Chapter 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: OCTOPUS'S PROBLEM

Fandom: Twisted Wonderland

Pairing : Azul x Prefek (Straight)

Rating : M for safety (T+ actually)

Summary :

Ada kasus keracunan makanan di Monstro Lounge dan Prefek diminta menyelidikinya. Tapi yang menunggunya di sana rupanya ...?!

WARNING: Sensual Scene (don't read if you aren't comfortable with mature read), Fem Prefect, OOC.

-

Disclaimer: Twisted Wonderland belong to Disney. Art and Storyline belong to Yana Toboso

-

Chapter 3

-

Hasil yang kurang lebih sama mereka dapatkan dari suspek terakhir mereka. Seperti yang Yuu takutkan.

"Aku hanya sedang menikmati waktu bersantai di Mostro Lounge ketika tiba-tiba perutku sakit dan aku memuntahkan semua makananku, apa lagi yang kalian inginkan?"

"Hei, bukankah sudah aku bilang ini kemauan kepala sekolah?!" Deuce yang mulai tidak bisa mengendalikan diri malah langsung terpicu. "Kau tidak perlu berkata sekasar itu!"

"Mau apa kau, hah? Mau berkelahi di sini? Boleh saja! Aku sendirian cukup menghadapi kalian!" Senpai itu pun bukannya mengabaikan Deuce yang tersulut emosi, malah semakin tersulut karenanya.

Di pinggir semua ini, Yuu hanya bisa menghela napas. Diikuti Ace dan Grimm, sementara Jack hanya memerhatikan semuanya dengan ekspresi sangsi.

"Jadi bagaimana, nih, Prefek?" Ace berbisik kepada Yuu. "Kita tidak bisa mendapatkan apa-apa di sini."

"Sudah aku bilang kalau mencari di sini tidak akan banyak berguna," Grimm berkacak pinggang di kaki Yuu. "Ayo, kita cari ke tempat lain."

"Sebaiknya kalian tenangkan dulu Deuce sebelum—oi, Deuce, jangan mencari masalah di asrama ini!"

Jack berusaha melerai pertarungan yang akan terjadi, dibantu oleh Ace yang separuh hati melerai keduanya. Yuu hanya bisa menggerutu kesal karena penyelidikan mereka tidak membuahkan hasil.

Tiga suspek dan ketiganya menunjukkan hasil yang sama saja: mereka bertiga ada di Mostro Lounge, menikmati menu yang tersedia, lalu tiba-tiba merasakan sakit. Tidak ada yang aneh dari pengakuan semua korban ini. Semuanya mengarah ke Octavinelle sebagai tersangka utama.

"Apa boleh buat." Yuu menghela napas. "Sepertinya memang pelakunya adalah—

"Kau mengambil kasus ini tanpa tahu apa-apa?"

Kata-kata Riddle bergema di benak Yuu. Kata-kata lain pun bergema.

"Semoga beruntung."

Riddle dan Ruggie. Yuu terbelalak dan tersadar. Dia memang tidak tahu apa-apa. Dia hanya tahu sebatas apa yang diberikan oleh Crowley.

"Tunggu sebentar!" Yuu memekik kaget, tanpa sadar terlalu keras dan menghentikan perselisihan. Grimm sampai mendesis saking kagetnya. Seluruh bulu di tubuhnya berdiri dan ia menjauh dari Yuu.

Tapi gadis itu tidak mengindahkannya dan langsung membuka berkas yang dibeirkan Crowley. Berkas itu telah berubah kumal dan lecek dalam satu hari karena telah dipindah tangankan dan diperlakukan sedemikian rupa oleh banyak orang, tapi tulisan di kertas itu masih terbaca dengan jelas.

Terutama tanggal kejadian. Tanggal ketika anak-anak itu masuk ke klinik.

Tanggal mereka bertiga memang ganjil. Masing-masing memiliki selisih tiga hari. Yuu mengamati suspek terakhirnya. Seorang demi-human bertelinga rubah. Badannya kekar dan penuh otot. Penampilan itu sempat membuat Yuu terintimidasi, oleh ketakutan dan prasangka. Tapi kini ketakutannya lenyap. Hanya ada prasangka dan rasa curiga.

"Aku akan pergi menemui Ruggie-Senpai!" Yuu menyampaikan kepada teman-temannya dan langsung berlalu. Grimm berteriak dan berlari mengikutinya, sementara teman-temannya yang lain melongo di belakang.

-

"Ruggie-Senpai!"

Ruggie rupanya masih ada di ruang cuci baju dan mulai menjemur berbagai macam kain. Pemuda itu sedikit kaget saat dipanggil dengan nada kencang, tapi tidak berkata banyak setelahnya. Ia kembali sibuk mencuci.

"Ada apa?" tanya Ruggie tenang. "Kalau kau mau meminta info, kau harus siap dengan bayarannya. Tidak ada yang gratis di dunia ini."

Yuu yang berusaha memulihkan napas hanya bisa tertegun. Ia hampir melupakan kenyataan bahwa Ruggie dan Azul datang dari ketertarikan yang sama. Karena itulah Ruggie bisa bekerja paruh waktu di Mostro Lounge.

"Ya, saya memang butuh informasi." Yuu mengakui terang-terangan.

Ruggie tertawa, lalu berbalik. Seringai jahilnya muncul. "Dan apa yang bisa kau tawarkan? Informasi itu berharga, jadi aku rasa kau harus banyak berhemat bulan depan, lho."

"Pekerjaanmu di Mostro Lounge."

Ruggie terkikik geli. "Tidak akan kena, maaf saja," Ia mengedikkan bahu, lalu mengangkat satu kain dari bak cuci. "Kejadian ini aku yakin akan hilang sebelum ancamanmu itu bisa jadi kenyataan."

Yuu sedikit terkejut. Kejadian ini akan hilang, entah Ruggie sengaja mengatakannya untuk membanggakan posisinya ataukah....

"Ah."

Telinga Yuu berjingkat ketika Ruggie menunjukkan gelagat yang sama. Rupanya Ruggie tidak sengaja membocorkannya.

"Hoho...." Yuu membalas senyum Ruggie di balik punggungnya. "Apa ini artinya, masalah ini sebenarnya tidak begitu besar?"

Ruggie terdiam kali ini. Ekornya turun, tidak bergoyang seperti tadi.

"Jangan-jangan seperti dugaanku, masalah ini sebenarnya bukan berasal dari Mostro Lounge."

Bahu Ruggie turun ketika pemuda itu menghela napas. Dengan jengkel, sang demi-hyena menolehkan separuh wajahnya kepada Yuu. "Kenapa kau tidak bertanya ke Riddle-kun saja? Aku yakin dia mau membantumu dengan biaya yang lebih sedikit, kan?"

"Saat ini Senpai yang lebih dekat." Yuu menjawab dengan jujur. Tersenyum tulus untuk pertama kalinya dalam hari ini. "Dan aku memang merasa ada yang ganjil dari semua ini."

"Kalau begitu lakukanlah dengan lebih becus." Ruggie menggerutu. "Mostro Lounge tutup, jadi biaya informasiku akan berlipat-lipat ganda."

"Tutup?" Yuu terlonjak. Perasaan ganjil itu semakin bercokol di dasar hatinya. Azul bukan tipe orang yang akan mundur dan menutup Mostro Lounge hanya karena kecelakaan seperti ini. Jika sampai Mostro Lounge tutup, artinya.... "Apa yang terjadi dengan...."

Ruggie diam. Dia mengabaikan Yuu terang-terangan dengan menjemur semua pakaian itu, membiarkan angin hangat Savanaclaw yang dirancang mirip negeri Afterglow Savannah mengeringkan mereka.

Gratis. Informasi tadi gratis untuknya. Tapi tidak ada lain kali.

Yuu memutar otak. Ia melihat sekeliling, mencari-cari apa saja yang bisa ia jadikan penawaran. Mungkinkah ia harus bekerja sebagai asisten Leona lagi?

Tapi pikiran Yuu tidak bisa fokus. Kenyataan yang membuatnya merasa tolol karena sudah mempertanyakan firasatanya sendiri menghantamnya bertubi-tubi. Ia memaki ketololannya sendiri dan keraguannya memercayai prinsip kuat Azul Ashengrotto, tidak peduli seberapa berbahaya dan ambigunya moral dari ketua asrama Octavinelle itu.

"Kalau kau mencari siswa ini, dia sedang kebagian tugas untuk merawat landak-landak di lapangan kriket hari ini." Kata-kata Riddle kembali bergema. "Sudah jelas itu hukuman baginya, kan?"

Hukuman. Riddle tidak akan memberikan hukuman tanpa adanya pelanggaran. Dan jika tidak ada isu besar yang terjadi tanpa Ace dan yang lain dengar, artinya hukuman itu terkait masalah yang lebih personal. Apa lagi masalah yang lebih personal menyangkut Octavinelle selain ... kontrak emas Azul.

Pemuda Heartslabyul itu mengikat perjanjian dengan Azul.

Perasaan mengganjal itu berubah menjadi firasat tak enak yang memberatkan dada. Kenyataan bahwa Mostro Lounge tutup karena perkara ini juga tidak membuat segalanya bertambah baik.

Kasus keracunan. Tiga korban. Mostro Lounge ditutup.

Azul.

Kemudian kain putih yang berkibar tepat di depan wajah Yuu membuatnya terperanjat dan membeku. Kaget selama sesaat. Pikirannya buyar. Ruggie mengibaskan kain basah itu tanpa memedulikan sekitar, hampir seolah menganggap Yuu tidak ada. Pemuda itu dengan santainya menjemur, sembari sesekali bersenandung dengan suaranya yang fals.

Yuu memandangi sekeliling, melihat begitu banyak kain yang harus dicuci oleh Ruggie dan diam-diam mengagumi pemuda itu. Pikirannya tenang seiring angin yang berembus, membawa ketenangan yang tidak ia rasakan di Heartslabyul. Melihat kain-kain itu sekali lagi dengan pikiran yang tenang, Yuu menemukan ide.

Ia tahu apa yang harus dilakukan.

"Ruggie-Senpai." Yuu memanggil lagi, tapi kali ini Ruggie bahkan tidak menoleh. "Aku punya penawaran."

Ruggie berdecak tapi masih tidak mengindahkan Yuu. "Kalau kau mau mengambil alih pekerjaanku di Mostro Lounge, sebaiknya kau pergi."

"Ah, kau membacaku." Yuu berpura-pura sakit hati. "Meski aku mau melakukannya dengan gratis?"

"Oi!"

Obrolan mereka dikagetkan dengan kemunculan Grimm secara tiba-tiba. Kucing itu langsung melompat ke pundak Yuu dan mengomel tepat di telinganya.

"Apa maksudmu bekerja? Aku tidak mau ikut-ikutan bekerja di tempat itu lagi!" Grimm mengomel.

"Jangan khawatir, Grimm." Yuu membelai telinganya. "Kali ini hanya aku yang akan pergi."

"Eh? Kau? Memangnya kau bisa apa?" Grimm bertanya sangsi.

"Banyak hal." Yuu sengaja membesarkan suaranya. "Dan aku rela menggantikan Ruggie-senpai tanpa dibayar jika dia mau bekerja sama. Semua upah nanti untuknya."

Grimm langsung jijik seketika. "Kau ini ... apa kau salah makan pagi tadi? Kenapa kau jadi berusaha keras untuk gagak tua itu?"

Yuu hanya tersenyum membalas Grimm, namun di ekor matanya, ia menyaksikan telinga Ruggie tegak dan pemuda hyena itu pun menoleh. Lengkap dengan wajah yang penasaran, tapi tetap waspada.

"Apa maksudmu?" Ruggie bertanya. "Kau serius dengan penawaran gratis itu?"

Yuu tersenyum penuh arti, lalu mulai menjalankan rencana kecilnya.

-

"Oi, kau yakin mau ke Octavinelle lagi?" Grimm bersuara ragu di kakinya. "Aku tidak mau menghabiskan waktu satu menit pun di sana, lho!"

"Aku yakin, Grimm." Yuu meyakinkan. "Aku sudah berjanji dengan Ruggie-Senpai dan kita sudah menanyai semua orang tanpa hasil yang jelas, kan? Ini tinggal jalan satu-satunya."

"Kau ini...." Grimm berdiri dan berkacak pinggang. "Padahal bisa menyuruh yang lain saja dan kita tinggal nikmati hasilnya. Toh, kita sudah tahu kebenarannya dan tinggal menyampaikan saja kepada kepala sekolah."

Kebenaran, Yuu membatin.

Grimm tidak sepenuhnya salah. Mereka sudah mendapatkan kebenaran yang mereka mau, atau setidaknya sedikit petunjuk mengenai hal itu.

"Dua anak itu dihajar habis-habisan oleh Leona dan yang lain saat ketahuan sudah membuat kontrak dengan Azul-kun," Ruggie menjelaskan. "Dan aku juga memberi mereka ekstra pelajaran karena sudah membuat upahku dipotong karena hari libur ini."

Tanggal dan kejadian itu terjawab sudah.

Mereka adalah anak-anak yang mengikat kontrak dengan Azul tapi tidak mau membayar harganya.

Karena itulah Riddle menghukum anak itu.

Lebih dari itu, mereka malah mengkonfrontasi Azul balik dengan membuat imej Mostro Lounge jadi memburuk dan membuat Azul menjadi sorotan kepala sekolah, lagi.

Yuu mengira Leech bersaudara tidak akan diam saja soal hal ini, tapi mungkin ia mengira terlalu jauh. Biar bagaimanapun, dua bersaudara itu memang sulit ditebak.

Misteri yang tersisa sekarang adalah kenapa Azul menutup Mostro Lounge sementara dan kenapa ... anak-anak itu tidak mendapatkan konsekuensi akibat pelanggaran kontrak mereka? Saat itu Deuce dan kawan-kawan mereka saja dipaksa bekerja di Mostro Lounge karena tidak bisa memenuhi kontrak, kenapa tiga orang ini tidak dipaksa seperti sebelum-sebelumnya?

Jelas saja ada yang aneh di sini.

"Kau malah meminta Jack dan yang lain pulang." Grimm melanjutkan gerutuannya. "Aku akan paksa Jack untuk ikut jika jadi kau. Setidaknya tubuhnya bisa digunakan untuk melawan belut-belut aneh itu."

Yuu tidak bisa membantah. Tidak membawa siapa pun bersama mereka kali ini memang berisiko. Jauh lebih besar daripada jika mereka membawa bantuan. Tapi ia merasa ini harus diselesaikan oleh dirinya sendiri. Jika memang ia butuh bantuan, ia bisa minta bantuan kepada Jade dan Floyd—meski kemungkinannya kecil sekali mereka mau membantu.

Setidaknya ia tidak dibantu oleh orang-orang yang tidak percaya pada Azul.

Yuu menghadap ke depan, ke arah cermin asrama Octavinelle. Cermin dengan ornamen bertema lautan khas sang penyihir laut sang muse utama asrama ini. Beberapa tanaman dank oral menghiasi pinggiran cermin raksasa seukuran tubuh itu. Sementara warna kaca dan aura yang bersinar dari sana menggambarkan jiwa para penghuni asrama Octavinelle: warna biru gelap yang berputar seperti kedalaman lautan. Dingin, misterius, dan siap menarik siapa pun yang lengah untuk tenggelam sampai mati.

"Aku tidak mau ikutan kalau ini berbahaya, lho." Grimm mengancam lagi. Kali ini lebih serius.

Yuu mengangguk mantap, sudah mengira akan mendapat jawaban itu dan tetap menyanggupinya. "Kalau aku tidak kembali dalam satu menit, kau boleh kembali ke asrama duluan, Grimm."

"Oi, kau mau meninggalkan tuanmu, Grimm-sama yang hebat ini, sendirian di asrama?" Grimm memberengut marah. "Pelayan macam apa kau ini?"

"Ada beberapa kaleng tuna di kulkas." Yuu dengan cepat menyampaikan. "Minta tolong pada para hantu untuk memberitahu tempat penyimpanannya. Mereka akan membantu."

"Eh, benarkah?" Mata Grimm langsung berbinar-binar. "Kalau begitu, aku akan langsung pergi dan menanyai mereka!"

Dengan seulas senyum, Yuu mengantar kepergian Grimm yang langsung lenyap dari aula cermin dengan cepat. Bahkan tanpa menoleh ke belakang.

Gadis itu berbalik kembali ke arah cermin, memerhatikan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki, berharap tidak ada cacat dalam penampilannya, dari mulai rambut sampai ujung celana dan sepatu mengilapnya.

"Yosh!" Ia mengangguk puas, lalu dalam satu tarikan napas, ia pun melangkah masuk ke dalam cermin menuju bawah laut, tempat asrama Octavinelle berada.

-

-

A/N:

Sisa dua chapter lagi dari target. Kekejar gak, ya? Huhuhuhu

Jangan lupa reviews, favorites, dan follows, buat kalian yang baca ini di FFN

Vote dan komen bagi kalian yang baca ini di wattpad.

See you next chap!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro