November 03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lima tahun lalu, mungkin pertama kalinya aku memikirkan tentang rindu. Perasaan rindu masih abstrak mengingat kala itu usiaku baru menginjak enam belas tahun. Semua yang ada dalam benak selalu penuh tentang pertanyaan-pertanyaan dan keingintahuan tiap apa yang kulihat dan dengar. Saat sore tertelan malam, anak tetangga—temanku main ke rumah—yang sebetulnya aku undang, haha. Aku ingin bertanya tentang bagaimana rasanya ketika merindu. Aku nggak semata-mata mengajukan pertanyaan demikian sama asal orang; temanku itu selalu menceritakan perasan rindunya terhadap seseorang padaku.

Jawabnya, rindu itu ketika dirimu tidak bertemu orang yang amat kamu sayang, lalu ingin bertemu dengan orang itu. Kamu akan melakukan berbagai macam cara untuk bertemu.

Lantas sekarang, definisi rindu bukan hanya dengan seseorang lalu bertemu—bagiku. Karena rindu yang mendatangiku nggak bisa kutemui, bahkan nggak bisa kulihat lagi.

Aku rindu masa sekolah, mengenakan seragam, dimarahi guru karena asal menjawab soal matematika. Aku juga rindu masa kecil, kemudian diriku berpikir, yah aku sudah besar ternyata. Dulu tanganku masih mungil, tubuhku nggak setinggi ini sehingga mau menekan sakelar lampu nggak sampai. Sekarang aku sudah bisa menekan sakelar itu dengan mudah. Aku rindu masa yang telah berlalu.

Pada kenyataannya rindu amat luas dalam beberapa hal. Mungkin kita akan merindukan masa yang dahulu terasa amat sulit, dan setelah dipikir-pikir masa itu sungguh menyenangkan sehingga ingin kembali merasakan.

Btw ya, ini semestinya publish kemarin. Ternyata kemarin mataku berat kayak digantungin berkilo-kilo daging sapi, hahaha.








- N O V E M B E R 2 0 1 9 -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro