OTY 03. Liburan (Katanya)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


P L A Y L I S T

Satu NotasiHyndia

Jika sebuah lagu hanya satu notasi
Maka tak ada nada yang sumbang
Jika sebuah lagu hanya satu notasi
Maka tak akan ada hidup yang bergelombangHyndia


Yerisha diceramahi habis-habisan oleh Saelin setelah ketahuan semalam Ode tidur di kamarnya, ya walau Ode tidur di karpet dan dirinya di ranjang. Tetap saja Saelin marah besar.

"Aku tahu, Yer. Kamu tuh kadang tuh....hmmmm lola. Masih kayak bocah tapi....masa sih kamu nggak tahu...kalau dua manusia berbeda jenis kelamin nggak seharusnya tidur sekamar. Bahaya. Nanti terjadi yang nggak-nggak bagaimana?" Saelin memang lebih konservatif, mungkin bagi sebagian anak muda seumurannya, pikirannya itu kolot, ketinggalan zaman. Tapi, ia nggak peduli tuh.

"Terjadi yang nggak-nggak?"

Raut bingung Yerisha membuat Saelin mencubitnya dengan gemas. " Kamu setahun lebih tua dariku tapi hal seperti itu saja kamu nggak tahu? Sungguh terlalu."

Yerisha mengerucutkan bibir, sedikit kesal ketika pembicaraan menyangkut umur.

"Besok-besok jangan diulangi lagi. Walau kak Ode kakak kamu, sampai detik ini kamu aja masih ragu kan sama eksistensi kak Ode di keluargamu sebagai kakak."

Yerisha mengangguk, mengiyakan walau ada beberapa bagian dari kalimat Saelin yang tak ia mengerti.

"Ngomong-ngomong, minggu depan kan aku udah masuk buat jadi panitia ospek nih."

Mendengar kata OSPEK membuat tubuh Yerisha menegak. Dia ingat memiliki janji untuk mendokumentasikan Saelin selama menjadi panitia ospek. Ia terlanjur berjanji, padahal rebahan di kamarnya yang ber-AC lebih nikmat.

"Gimana kalau sebelum kita masuk kuliah, kita liburan dulu."

"Bukannya udah?"

"Liburan yang lebih menantang. Ngecamp di pantai gimana?"

Ngecamp di pantai? Ah Yerisha ingat, teman sekelasnya banyak yang upload foto sedang ngecamp di pantai. Sepertinya itu memang menjadi aktivitas yang sedang digandrungi.

"Memang boleh sama ortu kita."

"Boleh, pasti."

"Cuma berdua?"

"Enggaklah. Sama yang lain."

Yang lain di sini adalah sepupunya di keluarga besar Sagara yang kebetulan seumuran dan semua perempuan.

"Emang nggak bahaya gitu cuma cewek?"

"Siapa bilang cuma cewek? Ada cowoknya." Saelin menarik turunkan kedua alisnya sebelum menjawab."Kan ada kak Ode. Kalau ada kak Ode pasti diizinin deh sama Ortu."

"Hmmm." Yerisha mengerang malas, sebenarnya ia malas bepergian kalau saja Saelin tak mendesak.

Hingga akhirnya Yerisha menyerah dan meminta Saelin minta persetujuan Ode dulu.

"Tanya dulu sama Ode, mau nggak."

"Siap bos! Laksanakan." Dengan semangat empat lima, Saelin bergegas turun ke bawah ke lantai satu tempat Ode berada.

Yerisha yang penasaran dengan jawaban Ode, merangkak menuruni ranjang. Saat melewati kaca dan melihat rambutnya berantakan, cewek itu berhenti untuk mengikat rambutnya agar rapi. Baru setelahnya ia menyusul Saelin ke lantai satu.

Saelin dan Ode nampak berbincang di meja makan. Di atas meja makan tersaji lauk-pauk yang Yerisha tebak sebagai makanan yang dibawa Saelin. Rupanya cowok itu sudah memindahkannya ke piring dan mangkuk dan menatanya dengan rapi di meja makan untuk sarapan.

"Kak Ode mau ya. Please. Please," mohon Saelin menggosok-gosokkan kedua tangannya ke depan, memohon persetujuan cowok itu.

"Mumpung belum masuk kuliah kak Ode. Kalau udah masuk kuliah pasti nggak akan sempat berlibur. Ya ya ya."

Yerisha hanya menggeleng, dan memilih menarik salah satu kursi di ruang makan yang letaknya paling ujung. Tanpa ragu ia mencomot bakwan goreng yang berada di atas piring.

"Ayolah kak Ode. Anggap saja ini tuh semacam pendekatan di dalam keluarga Sagara." Saelin tak kehabisan akal membujuk Ode yang masih terdiam tak memberikan respon apapun.

"Cuma kak Ode harapan kami supaya diizinin pergi. Kalau ada kak Ode orang tua kami pasti percaya."

Ode, cowok itu hanya menghela napas sebelum akhirnya menjawab."Yerisha ikut kan?"

Eh apa ini? Kenapa namanya disebut?

"Ikut. Pasti itu," jawab Saelin mantap.

Ode mengangguk dan menjawab,"oke."

Jawaban singkat yang membuat Saelin bersorak kegirangan.

Dasar berlebihan!!!!

***

Setelah menentukan hari yang tepat dan mempersiapkan semua barang yang hendak di bawa selama ngecamp di pantai, akhirnya hari yang ditunggu tiba. Wajah sukacita menyelimuti Sagara bersaudara itu. Tidak untuk Yerisha yang memasang raut masam melihat para sepupunya berbuat curang di depan matanya.

"Kok kalian curang sih!" protesnya menunjuk mereka satu persatu,"kenapa kalian bawa cowok masing-masing "

Ya semua mengajak serta teman dekat cowok mereka entah dalam tanda kutip memiliki hubungan atau cuma teman. Tapi tetap saja itu curang. Mereka semua bersama cowok tampan sementara dirinya?

"Nggak apa-apalah, sesekali. Mamaku merasa lebih aman kalau ada dia," kilah Yoceline menunjuk teman cowoknya yang sedang memasukkan koper miliknya ke bagasi mobil.

"Betul itu, Yer. Biar kak Ode nggak ribet jagain kita. Kan kamu tamu sendiri kita rewel," tambah Saelin.

Halah. Cuma alasan. Yerisha tahu itu. Bilang saja acara ngecampnya cuma ajang modus untuk dekat dengan teman cowok masing-masing.

"Terus aku jadi obat nyamuk gitu?"

"Kamu manusia Yerisha, bukan obat nyamuk," celoteh Soraya.

Yerisha kesal. Sangat kesal.

"Kan ada kak Ode, Yer."

Ode? Yerisha menoleh ke arah Ode yang menatap datar dirinya.

"Nggak mau!" jawabnya mulai merajuk dan memilih langsung masuk ke mobil.

Ya kali semua dengan teman cowok masing-masing sementara dirinya dengan Ode seorang?

"Kak Ode nanti sama aku ya," ucap Yuri, adik Saelin yang memaksa ikut. Bocah berumur 10 tahun itu merengek bila tak diajak ngecamp di pantai. Karena ada Yuri itulah mereka butuh lebih banyak orang untuk menjaga.

Kalau Ode sama Yuri terus dia solo gitu????

Menyebalkan.

***

Perjalanan menuju pesisir pantai selatan pulau Jawa itu membutuhkan waktu sekitar dua jam dari pusat kota. Mereka terbagi menjadi dua mobil. Mobil pertama diisi Yuri, Yerisha, Ode, Saelin, teman Saelin dan Shanice Sementara sisanya di mobil kedua. Yerisha duduk di kursi depan berhubung dia mudah mabuk perjalanan darat. Selama perjalanan penumpang di belakang asyik tertidur, sementara Yerisha terjaga sambil melihat jalanan yang mobil mereka lewati. Jalanan yang baik turun dan berliku berhubung harus melewati perbukitan. Di sebelahnya, di kursi pengemudi ada Ode yang menyetir. Cowok itu nampak serius menyetir.

"Nih pakai," ucap Ode menyerahkan jaket coklat yang tadi dikenakannya ke Yerisha saat sedang di lampu merah.

"Aku nggak kedinginan," tolaknya halus.

"Bukan buat menghangatkan tubuh."

"Lha terus?" Setahu Yerisha fungsi jaket belum berubah tuh.

Ode tak menjawab dan lebih memilih menaruh jaketnya di pangkuan Yerisha tanpa memandang cewek itu dan fokus menatap depan berhubung lampu lalu lintas berubah hijau.

Yerisha terdiam sebentar, menatap jaket Ode di pangkuannya.

Hah dia sadar?

Ode cukup peka untuk menyadari Yerisha hanya mengenakan dress pendek selutut, sehingga saat ia duduk, dress-nya terangkat ke atas mengekspos bagian pahanya. Jadi itulah fungsi jaket pemberian Ode untuk menutupi kaki Yerisha yang terekspos.

-to be continued-





Kalian jangan kiyowo kiyowo dong. Kan gemas ...










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro