SEMBILAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

•Odiodidi•
©Elsy Jessy

 Odi baru sampai di depan GOR GCT. Kemudian Odi menyerahkan selembar uang pada ojek online. "Makasih, Bang."

"Ini kembaliannya, Neng. Jangan lupa kasih bintang, ya."

Odi mengacungkan ibu jarinya pada driver ojek online dengan tersenyum. "Siap, Bang."

Odi mengecek jam di ponsel. Menunjukan angka sebelas, dia sudah terlambat hampir satu jam diawal masuk ekskul badminton. "Duh, gawat udah jam segini, nih. Semoga si cowok resek itu nggak marah, deh."

Odi bangun kesiangan. Sebab, semalam Odi marathon menonton drama Korea Crash Landing on You yang dibintangi aktor favoritnya Hyun Bin. "Nggak apa-apa deh gue diomelin cowok resek itu demi nonton Kapten Ri," batinnya sambil berlari.

Odi masuk, lalu mengedarkan pandangannya. Hall itu berisi empat lapangan badminton. Di lapangan paling timur, Odi melihat Dava dan kawan-kawannya sedang bermain ganda.

Tiba-tiba dia terpesona. "Cowok nyebelin itu kalo lagi main keren juga." Namun, sepersekon kemudian Odi meruntuki perkataannya sendiri. "Ih, apaan sih, Di. Orang resek ya tetep aja resek. Nggak ada bagus-bagusnya."

Dengan celana training tiga per empat dan kaos warna merah jambu, Odi berlari menghampiri dua anggota lainnya yang sedang duduk di tepi lapangan. Dia menghitung jumlah anggota yang hadir. Apa hanya ada tujuh orang termasuk dirinya anggota ekskul ini?

Odi duduk di sebelah anggota perempuan satu-satunya selain dirinya. Wajahnya terlihat tak asing. Ah, dia perempuan yang sering berada di perpustakaan.

"Hai, gue Odi. Gue baru masuk ekskul ini," ujar Odi sok akrab.

Perempuan itu hanya tersenyum.

"Nama lo siapa? Udah lama ikut ekskul ini?"

"Aku Keke. Aku juga baru, kok. Baru sebulan ikut."

"Kayaknya gue sering liat lo di perpus, deh. Bener nggak?"

Keke mengangguk. "Aku memang suka ke perpustakaan sambil nungguin Mas Chandra."

"Lo adiknya?"

Keke menggelengkan kepala.

"Jadi lo ceweknya?"

Wajah Keke memerah kemudian dengan gagap menjawab, "Bu-bukan."

"Ah, yang bener?" godanya.

"Be-beneran, kok. Aku bukan pacaranya Mas Chandra."

"Iya deh, percaya. Kalo iya juga nggak apa-apa, kok. Nyantuy aja keles." Odi cekikikan setelah puas menggoda Keke.

Sepertinya benar Keke ikut ekskul ini karena ada Chandra. Tapi apa bagusnya Chandra? Odi langsung melihat ke arah Chandra yang sedang bermain, tampang playboy cap kaleng kerupuk dengan pipi chubby begitu, sama sekali tak menarik bagi Odi. Di matanya Rio masih lebih tampan. Odi tak peduli apapun alasan Keke. Yang terpenting Odi ada teman untuk mengobrol selain Dava yang menyebalkan itu.

"Oh iya, lo kelas berapa, sih?" Odi mengalihkan pembicaraan.

"Aku kelas sepuluh IPA satu. Kalau kamu kelas berapa?" Keke bertanya balik.

"Wah, lo pinter juga ya bisa masuk ke kelas unggulan," puji Odi tulus.

"Ah, nggak kok," ujar Keke malu-malu.

"Oh iya, kayaknya aku nggak pernah lihat kamu di koridor kelas sepuluh IPA, deh," lanjutnya.

Odi menjawab, "Iya emang gue bukan anak IPA. Gue anak kelas sepuluh IPS satu."

Keke menganggukkan kepala sebagai respon.

Mereka membicarakan banyak hal. Walaupun Keke masih terlihat malu-malu. Ternyata Keke murid yang cukup pintar, dia ranking dua paralel ujian tengah semester lalu.

Dua set permainan Dava, Chandra, Joshua dan satu temannya sudah selesai. Mereka duduk dan minum air mineral yang sudah disiapkan.

Dava melirik Odi. "Baru dateng?"

"Sorry. Semalem begadang lupa kalo siangnya mau ke sini." Odi beralasan.

"Coba gue mau liat permainan lo, Di." Dava menaruh botol air mineral di sebelahnya.

"Ke, lo main," perintahnya pada Keke.

"Tapi sebelum itu, coba lo perkenalan diri dulu, barangkali ada yang belum kenal, terus lo pemanasan," tambahnya.

"Hai semuanya, gue Odi. Sorry gue telat, bangun kesiangan," ujar Odi santai.

Odi melirik ke arah anggota yang lain. Ada yang manggut-manggut menanggapi perkenalan Odi. Ada juga yang hanya diam dan cuek. Odi mendengus. "Oke gitu aja, sih. Makasih."

"Di, itu yang di sana Randi, yang pake kaos item namanya Dana, itu Jo sama Chandra lo udah tau, dan lo juga udah kenal sama Keke," jelas Dava.

"Nah, sekarang kalian udah pada kenal kan, gais? Semoga pada akur, ya," imbuhnya.

Odi mengangguk pelan.

"Eh, ngapain lo malah bengong di situ? Buruan pemanasan," komen Dava pada Odi.

Odi memutar bola matanya. "Iya-iya bawel."

Setelah melakukan pemanasan, Odi mengeluarkan raketnya, kemudian bergegas ke lapangan. Odi menyingsingkan lengan bajunya, bersiap untuk service karena dia menang memilih gambar koin.

"Oke, siap." Dava meniup peluit tanda permainan segera dimulai.

Odi mulai dengan forehand pendek yang berhasil dikembalikan Keke. Permainan mulai berjalan. Mulai terlihat pola permainan mereka. Score mereka saling mengejar.

"Permainan Keke boleh juga," batin Odi.

Odi melakukan dropshot, Keke secara otomatis melakukan footwork lalu melompat dan langsung melakukan smash. Shuttlecock sulit dikembalikan Odi, Keke menang tipis di game pertama dengan score dua puluh satu-sembilan belas.

"Woy, tukar tempat," seru Dava dari pinggir lapangan.

Odi dan Keke bertukar tempat. "Game kedua gue nggak boleh kalah," desis Odi.

"Priiittt..." Peluit berbunyi. Game kedua segera berlangsung.

Di set kedua, Odi tak mau kalah. Dia berusaha mengerahkan kemampuannya. Odi bertubi-tubi melancarkan serangan tapi terus berhasil dikembalikan Keke.

Odi akui permainan Keke memang bagus, dia cukup kualahan menghadapi gadis itu. Game ditutup dengan Keke yang melakukan gerakan netting dengan pukulan pelan tapi sulit dikembalikan Odi. Score Odi tertinggal sepuluh-dua puluh satu.

Keke dan Odi bersalaman. "Hebat banget lo, Ke." Dia mengacungkan kedua ibu jarinya. "Sekali lagi selamat, ya."

Keke tersenyum malu sebagai balasan. "Makasih. Permainan kamu juga bagus, kok."

"Lain kali gue nggak akan kalah lagi."

"Aku selalu siap. Semangat."

Walaupun kelelahan dan permainan dimenangkan Keke, tapi Odi senang. Karena sudah lama dia tak bermain badminton.

Pemandangan itu tak luput dari mata elang Dava. "Lumayan juga," bisiknya.

Odi duduk tak jauh dari Dava. Dia menenggak air mineral dengan cepat lalu mengusap peluhnya dengan handuk kecil. Tiba-tiba Dava menghampirinya. "Di, abis ini main sama gue, yuk," ajaknya.

"Ogah. Gue capek," tolak Odi.

Dengan tampang meledek, Dava memanyunkan bibir lalu mengikuti perkataan Odi dengan huruf vokal yang diganti 'i'.

"Idih, baru gitu aja capek," cibirnya.

Odi melirik sinis. "Udah, deh. Lo tuh kalo mau main, ya main aja. Tapi ajak yang lain. Tuh, sama Randi aja. Gue ni barusan main. Masih capek."

Dava berakting manja untuk menggoda Odi. "Tapi gue maunya sama lo."

"Bodo," balas Odi ketus.

Dava yang melihat ekspresi wajah Odi seketika tertawa gemas.

"Modus aja lo kaleng kerupuk!" celoteh Chandra yang kemudian diikuti tawa anggota lainnya.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro