*Tentang Gudang Di Belakang Rumah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku melihatnya.

Aku benar-benar melihatnya. Ada yang salah dengan gudang di belakang rumahku. Maksudku, ini tidak hanya sekedar keberadaan sesuatu yang mistis di dalam sana ... tapi lebih dari itu.

Aku melihat dunia mereka.

Dan gudang kumuh itu adalah gerbangnya.

Lebih parahnya lagi, aku baru saja diseret ke dalamnya.

****

Dengan pencahayaan yang minim dari sini, kupikir satu-satunya sumber cahaya hanya dari sela-sela diatas sana. Barangkali, aku sedang berada di bawah sebuah papan? Dan astaga di atas sana berisik sekali. Aku merasa ada pesta besar, bagaimana jika papan itu patah, aku bisa-bisa gepeng sebelum tahu nyasar kemana.

Kuputuskan untuk duduk sejenak. Mau panik bagaimana lagi, aku memang sudah terbiasa untuk tidak terkejut, karena terbiasa mengejutkan orang-orang dengan begitu banyak kejadian aneh seperti mengapa aku bisa melayang atau membuat petir terhenti dan tidak jadi membakar rumah kami-- Karena aku memang sudah dari dulu, atau malah sejak awal takdirku memang sangat fantastis. Aku sudah terbiasa.

Tidak ada penghalang antara diriku dan dunia sana. Aku seperti berada dalam beberapa dunia sekaligus. Kau tahu jika menjadi aku, mungkin akan sangat sesak rasanya berada diantara ribuan makhluk yang sedang beraktivitas, kau makan burger dan mereka sedang bernyanyi, kau mandi dan mereka sedang memakan gumpalan tanah. Apalagi, jika makhluk-makhluk itu tidak seperti dirimu. Tapi tidak separah itu juga, sebenarnya. Eksistensi mereka di mataku terasa tidak nyata, seperti hantu ... tapi ada. Aku tahu dunia kami berbeda, mereka juga tidak tahu duniaku dan tentang aku yang bisa melihat mereka. Tapi, ada satu ... yang sama sepertiku. Sama-sama memiliki sedikit batasan. Dunianya yang sulit kutembus.

Bagaimana aku bertahan? Beruntung nenekku juga sama fantastisnya, atau malah lebih. Jadi dia mengajariku bagaimana caranya membuat batasan sendiri, dan meruntuhkannya jika ingin. Itu benar-benar banyak mengubah hidupku, meski harus menangis darah untuk mempelajarinya. Karena energi dalam tubuh benar-benar harus selalu terjaga.

Sekarang, mari ingat apa yang terjadi sebelum aku terlempar kemari.

Di rumah hanya aja Jean yang sibuk dengan PS-nya. Aku baru ingat, aku pergi keluar rumah karena seperti mendengar teriakan Cvuifluluku-- maksudku, Lulu. Dia makhluk yang kumaksud mirip denganku. Entah dari dunia mana, yang pasti dia hantu. Bentuknya seperti Peri, namun bisa berubah wujud menjadi manusia jika ingin.

Dia benar-benar mendesakku keluar ... dan bilang ada yang aneh dengan gerbang di belakang situ.

Lalu kami mengeceknya karena memang sudah lama tidak terbuka, aku butuh setengah jam mencari kuncinya karena memang penasaran ada apa di dalam sana.

Kusesali, itu adalah keingintahuan paling bodoh, dan keputusan paling gila seumur hidupku.

Gudang itu, pada awalnya kosong. Lulu di sebelahku bahkan mengangkat bahu polos, lalu bertanya aneh, "Lean, apa kau tahu takdirmu yang sebenarnya?" tanyanya dengan raut wajah aneh yang tak pernah kulihat sebelumnya.

Firasat kuatku benar-benar menyuruhku segera pergi dari sana. Karena auranya mendadak gelap ... dan orang-orang seperti Peri, Elf, Nephilim dan sebagainya tiba-tiba keluar dari cermin tua yang ditutupi kain-- aku yakin itu hanya cermin biasa. Sangat yakin. Tapi bagaimana bisa?

BRAK!

Oh astaga.

Aku menoleh sekitar, mencari-cari Lulu yang menghilang entah kemana. Mencari tahu jawaban atas keadaan aneh dikelilingi makhluk-makhluk macam ini.

"Kami menunggumu kembali, Tuan Putri."

Yang kuingat terakhir kali, si Elf itu memegang dahiku lalu semuanya benar-benar gelap.

Itu adalah cara klise menggambarkannya. Terlalu cepat hingga aku tidak tahu apa yang terjadi. Dunia di balik cermin? Dunia lain? Kupikir sudah cukup dimensi-dimensi terkutuk di sekelilingku. Jangan seret aku ke lain tempat yang lebih sesak. Sekarang, bagaimana caranya keluar dari tempat yang mirip ... kapal? Bagian bawah kapal?

Apa aku benar mendeskripsikannya. Diatas situ seperti papan, di bawah sini sangat gelap. Dan barusan aku merasakan sedikit guncangan, yang tadinya tenang. Lalu aroma laut juga samar tercium.

Fakta bahwa aku bukannya tidak sengaja terseret, tapi benar-benar diseret membuatku kembali merenung.

Aku tidak pernah menggunakan kekuatan terkutuk yang bisa menghancurkan seperempat semesta ini. Apa ada yang ingin kekuatanku atau semacamnya? Lalu bagaimana cara terhormat untuk bisa keluar---

Kenapa aku keluar?

Aku bisa disini saja sampai mati.

Itu pemikiranku jika aku tidak pintar. Tapi aku ini tidak bodoh, jadi aku mengambil tumpukan karung berat yang bolehjadi isinya gandum. Menumpuknya beberapa, menaikinya, dan hendak meninju papan diatas sana--

"Tuan Putri tidak melakukan hal seperti itu." tinjuan kerenku tidak terhenti. Yang ada hanya sakitnya karena berusaha berhenti. Papan itu keburu hancur parah meski aku menahan tenagaku sebagian.

"Tuan Putri tidak berada di tempat seperti ini," balasku. Aku menatap curiga lelaki elf yang datang entah darimana. Apa makhluk dunia sini memang tidak punya etika masuk lewat pintu?

Meski tak ada pintu dimanapun, sih.

Lelaki elf itu menahan tawa, "Maafkan kami, kami takut kau membuat kekacauan dengan kekuatanmu, jadi kami ingin kau tenang dulu." Lelaki itu menjelaskan.

"Kalian benar-benar meremehkanku? Buat apa aku mengacau?" Aku tidak tahu kenapa dia bertanya begitu. Yang pasti, aku sangat kesal.

Lelaki itu terdiam.

"Jelaskan padaku apa yang kalian inginkan, dan sepertinya-- kau tahu aku? Kau harusnya sangat tahu konsekuensi mengggangguku." Aku berusaha tidak menampakkan kecemasan apa-apa, sedikit menggertak.

Meskipun aku bisa kencing di celana kapan saja, orang ini sepertinya tahu aku manusia terkutuk yang bisa membuat tanah retak kalau mengamuk.

Itu kelebihan yang kekurangan.

"Baiklah, sebelum itu biar kuantar kau berkeliling."

***

Lelaki yang mengenalkan diri sebagai Aren itu bisa berteleportasi, dan dia baru saja membawaku ke tempat tertinggi di dunia itu.

Rasanya mau pingsan di tempat saja. Indah bukan main. Seperti di negeri para Dewa yang pernah kulihat di salah satu animasi. Benar-benar tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Aku terpana bukan main.

Sepertinya, kami sedang di bukit yang melayang di tanah? Langitnya sangat biru, sedikit berkabut. Ada banyak taman dan air terjun, beberapa bangunan megah yang entah apa. Lalu aku tak bisa melihat dasar atau daratan dari atas sini.

Baru kali ini rasanya ingin punya sayap, aku bisa--

Seperti ada suara pooff lalu sayapku muncul.

Bagaimana bisa?!

"Anda baru saja membayangkannya? Kenapa anda kaget begitu? Tempat ini sudah pasti membuat kekuatan anda yang tersegel perlahan terbuka. Anda bisa menggunakannya kapan saja."

Sejak kapan kekuatanku disegel?

"Kau belum memberiku penjelasan apa-apa," tuntutku setelah amat sangat lama memandang keindahan dunia itu. Sayap di punggungku menghilang kemudian.

"Ah, jadi apa yang ingin anda tanyakan, Tuan Putri?" Senyumnya yang manis itu membuatku agak muak. Tapi manis, sih.

"Mungkin kau salah ambil orang, aku bukan putri mana-mana, aku punya sekolah besok, aku juga tidak bisa menyelamatkan apa-apa, jadi maap saja, aku mau pu--"

Saat berbalik kulihat orang-orang yang tadi menemuiku di area gudang, orang yang keluar dari cermin, tiba-tiba berkumpul lagi.

Aku menahan napas.

Aren berbicara lagi, "Mereka para petinggi disini." Aku sontak ber 'hah' kuat.

"Tuan Putri, kau sudah tumbuh dengan amat cantik dan baik, kekuatanmu juga terjaga. Kami harap kau bisa segera pulang dan melaksanakan tugasmu disini." Salah satu Wanita mirip Dewi yang cantik bukan main berbicara lembut.

"Tunggu-- tunggu dulu, aku sudah bilang kalian mungkin salah orang, aku yakin itu-"

"Tidak, kami tidak salah. Kau Putri Negeri ini, Putri Azelyn yang kami titipkan di dunia manusia karena ada pemberontakan, dan agar kekuatan anda tetap netral, jadi-"

"Titipkan katamu?" Aku bertanya tak percaya. Sudah berapa kali aku menyela omongan mereka.

Mereka semua mengangguk. Aku semakin bingung, tapi beberapa hal terjawab. Itulah kenapa Jean Adikku jelek dan hanya aku yang cantik. Baiklah.

"Orang tuamu benar-benar merahasiakannya yah." Orang-orang itu mulai sedikit ribut.

Aku mau pulang saja, dan tidur.

Aku mau pulang saja dan tidur.

Aku mau pulang saja dan tidur.

Setelah sedikit memaksa, kekuatan yang entah kenapa bisa menjadi begitu tak terkendali membuatku kembali dalam kamar.

Apa yang terjadi, bisa dipikirkan nanti-nanti. Sekarang, mari lupakan dulu apa yang terjadi.



****

A/N;

Wkwk, gabut. Kepikiran, yaudah. Yang penting nulis.

9-03-21

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro