Chapter 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: OCTOPUS'S PROBLEM

Fandom: Twisted Wonderland

Pairing : Azul x Prefek (Straight)

Rating : M for safety (T+ actually)

Summary :

Ada kasus keracunan makanan di Monstro Lounge dan Prefek diminta menyelidikinya. Tapi yang menunggunya di sana rupanya ...?!

WARNING: Sensual Scene (don't read if you aren't comfortable with mature read), Fem Prefect, OOC.

-

Disclaimer: Twisted Wonderland belong to Disney. Art and Storyline belong to Yana Toboso

-

Chapter 4

-

Salah satu keuntungan dari berada di Night Raven College, setiap murid bisa memasuki wilayah yang berbeda, merasakan pengalaman yang berbeda seperti berada di belahan dunia yang lain. Setelah ada di Savanaclaw yang kering, Yuu dihadapkan pada aula transparan dari asrama Octavinelle yang berada di bawah air. Dari dalam kubah aula, bendera asrama Octavinelle berkibar di salah satu menara yang tampak seperti istana.

Anak-anak Octavinelle tidak banyak yang ada di luar ketika Yuu masuk. Jam di aula utama pun menunjukkan jam petang, seharusnya hampir waktunya bagi Mostro Lounge untuk buka. Di saat seperti ini, biasanya aula Octavinelle akan dipenuhi oleh anak-anak Octavinelle yang turut membantu Lounge.

Sekarang situasi di Octavinelle sendiri sepi.

Yuu berjalan pelan di tengah lorong transparan yang lebih mirip terowongan bawah laut. Anak-anak Octavinelle yang berjumpa dengannya tidak menyampaikan satu patah kata pun. Mereka bahkan terkesan tidak peduli dan menganggap seolah Yuu tidak ada. Hingga tanpa masalah, Yuu sampai ke Mostro Lounge yang memang ditutup.

Yuu mengetuk dengan pelan dua pintu ganda yang menjadi gerbang Mostro Lounge.

Awalnya tidak ada jawaban, tapi lamat-lamat, Yuu mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari seberang pintu. Kemudian sepasang pemuda identik menyapanya. Rambut aquamarine mereka tampak mencolok di luar, tapi di suasana lautan Octavinelle, mereka justru tampak berbaur dengan sempurna.

"Ah, koebi-chan!" Floyd, sang kembar yang lebih tinggi, menyapa dengan seringai lebar. "Selamat datang. Tapi maaf, kami tutup hari ini."

"Oya, Prefek, ada apa ke sini selarut ini?" Jade menelengkan kepalanya sedikit. "Sayang sekali, seperti yang dikatakan oleh Floyd, Mostro Lounge sedang tidak buka hari ini—

"A-anu, bukan itu." Yuu menyanggah dengan halus. "Aku ke sini untuk...."

Yuu mengeluarkan berkas yang ia bawa dan menyerahkannya kepada Jade selaku wakil ketua asrama. Jade melihat kertas itu dan tersenyum platonis: senyum yang biasa ia berikan untuk orang-orang tanpa bisa ditebak apa maksud dari senyuman itu.

"Kami sudah mendengar hal ini." Jade mengembalikan kertas itu kepada Yuu. "Tapi aku tidak menyangka Prefek sendiri yang akan ke mari."

"Cih, kasus membosankan itu." Floyd cemberut. "Melihatnya saja sudah membuatku kesal." Ia lantas melirik Yuu dengan tatapan aneh.

Floyd Leech lantas menyeringai.

"Nee, Koebi-chan," Floyd mencondongkan badannya ke arah Yuu. "Kalau kau kemari untuk mengganggu kami untuk perkara kasus itu, aku akan mencekikmu lho."

Yuu meremas kertas itu di tangannya. Berhadapan langsung dengan dua orang yang tingginya hampir dua meter dengan masing-masing pandangan meremehkan dari keduanya, bukan hal yang mudah dihadapi, meski ini bukan kali pertama mereka bertemu. Mereka pernah bertemu di situasi yang lebih buruk dari ini, jadi seharusnya Yuu tidak perlu khawatir.

"Ya, aku memang ke sini untuk membahas kasus ini."

Kedua Leech bersaudara menyeringai senang—dengan kabut gelap memayungi wajah mereka.

"Kalau begitu...." Floyd mengulurkan tangan, pastinya bukan untuk maksud yang baik. Yuu tidak akan ragu Floyd akan berbuat kasar sekalipun tahu dirinya perempuan.

"Dengan Azul-senpai."

Tangan Floyd berhenti di udara. Senyum Jade memudar.

"Huh?" sahut keduanya berbarengan, kebingungan di saat yang sama.

"Aku memang ingin membicarakan kasus ini." Yuu memperlihatkan kertas-kertas itu lagi. "Tapi dengan Azul-senpai."

Jade dan Floyd lantas tersenyum bersamaan. Floyd menjatuhkan tangannya ke pundak Yuu.

"Koebi-chan, kenapa tidak bicarakan apa pun yang ingin kau bicarakan dengan Azul itu di sini?"

"Benar sekali." Jade menimpali. "Kami siap mendengarkan kapan pun keluhanmu untuk Azul."

Pegangan Floyd pada pundak Yuu semakin kuat, tapi Yuu tidak gentar.

"Aku bukan datang ingin mengeluh!" Yuu bersuara keras. Jauh lebih keras daripada dugaannya. Sampai dua bersaudara Leech pun terperanjat karenanya. Dalam keadaan masih kaget, keduanya lantas tertegun ketika Yuu menatap mereka balik tanpa rasa takut sama sekali di matanya. "Aku bukan datang untuk menuduh Azul-Senpai ataupun kalian!"

"Eh?" Floyd menelengkan kepalanya, bingung. "Kalau bukan untuk menuduh, untuk apa kau datang ke mari? Sebaiknya jangan buang-buang waktuku, aku sedang tidak mood."

"Yare, yare, Floyd. Jangan begitu." Jade tampak membela Yuu, meski pada kenyataannya, ia berpihak pada Floyd. "Biar bagaimanapun, Prefek adalah pelanggan kita. Yah ... calon, mungkin lebih tepatnya."

Yuu tetap tidak gentar. Justru keberadaan keduanya di sini tanpa ada Azul meski dirinya sudah memubuat keributan, membuat kecurigaannya bertambah parah.

"Azul-Senpai...." Yuu meremas kertas di tangannya sekali lagi, kali ini tanpa sadar. "Apa dia baik-baik saja?"

Yuu menundukkan kepala. Kekhawatiran membebaninya.

"Ano nee, Koebi-chan, kau sedang berhadapan dengan kau-tahu-apa, lho," Floyd kembali bicara. "Kau tidak takut pada keselamatanmu sendiri? Kenapa kau malah bertanya soal Azul? Dia, kan tidak mungkin celaka di asramanya sendiri."

Yuu tidak bisa menjawab. Di situasi normal, mungkin wajahnya akan menghangat dan bersemu merah. Tapi ketika kekhawatirannya seperti ini, ia tidak bisa bicara banyak. Tidak bisa bicara apa pun selain menunduk.

"Jika memang tidak diizinkan...." Tapi Yuu juga bukannya pemaksa. "Setidaknya sampaikan...."

"A~h, tidak mau!" Floyd berujar malas, terdengar langkah menjauh dan Yuu pun mendongak. Dua bersaudara Leech sudah menyingkir dari pintu. Jade bahkan membukakan pintu lebih lebar untuknya. "Itu merepotkan. Sampaikan saja sendiri pada Azul!"

Ditinggalkan dalam keadaan melongo, Yuu hanya bias terbengong di pintu masuk Mostro Lounge yang sepi tanpa ada satu pun pegawai. Benar-benar kosong dan hanya ada Jade serta Floyd.

"Oya, Floyd, tidak sopan meninggalkan tamu di pintu masuk, lho."

"Kau saja yang mengurusnya, Jade." Floyd berkata sambil lalu. "Aku sedang mau membuat makan malam."

Jade tersenyum simpul. "Aku tidak sabar menantikan menu malam ini."

Sementara Yuu bengong, Jade melirik ke arahnya.

"Kau sepertinya punya bakat membolak-balikkan emosi seseorang, Prefek." Sang wakil ketua asrama Octavinelle tertawa pelan. "Andai aku punya bakat seperti itu. Aku iri padamu yang bisa membuat Floyd berubah-ubah seperti ini. Menghibur sekali."

Yuu hanya bisa tertawa maklum, karena ia tidak merasa itu sebuah pujian.

"Ngomong-ngomong...." Jade menunduk sedikit, melepaskan topiya. "Selamat datang di Mostro Lounge yang sedang libur hari ini."

Yuu mengangguk pelan dan melangkah masuk. Baru beberapa langkah ia masuk ke dalam tempat makan yang biasanya tampak elegan itu, pintu berdebum tertutup di belakangnya.

"E-eh?!" Yuu memekik, namun sebuah lengan yang kokoh menopang punggungnya.

"Jangan takut." Suara Jade berbisik di telinganya. Mata keemasan dari Leech itu berpendar dalam kegelapan. "Akan aku antar kau kepada Azul. Mari, lewat sini."

Yuu menelan ludah dengan gugup. Makhluk dari laut dalam yang suka sekali menarik orang-orang dan menenggelamkannya: para merpeopla. Ia hanya berharap kali ini tidak menjadi santapan merpeopla bersaudara ini. Ia dengar belut moray itu karnivora.

.

Yuu mengira akan diantarkan ke VIP Room seperti biasa. Kunjungan terakhir dirinya dan bertemu dengan Azul ada di ruangan itu. Namun rupanya kali ini ia tidak akan ada di sana. Jade dan dirinya justru melewati VIP Room dan jauh lagi, menyeberangi lorong besar nan terang yang baru kali ini ia temui di Octavinelle.

Bagian yang hanya dihuni oleh para penghuni asrama Octavinelle sendiri. Bukan untuk orang luar seperti dirinya.

"Err ... Jade-Senpai?" Yuu bertanya ragu-ragu. "Sebenarnya kita mau ke mana?"

"Azul tidak mau ruang kerjanya terganggu, jadi ketika semua ini terjadi, ia mengambil tindakan paling logis dan dasar yang seharusnya diambil pemimpin mana pun." Ketika cahaya akhirnya kembali menyinari lorong, sang wakil Octavinelle menolehkan separuh wajahnya, tepat ke arah matanya yang bersinar. "Mengamankan dirinya sendiri."

"Mengamankan diri sendiri?" Yuu membeo, kemudian sadar sesuatu dalam kalimat itu. Ia pun bergegas menyamai langkah Jade yang tidka berhenti. "Jadi memang terjadi sesuatu pada Azul-senpai? Apa dia baik-baik saja?"

Jade tercengang. "Prefek....?" Kemudian ia tersenyum. "Aku menduga kau akan menghina Azul atau semacamnya. Aku lupa kadang kepalamu hanya berisi udara saja."

"Ha-hah?" Yuu berhenti di tempat, membuat Jade sekali lagi memimpin jalan, bahkan kali ini lebih jauh. "A-apa maksudnya itu, Jade-senpai?"

Namun Jade tidak menjawab. Sang wakil ketua asrama hanya terus diam, sembari membimbing Yuu melintasi lorong indah berhiaskan pemandangan bawah laut di asrama Octavinelle tanpa banyak bercakap ataupun bersenda gurau.

.

Jade berhenti di sebuah pintu di ujung lorong Octavinelle. Tempat yang paling terpencil di asrama. Pemuda itu segera berbalik dan menghadap Yuu. Ia menunduk sedikit, mempersilakan Yuu mengetuk pintu itu.

"Silakan."

Yuu menyadari nada bicara Jade yang berubah. Suaranya memelan sampai seperti bisikan. Degup jantung Yuu naik satu detak. Jelas ada yang salah di sini. Menunduk, Yuu melihat beberapa tetes noda hitam terlihat dari balik pintu kamar yang tertutup.

Yuu mengamati pintu yang tertutup itu. "Jade-senpai, jangan-jangan ini...." Pertanyaan Yuu terputus di tengah, tertelan oleh suara dan senyum konfirmasi dari Jade.

Menoleh ke kamar itu, Yuu pun memberanikan diri. Ia berdiri menghadap pintu itu dan mulai mengetuk.

"Azul-Senpai?"

Tidak ada jawaban. Ia melirik Jade yang masih terdiam. Sepertinya ia tidak melakukan sesuatu yang salah. Yuu lantas mengetuk sekali lagi. Tiga kali.

"Azul—

Pintu membuka kencang dari dalam. Sebelum Yuu sempat menyelesaikan panggilannya. Kegelapan langsung datang menyelimuti Yuu dan yang terakhir kali Yuu lihat adalah tentakel-tentakel hitam yang menyerbu keluar dari balik pintu, seperti monster yang keluar dari balik segel.

Kemudian pintu berdebam tertutup rapat.

.

.

A/N:

OH TIDAKKKK!!!

Apa yang bakal terjadi sama Yuu kira-kira? Saksikan Chapter depan! Psst ... saya harus kasih warning untuk chapter depan, takutnya saya kebablasan. Hihihi.

Jangan lupa favorites dan review kalian jika baca di FFN.

Jangan lupa vote dan komen jika kalian baca ini di wattpad.

See you next chap!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro