...

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi ... gimana?"

"Gimana apanya?"

Pemuda itu cengengesan, menertawakan dirinya sendiri karena kelakuan tidak jelasnya.

"Lo. Lo jadi tinggal sama siapa?"

Si gadis tersenyum, kemudian menjawab, "Gue tinggal di rumah dulu sekarang sama Mama." Dia menurunkan pandangannya, mengalihkannya dari tatapan mata si pemuda yang masih berdiri itu. "Tapi, kalau udah punya KTP-yang berarti sebulan lagi-gue mau tinggal sendiri. Ngekos."

Pemuda itu mengernyit. "Ngekos?" Dia tertawa. "Duit dari mana, Neng? Minta orang tua?"

Mendengkus, si gadis menyahut, "Gue mau kerjalah. Cafe itu masih butuh pengisi acara, 'kan?"

Mata si pemuda melebar. Sejurus kemudian, dia tersenyum lebar. "Beneran? Sip. Gue temenin." Mereka tertawa bersama.

Kemudian mereka terdiam, larut dalam keheningan yang menyenangkan. Tak ada kata yang keluar, hingga si pemuda memulainya lagi.

"Jadi ... tentang Satria ... gimana?"

"Gue udah bilang, gue baik-baik aja, Al." Gadis itu menatap si pemuda. "Makasih udah bantu gue tentang ini."

Pemuda itu menggaruk tengkuknya. "Yah, gue seneng bisa berguna buat lo."

"Jadi, Nona," pemuda itu membungkuk, mengulurkan tangannya, "maukah kau pergi denganku?" Dia menatap si gadis dalam-dalam, masih dengan senyum tersimpul di wajahnya.

Geli, si gadis bertanya-tanya akan maksud si pemuda. Namun, apa pun maksudnya, dia ingin tenggelam dalam permaianan itu.

Mengangguk, dia menyambut tangan pemuda itu. Kemudian, mereka berjalan bersama, beriringan di bawah semburat langit senja. Tanpa satu pun kata terucap lagi, mereka tersenyum bersama.

Karena untuk saat ini, semua akan baik-baik saja. []

Bodohnya aku, adalah bahwa aku nulis ini sebelum part terakhir, jadinya masih belum bisa jejingkrakan kesenengan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro