1. SURPRISE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kamu memang nggak teraih, Nal. Uluran tanganku dua kali tak bersambut. Kamu bisa pergi sekarang."

Raina sudah menahan air matanya sejak lama. Perasaannya tidak berbalas bahkan hingga dia nyaris kehilangan nyawanya.

"Rain, ijinin saya perbaiki semuanya. Maafkan saya yang kemarin-kemarin. Kasih kesempatan untuk buktiin cinta ini ke kamu. Please!"

Raina tidak menggubris semua perkataan pria yang berlutut di depannya. Setelah semua hancur, sekarang dia datang dan ingin memperbaiki semuanya.

***

Raina berlari sekuat dia bisa. Tepat saat pintu lift akan tertutup dia sampai.

"Rain, kenapa lagi hari ini? Sampai lari-larian, gitu." Security gedung Sunny Departemen Store langsung menekan angka lima untuk ruang khusus karyawan.

"Hari ini lagi apes, Bang. Bukannya kenyang sarapan, tapi petuah disuruh cepet nikah. Hadeuh!" omel Rain sambil memastikan riasannya sudah rapi.

Security itu hanya tersenyum. Dia tidak tahu harus komentar apa, hal semacam ini sudah sering dikeluhkan SPG seusia Raina. Mungkin orang tua mereka berada di satu perkumpulan yang sama. Perkumpulan supaya semua perempuan harus menikah sebelum usia 30 tahun. Dia pria, tapi tidak akan suka kalau orang tuanya juga berpikir sama.

"Rain, untung kamu sampai. Kita harus turun ke area sekarang." Cika yang bertugas di sebelah counter Raina tergopoh menghampiri. Dia membawa tas lalu memasukkan ke loker. Blazer juga dipakaikan dengan tergesa di tubuh sahabatnya yang masih kebingungan.

Setelah sampai di depan stan informasi, Raina heran sekaligus lega. Semua karyawan sif pagi sudah berkumpul. Reaksi mereka hampir seragam, bertanya-tanya kenapa diadakan meeting mendadak di hari Minggu. Sudah jadi kebiasaan di SDS untuk akhir minggu tidak ada meeting karena fokus pada displai produk.

"Sebenarnya ada apa, sih?" Raina agak terganggu dengan hal ini, karena seharusnya dia bisa membereskan produk baru yang datang kemarin sore.

"Katanya mau ada tamu. Dan dia calon ASM yang baru." Cika menjawab tanpa melihat Raina. Dia juga tidak tenang karena laporan mingguannya belum beres.

"Secepat ini? Padahal baru kemarin Pak Adi di-rolling." Sebenarnya bukan hal aneh ada yang mengisi jabatan yang kosong. Di luar dugaan saja hari ini langsung datang penggantinya.

"Ya, sudahlah kita tunggu saja."

Keduanya diam. Raina tidak sabar menunggu, jadi dia berniat ke counter untuk mendisplai produknya sampai tamunya datang. Sayang dia tidak waspada, langkahnya terlalu cepat sehingga menabrak seseorang di depannya.

"Ouch!! Duh, sial banget, sih! Kamu ...." Kalimat Raina terhenti di tengah-tengah. Matanya bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya tajam. Amarahnya musnah seketika.

Sumpah, laki-laki di depannya ini cakepnya bukan main. Detik berikutnya sepasang mata tajam dan alis tebal itu mengingatkannya pada seseorang.

"Pak, maafkan teman saya. Dia nggak sengaja." Cika mengucapkan maaf lebih dulu, setelah melihat Raina cuma terpaku. "Rain, kamu nggak apa-apa, kan?" bisiknya pada Rain dan dijawab dengan anggukan.

Tamu itu melanjutkan langkahnya ke tengah karyawan didampingi supervisor dan koordinator lapangan. Dia memperkenalkan diri sebagai Shakanala, dan dialah yang akan mengisi posisi ASM.

"Shakanala?" gumam Raina sambil berusaha menghubungkan memori masa lalu dan sosok pria tampan di sana.

"Kenapa? Kamu kenal dia?" Cika penasaran dengan perubahan sikap sahabatnya.

"Enggak tahu. Aku belum yakin apa dia orangnya. Nama itu memang nggak pasaran, tapi pasti ada orang lain juga yang namanya sama." Raina tidak berani bicara banyak. Cika memang sahabatnya, tapi dia sendiri belum yakin.

Cika tidak bertanya lagi. Meeting selesai dengan cepat, Raina bernapas lega. Tapi tidak bagi beberapa karyawan yang masih tertarik bertanya. Wajah itu memang mirip dengan cowok SMA yang pernah Raina taksir, tapi tidak ada keberanian mendekati. Raina segera sadar diri, ada hal lebih penting yang harus dikerjakan sekarang.

"Tunggu!" Panggilan itu menghentikan langkah Raina.

"Ya, Pak? Oh ya, saya minta maaf atas kejadian tadi. Saya yang ceroboh." Raina merasa lebih baik minta maaf duluan, apalagi atasannya kelihatan tidak bersahabat.

"Saya sudah maafin kamu soal tadi. Nggak usah dipikirin. Ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Bisa ke ruangan saya?" Shakanala mendahului Raina menuju ruangannya.

Aduh, Raina mau nolak tapi ini atasannya. Dituruti tapi produk barunya baru sebagian yang terdisplai.

"Hei, kamu mau di situ sampai kapan? Ayo!" Shaka berbalik memastikan Raina mengikutinya.

***

"Rain, mau makan di mana kita?" Kebiasaan Cika selalu tanya soal makan lima belas menit sebelum sif siang masuk area.

"Nggak tahu, Ka. Kamu aja, yang pilih. Tapi ingat jangan yang mahal, aku lagi di fase berhemat."

"Ya iyalah, gue juga belum gajian. Mi ayam sebelah es campur aja, ya? Deal?"

"Deal."

Perjalanan mereka ke area foodcourt sempat heboh karena si ASF tampan lewat dan makan di sana juga.

"Ka, dia ternyata orang yang sama."

"Yang kamu omongin tadi pagi? Serius?" Cika penasaran apa Raina bakal usaha lagi mendapatkan Shaka.

Raina pernah cerita soal cowok populer yang dia taksir waktu SMA. Cika sendiri baru yakin sepenuhnya kalau Shaka memang ganteng.

Pesanan mereka datang, aroma sedap dari ayam suwir bumbu rendang membuat fokus Raina teralihkan. Tak berbeda dengan Cika yang langsung mengambil suwiran ayam dengan sumpitnya.

"Kamu ada rencana mau nge-gebet dia lagi, nggak?" Pertanyaan Cika membuat Raina bingung.

"Nggak tahu, Ka. Mana mau dia sama aku yang kayak begini?"

"Hello, Raina yang sekarang kan, udah bukan si kutu buku yang cupu. Apa kamu amnesia?"

Raina tertawa mendengar reaksi sahabatnya itu. Mana suaranya kencang, dan mengundang perhatian banyak orang. Tak terkecuali Shaka yang baru saja menghabiskan minumannya. Tatapan mereka bertemu, Raina tersenyum kaku. Sedangkan Shaka cuma mengangguk dan pergi.

"Shaka nggak inget aku, tuh! Udah, lupain soal nge-gebet."

"Tapi kamu masih ingat omelan ortu tadi pagi, kan?"

Raina mengacak rambutnya. "Kenapa kamu ingetin soal itu, sih?"

Sejak putus dengan Dirga, orang tuanya makin sering menanyakan soal siapa pacar barunya. Kadang Raina berpikir dirinya seperti beban yang secepatnya harus keluar dari rumah. Memangnya gampang cari pacar? Terus apa gampang juga menikah?

"Rain, Shaka adalah solusi masalah kamu."

Raina tidak menduga kalau Cika punya ide ngawur yang pasti ditertawakan orang kalau ada yang dengar.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro