OTY 02. Malam Bersama Ode

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

P L A Y L I S T

Hujan di Balik Jendela  by SENANDUNG

Muram langit malam ini, berjatuhan ribuan kenangan, malam seketika bisuSENANDUNG






Dahulu, depan rumahnya ada sebuah lapangan sebelum beralih fungsi menjadi rumah. Di lapangan kecil itu, Yerisha kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya bermain dengan teman sebayanya.

Yerisha ingat di antara temannya ada anak laki-laki jahil yang sering mengganggu Yerisha. Anak laki-laki itu suka menganggu Yerisha, tiba-tiba mengganggu saat Yerisha dan anak perempuan lain bermain rumah-rumahan. Anak laki-laki itu hobi menaruh lumpur di wajah Yerisha.

Yerisha sering dibuat menangis oleh anak itu tapi tetap saja pada akhirnya Yerisha akan bermain dengannya lagi. Walau menyebalkan, anak itu humoris dan menghiburnya saat sedang sedih.

Sedari dulu, Yerisha paling benci cerita horor.

"Hei, Yer. Kamu nggak takut? Hari sudah gelap loh."

"Memang kalau gelap kenapa?" tanya Yerisha kecil santai sambil berjongkok mencari si manis di kolong bangku taman, kucing belang yang biasa nongkrong di taman. Padahal Yerisha sudah membawakan si manis roti, tapi sejak tadi kucing belang itu tak terlihat di manapun.

"Kalau gelap waktunya hantu dan monster keluar."

Monster? Hantu? Sebenarnya Yerisha tak percaya. Tak percaya tapi bulu kuduknya berdiri, merinding.

"Kalau kamu mau tetap di sini ya udah. Nggak apa-apa. Aku mau pulang aja. Aku nggak mau dimakan hantu atau monster," jawab anak laki-laki itu berdiri sambil mengibas-ngibaskan debu yang menempel di celananya.

Yerisha memeriksa keadaan sekitar yang sudah sepi. Di taman hanya ada dirinya dan anak laki-laki itu. Teman-temannya yang lain sudah pulang semenjak sepuluh menit lalu.

"Ih ikut!!!!!!!" pinta Yerisha kecil segera berlari mengikuti anak laki-laki itu. Dia takut juga kalau hantu atau monster sungguh muncul di depannya.

Sial! Kenapa aku malah ingat kenangan masa lalu. Kenangan sama cowok itu lagi, keluh Yerisha dalam hati sembari membuka matanya perlahan.

Listrik di perumahannya masih mati. Biasanya, saat mati lampu papa akan menghidupkan genset, masalahnya hanya ia dan Ode di rumah. Ode yang terbilang masih baru di rumah itu tak mengetahui dengan pasti di mana papa meletakkan genset. Mau menelepon tapi sudah malam. Sebatang lilin akhirnya dipilih untuk menerangi kamar itu karena kemungkinan listrik akan hidup kembali masih lama. Di luar hujan mulai deras, dan mungkin bapak-bapak petugas PLN sedang berjuang membetulkan aliran listrik yang terputus di tengah hujan.

Yerisha mengubah posisi tidurnya, menyamping ke arah pintu kamar yang sengaja dibiarkan terbuka.

"Ode udah tidur?" tanyanya pelan pada sosok pemuda yang menggelar karpet di sisi ranjang, berdekatan dengan pintu dan tidur di sana.

Yerisha masih merasa takut walau tahu monster tak ada, hanya ada di film saja. Tapi makhluk tak kasat mata seperti hantu kan ada, ditambah lagi suara burung hantu milik pak RT yang bernama Odet, membuatnya merinding. Yerisha tak mengerti sih mengapa pak RT memilih burung hantu sebagai peliharaan, padahal suara Odet saat malam hari terdengar mengerikan. Katanya kalau mendengar suara burung hantu adalah sebuah pertanda hal buruk terjadi. Lalu sebuah permintaan meluncur dari bibir Yerisha, meminta Ode menemaninya sampai tidur, di kamarnya. Jelas Ode terkejut bukan main mendengar permintaannya.

"Yer, menurutku yang menakutkan itu bukan hantu atau monster," ucap pemuda itu sebelum menjawab permintaan Yerisha.

"Manusia. Manusia itu lebih menakutkan dari hantu atau monster."

Yerisha nggak begitu paham maksud Ode. Dia cuma terdiam sambil memandangi wajah pemuda yang bisa dibilang tampan itu saat terkena pantulan sinar dari senter ponsel milik pemuda itu.

"Kamu yakin mau ditemani? Manusia lebih menakutkan loh, Yer."

Pada dasarnya Yerisha memang tak paham ucapan Ode. Dengan ringan ia mengangguk, membuat Ode menghela napas lalu menjawab. "Aku ambil karpet dulu."

Begitulah ceritanya sampai akhirnya Ode menemaninya tidur. Yerisha di atas ranjang sementara Ode di karpet dengan selimut dan bantal yang ia bawa dari kamarnya.

"Ode, udah tidur belum?" panggilnya sekali lagi.

"Hmmmm," gumam Ode dengan mata terpejam.


"Aku nggak bisa tidur."

Ya terus Ode harus gimana Yerisha? Membacakan dongeng sebelum tidur?

Ode malah terjaga karena Yerisha terus memanggil namanya. Sejujurnya ia senang Yerisha memanggilnya tapi di sisi lain ia berharap Yerisha segera tertidur, sehingga ia bisa meninggalkan kamar itu.

"Sampai kapan listriknya akan padam ya, De?" tanya Yerisha menarik selimut sampai dada. "Hujan dan listrik padam, kombinasi yang menyebalkan. Aku jadi nggak bisa tidur."

Sementara itu di bawah sana, Ode membuka matanya lebar-lebar. Menatap langit-langit yang minim pencahayaan itu. Kalau Yerisha kesulitan tidur saat hujan dan listrik padam, maka Ode sebaliknya. Hujan dan listrik padam malah membuatnya mudah jatuh terlelap. Sekarang Ode saja mulai menguap, tanda kantuk mulai menyerang.

"Ode," panggilnya sekali lagi, bangun dan merangkak ke sisi ranjang tempat Ode berada. Yerisha melongokkan kepalanya ke bawah, bertatapan dengan Ode yang belum tidur sesuai dugaannya.

"Menurutmu kapan listriknya akan nyala?"

"Mau kutelponin PLN nggak? Tanya sama mereka yang lebih tahu."


Yerisha menghela napas. "Benar juga harusnya aku nggak tanya sama kamu. Buang-buang energi saja."

"Nah lebih baik kamu tidur saja daripada membuang energi untuk ngomong sama aku," pinta Ode kembali memejamkan mata,"aku tidur duluan ya, Yerisha." Ode memiringkan tubuh, memunggungi Yerisha, mencoba untuk tidur.

"Ode kamu kok tidur?"

"Udah malem, Yer. Sana tidur."


"Ish, menyebalkan," keluh Yerisha kembali merebahkan diri ke atas ranjang lalu membungkus tubuh dengan selimut tebalnya.

Ode, pemuda itu membuka matanya kembali, menatap ke arah pintu yang terbuka.

Ode menegakkan tubuh, malah ia yang kesulitan tidur. Saat ia menoleh ke atas ranjang, Yerisha gadis yang berstatus sebagai adiknya itu tampak tertidur pulas. Padahal beberapa menit lalu ia mengeluh tak bisa tidur, tapi kini gadis itu tertidur dengan pulas.

Kedua sudut bibir Ode tertarik ke atas."Kamu berisik ya kalau sedang terjaga. Tapi kalau sedang tidur mirip bocah."


Ya bocah, bocah yang lebih takut pada monster yang tak real dibandingkan manusia berjenis kelamin laki-laki yang bisa saja khilaf.

Yerisha yang sedang terlelap membuat Ode buru-buru memberesi karpet, bantal dan selimut.

"Selamat malam, Yerisha. Jangan takut sama hantu dan monster lagi ya," ucap Ode sebelum menutup pintu kamar Yerisha.

***

"Yerisha! Yerisha! Yerisha!!!!" Panggilan Saelin yang bagai TOA masjid membuat tidur nyenyak Yerisha terganggu.

Saelin yang terduduk di sisi ranjang memukul-mukul ranjang, menimbulkan suara berisik agar Yerisha bangun.

"Apa sih, Roseanne????" keluhnya kesal, terpaksa terbangun dengan mata setengah terbuka dan rambut acak-acakan.

"Helo Yerisha ini jam berapa? Kenapa masih molor?" ledeknya menunjukkan jam di ponsel pintarnya yang menunjukkan setengah 9 pagi.

"Bodo ah. Aku mengantuk. Mau tidur lagi."

Saelin gemas dan kembali buka suara. "Yerisha kalau saat ini kamu di rumahku kujamin kamu the end sama ocehan mamaku."

Yerisha terkikik. Untungnya ia bukan salah satu putri keluarga om nya itu. Tantenya memang cerewet dan mendidik semua putrinya agar jadi perempuan yang bisa diandalkan.

Sementara dia? Hanya gadis  manja yang lebih suka rebahan di kasur saat senggang.

"Yerisha! Kalau kamu nggak bangun sekarang juga, aku akan suruh kak Ode makan semua makanan dari mama," ancam Saelin gemas. Dia sudah bela-belain membawakan sarapan untuk Ode dan Yerisha yang hanya berdua saja di rumah. Mamanya khawatir Yerisha dan Ode akan melewatkan sarapan karena Yerisha nggak bisa masak.

Yerisha langsung terjaga, dan menegakkan tubuh ketika mendengar nama Ode disebut. Ia segera merangkak ke sisi ranjang dan melongokkan kepalanya ke bawah, tempat semalam Ode menemaninya tidur.

"Loh Ode mana?"tanyanya bingung tak menemukan jejak Ode di bawah sana. Karpet, bantal dan selimut cowok itu juga tak ada.

"Ngapain nyari Kak Ode di sana? Orang kak Ode di bawah lagi nyiram tanaman."

"Ode semalam tidur—" Yerisha menghentikan kalimatnya saat melihat raut curiga di wajah sepupunya.

"Yer, jangan bilang kak Ode semalam tidur di kamar ini?" Saelin begitu cepat tanggap mengetahui hal yang disembunyikan oleh Yerisha.

Cengiran Yerisha membuat Saelin membulatkan mata.

"Are you crazy, Yerisha?"

-to be continued-




Saelin bakalan sering nongol jadi jangan bosen dengan eksistensinya ya ^^

Kalau kalian ngeh sih, ada bagian yang kuubah hehehe.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro