arabella kenapa kau tidak seperti ibumu!?" teriak orang itu lagi, ingin sekali rasanya kusumpal mulutnya dengan ramuan aneh yang kubuat ini! Tapi, karena malas menanggapi aku hanya memutar bola mata jengah karena penuturannya itu.

"Arabella, kau mendengar?"

"Iya, profesor~ aku mendengarmu dan biarkan aku fokus tanpa tekanan!" Aku mencebik kesal menatapnya tajam dan profesor itu? Astaga dia bergumam aneh layaknya menyumpah serapahiku!

"Benarkah kau anak dari Layla Mendorfa?" Sekali lagi aku memutar bola mataku jengah karena aku tahu pembahasan ini akan sampai mana karena aku hanya akan menjadi perbandingan dengan orang yang sudah tiada!

"Hey, sekali lagi profesor bicara aku ak--"

"Akan apa? Lebih baik kau pergi bercermin dan ketahuilah tugasmu dan jadilah seperti i--"

Aku kesal jika seperti ini aku tak akan berkembang, "Baiklah aku keluar," desakku pada diri sendiri dengan nada melenguh dan menatap profesor penuh kecewa karena tekanan yang ia buat sangat mengangguku.

"Apa yang kau lakukan, Bella? Bukankah ini tugas untukmu sendiri?!" Ah, iya aku melupakan itu ... hatiku terasa sesak dan penuh dengan jarum.

"Iya-iya, biarkan aku berjalan keluar sebentar profesor ... kau membuatku tertekan dibawah tekananmu, huh!" Aku keluar dari kelas tanpa mempedulikan mereka, aku hanya perlu waktu untuk lebih ahli.

Lagipula apa susahnya dengan ramuan cinta itu? Hanya perlu mengikuti buku resep saja padahal, hng!

"Hey, Arabella apa kau sudah selesai?" Seru orang di depan sana, ah dia si biang kerok yang membuatku terjebak di sini. Pangeran yang sangat dihormati.

"Belum, kenapa?" jawabku seadanya menatapnya tak minat dan dia menatapku, err apa-apaan itu?

"Hey, harusnya kau membantuku dengan cepat atau kepalamu akan kupa--" astaga-astaga lihatlah dia menggunakan kekuasannya lagi dengan seenak jidat!

"Heh, baiklah-baiklah. Tapi, aku malas mengikuti kelas."

"Jadi?" Demi abu ibuku aku sangat muak sekali dengan wajah meremehkan dan sok polos seperti itu. "Kenapa kau menjadi menyebalkan? Lebih baik buat wanita itu jatuh cinta dengan kemampuanmu sendiri dasar pangeran dungu!!!"

Orang di depanku ini terkaget dan tertawa, "Ternyata kau tidak berubah, oke mari membuat ramuan itu bersama dan aku akan membantumu."

"Hah? Bagaimana?"

"Hm, ternyata kau bodoh untuk seukuran tabib penyihir."

"Kau mengejekku? Baiklah, kerjakan sendiri!"

***

Aku tak percaya aku akan terjebak bersamanya di sini, perjalanan mencari satu bahan langka untuk ramuan cinta. Lendra, pangeran yang katanya berwajah tampan itu terlihat seperti gadis lugu sekarang, tingkah konyol macam apa ini?

"Di mana mawar merah putih yang kau bicarakan?" tanyanya padaku, "Mawar putih itu terletak di dalam goa cahaya dan perjalanan ini tidak akan seseram yang kau bicarakan, hanya saja sihirku tak akan berguna di dalam hutan hitam ini."

"Jadi, kau harus berhati-hati terhadap resiko yang merugikan dirimu sendiri dan ingat jangan banyak bicara!" Arabella jawabanmu sungguh keren dan respon dia hanya mengangguk dengan tatapan yang akan kuanggap mengerti.

Tak cukup waktu lama hanya kurang lebih 30 menit kita sampai di goa yang dimaksud, "Baiklah kau tunggu di sini dan aku akan mengambil bunganya. Ingat, di dalam kantongku terdapat bahan yang hampir susah dicari, jangan sampai kau menghilangkannya!"

"Baiklah-baiklah, cepat ambilkan dan aku tak sabar dengan tatapan cintanya untukku." Aku mendecih jijik sebagai tanggapan, apa dia sungguh pangeran yang berkarisma? Tidak-tidak!

Kakiku menginjak genangan air dalam gua, terasa dingin yang sangat menusuk. "Kenapa seperti ini?" monologku sambil melanjutkan jalan.

Dari jauh kulihat pantulan cahaya biru yang bergerak-gerak, astaga mata air dalam goa ini sangat cantik dan kulihat banyak sekali bunga mawar merah putih di sana.

Kukira itu hanya bunga mawar cacat, namun ini sangat indah. Kelopaknya bergradari merah dibawah dan watna atasnya adalah putih lalu tangkainya berwarna biru layaknya cahaya air yang memantul akibat kristal.

Tanpa berpikir panjang aku berusaha menyebrangi mata air itu untuk mendapatkan bunganya. Kakiku menyentuh dasar mata air, lumpur?

"Eh, tunggu!"

Lumpur itu menarikku kuat, aku terhisap ke dalam ... matilah aku apa yang akan aku lakukan!?

"TOLONG AKU TERHISAP AKU TIDAK MAU MATI!" Seruku semoga Lendra atau siapa pun itu menyelamatkanku, lumpur itu menarikku sampai pinggang dan masih terus berlanjut.

Aku mendengar langkah kaki yang begitu cepat, Lendra datang. Aku akan selamat! "Cepat selamatkan aku, bodoh!" pintaku ketakutan, Lendra tidak banyak berbicara dan seketika air itu membeku.

Aku terangkat ke atas tak paham kenapa airnya membeku? "Kenapa bisa?" aku menatap Lendra menatap mengharap jawaban. "Kau memang penyihir bodoh, ya! Goa ini dinamakan goa pasangan."

Aku masih tidak mengerti, "Apa yang kau maksud?" Lendra memberikan buku resep dan menunjuk kalimat, "Lihat dan bacalah! 'Jika pergi ke goa ini sendirian kau akan terhisap karena kesepian, tapi jika kau berpasangan goa ini akan berbaik hati denganmu. Maka dari itu nama goa ini adalah goa pasangan', untung aku cepat datang." Oh, aku terlalu bodoh, ya? Aku tersenyum layaknya tak terjadi apa-apa.

Mengabaikan rasa aneh yang berdebar di dalam sini dan mengacaukan situasi canggung yang ada. "Terima kasih pangeran, hoho." Aku tertawa dan mengambil setangkai bunga itu.

Lendra hanya menatapku dengan penuh, "Apa?" tanyaku risih, dia hanya menggeleng dan kami pergi dari sana menuju kembali ke istana.

Diam-diam aku masuk ke dalam ruang ramuan dan menguncinya. "Apa yang kau pikirkan setelah ramuan ini telah jadi?" tanyaku memecah kesunyian dalam ruangan, karena Lendra dari tadi hanya menatapku menata bahan-bahan.

"Aku akan membuatnya jatuh cinta dan melepaskanmu dari penggalan."

"Apa-apaan? Kau serius?" Dia tertawa. Ah, entahlah! Aku mulai menyalakan api hijau dengan mantra dan menaruh guci berukuran sedang yang biasa dipakai.

Aku mulai dengan memasukkan serbuk bunga dandelion dan memasukkan sedikit gula. Untuk apa? Entahlah, resepnya menunjukkannya seperti itu.

"Cintanya akan abadi lewat tatapan galaksi di matamu dan mataku!" Aku mengucap mantra dan mencelupkan mutiara kerang. "Bisa kau ambilkan kertas kuning di sana?" titahku pada Lendra, tenang dia gak akan marah juga padaku, 'kan?

"Kau semakin kurang ajar, ya!" Walau dia mengatakan itu, Lendra tetap menuruti dan memberikan kertas usang berisi mantra yang menyatu dengan bahan.

Beberapa bahan sudah masuk, cairan yang dimasak mulai mengental dan beraroma manis juga sangat bersinar membutakan mata. "Cantik sekali," puji Lendra dan aku menatapnya dengan senyum.

"Lihat, 'kan? Aku tak kalah hebat dari ibuku," ucapku dengan percaya diri, lanjut dengan pembuatan ramuanya aku mencelupkan setangkai bunga merah putih dengan hati-hati dan boom!

Ramuan itu menjadi bening, "Kok gini, ya? Harusnya warna merah," ujarku heran, aku kembali mengambil buku resep dan membaca bagian bahan dan cara pembuatan ramuan cinta.

"Astaga, kau sangat ceroboh! Lihat, masukkan darah anak adam dan hawa!" Kepalaku terkena jitak dari pangeran, itu sakit sungguh tapi apa daya! Ini salahku.

"Okey, kemarikan tangamu. Tapi, tunggu! Kau gak akan membunuhku, 'kan?" Aku menatapnya agak takut dan dia memutar bola matanya malas, tingkahnya sangat aneh.

Tangannya dan tanganku disejajarkan, aku mulai dengan melukai telapak tanganku dengan belati dan tangan Lendra dengan belati. Dia melenguh karena perih? Yap, pasti aku juga merasakan itu.

"Kamu yang sabar, ya," ledekku padanya, dia menatapku tak suka seraya menyeka darahnya juga membersihkan tanganku, sangat per-- eh tunggu!

Cairan itu menyusut dengan cepat dan terlihat sangat kental. "Bagaimana cara kerjanya?" tanya Lendra, ah iya aku lupa.

"Hm, kau atau dia mesti minum ini lalu saling tatap dan boom! Kalian akan terikat untuk selamanya ... efek samping? Tidak ada, tapi bisa jadi dia atau kamu yang akan minum lebih medominasi atau bisa juga lebih manja kepada pasangannya." Aku berbicara apa? Aku sangat bodoh dalam berbicara tolong!

"Aku tak mengerti, tapi aku menangkapnya harus diminum dan menatap mata orang yang ingin ditarget, 'kan?" Aku mengangguk, nah ini maksudku.

"Lalu, efek sampingnya hanya prilaku yang akan menjadikan lebih dekat untuk satu sama lain?" Yap, itu juga maksudku.

"Memang siapa yang ingin kau suruh minum, sih? Kok repot banget!"

"Kau." Lendra meminum ramuan yang memang sudah terkemas dalam botol kecil itu, "Astaga, kau benar-ben--" aku terpaku, dia ... Lendra menciumku.

Aku mendorongnya jauh hingga ia tersentak pintu di belakang, aku menatap matanya yang hitam legam. Aku tenggelam di dalam sana dan yeah, kami saling jatuh cinta! Entah, karena ramuannya tapi efeknya tidak hilang bahkan hingga saat ini, setelah tiga tahun aku masih mengingat awalnya sampai sekarang.

Bukannya seperti orang yang terkena sihir, ramuan ini hanya membuatku terpikat lalu terbiasa dan jatuh cinta ... efek samping? Jangan dibicarakan, efek samping yang didapat Lendra itu adalah; jika bulan purnama dia akan sangat bergairah kepadaku alias targetnya dan begitu sebaliknya, jika hasrat tidak terpenuhi sihirnya akan patah dan menjadi saling benci.

Kuharap tidak karena aku sangat terjatuh kepadanya ....

"Hey, Bella kau memikirkan apa?" Lendra bertanya dengan lembut yang mengalihkan atensiku padanya.

"Tidak, hanya saja ... aku mencitaimu."

"Aku juga, lebih darimu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro